Delapan

1.6K 97 1
                                    

Pagi pagi sekali aisyah sudah sampai di masjid kampusnya. Ia teringat dengan informasi semalam dari grup Whatsapp khusus kajian bahwa hari ini kajian rutin yang selalu dilaksanakan hari sabtu akan mendatangkan ustad terkenal. Entahlah dana darimana. Mungkin ini cara Allah untuk menarik kembali hamba-hambanya yang sudah mulai satu persatu meninggalkan kajian rutin ini.

Dengan kerudung hitam panjang dan gamis yang membalut tubuhnya, aisyah nampak cantik.

aisyah sedikit kaget ketika mengintip kedalam masjid. Ternyata lantai satu sudah terisi penuh dengan ikhwan. Bahkan kajian kali ini ikhwan tampak memenuhi isi masjid yang megah ini. Aisyah melewati  samping masjid itu, hendak kelantai atas dimana tempat itu dikhususkan untuk akhwat.

"Eh aisyah" langkah aisyah terhenti kala seseorang memanggilnya. Aisyah mencari-cari siapa yang telah memanggilnya.

"Aku disini syah" Ternyata Kevin yang sedang duduk didekat tukang es cendol sambil tersenyum menatap aisyah. Aisyah sedikit heran dengan sikap kevin yang berubah menjadi ramah semenjak permintaan maafnya waktu itu.

Aisyah hanya mengangguk sambil menundukan pandangannya. Bagaimanapun ia adalah perempuan dan kevin adalah laki-laki, tak mungkin jika tak ada syahwat diantara mereka. Aisyah tak ingin panah-panah setan menghunus mereka berdua hanya karna aisyah berani menatapnya. Aisyah akui Kevin benar-benar tampan, dan senyum yang ditunjukan Kevin tadi sedikit membuat perasaan aisyah aneh. Tak mungkin ada cinta sebelum nikah.

Aisyah cepat-cepat pergi dari sana. Menghindari atmosfer yang menegangkan baginya.

Sebelum naik kelantai dua masjid ini, aisyah terlebih dahulu mengambil wudhu. Setelah Aisyah sampai diatas, Aisyah mencari-cari tempat kosong. Semua penuh, tidak seperti biasa. Walaupun pemberitahuan kajian rutin hanya melalui media sosial saja, namun penyebarannya sangat cepat dan tentu dengan bantuan kuasa dari Allah membuat kajian kali ini menjadi penuh.

Aisyah lalu mengambil tempat di pinggir, dekat dengan tralis. Bahkan darisini bisa terlihat mahasiswa laki-laki yang sibuk menunggu ustad dibawah sana. Aisyah terduduk diam disana.

" Assalamualaikum... Alhamdulillah ya, kajian kali ini terasa penuh " mc disana mulai membuka kajian ini

"Iya benar bil, seharusnya kita para generasi harus kembali memuliakan masjid seperti dulu zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam" Saut mc satunya.

"Iya benar Mad. Baiklah, tidak mau menunggu lama lagi kan? kalau begitu, mari kita buka acara ini dengan membaca basmallah"

"Bismillahirrahmanirrahim"

Aisyah terus mengikuti kajian itu dengan khidmad. Mendengar ceramah yang disampaikan ustadz yang mempunyai jam terbang padat itu, sampai kini acara sesi tanya jawab itu dibuka. Sudah banyak pertanyaan yang di lontarkan mahasiswa dengan semangat membuat ustadz disana tersenyum.

Ada satu hal yang ingin aisyah tanyakan. Ia harus cepat-cepat mengangkat tangan karena hanya tersisa satu pertanyaan lagi sebelum acara ini ditutup

Aisyah lalu mengangkat tangannya.

"Iya kamu" tunjuk ustad itu dengan pengeras suara. Ada senyum terlukis di lekungan bibirnya "Sebutkan nama anda" ucap ustadz itu. Namun aisyah menyadari, bukan dia yang ditunjuknya. Melainkan pemuda yang berada dibawah sana.

Tak apa

lain kali aisyah bisa bertanya, mungkin dia disana lebih membutuhkan jawaban dibandingkan aisyah.

Ting

Aisyah menatap ponselnya

Satu pesan masuk
Dari Alya

Dalam Diam Ku MenantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang