Sejak sepulang dari rumah aisyah, dandi terus memperhatikan kevin yang sibuk membelah jalan dibalik kemudinya. Ada begitu banyak pertanyaan dalam fikirannya. Jujur saja dandi tak suka ucapan kevin tadi. Ada rasa kecemburuan disana. Mengingat bukan hanya dia yang menginginkan aisyah, ada kevin adiknya sendiri yang menginginkan aisyah.
"Kenapa?" Kevin melirik kakaknya yang terus memperhatikannya.
"Kamu benar mau melamar aisyah?" Tanya dandi
"Dulu kak"
"Apa dia alasan kamu kesini?"
Kevin menutupi wajah pucatnya. "Bu..bukan kak, aku suka sama aisyah dulu, bukan sekarang. Dan ada gadis lain yang mau aku lamar disini, tapi itu bukan aisyah" kata kevin berbohong.
"Apa benar kamu tidak menyukai aisyah lagi?"
Dengan heran kevin melirik kakaknya. Terlihat sudah ketakutan diwajah dandi.
"Tenang kak, aku sudah tidak suka lagi." Kata kevin sambil tersenyum seolah ia bahagia.
"Kamu mau kan menjaga aisyah disana, beberapa hari lagi ia akan kembali kesana, dan kakak akan berangkat ke syria."
"Kenapa harus aku?"
"Karna kakak yakin kamu bisa menjaga kakak iparmu disana"
Kevin mendesah dalam hati. Disaat aku mencoba melupakannya, disaat aku tlah mengubur dalam-dalam harapanku sendiri. Mengapa kakak mencoba tuk mengali lubang harapan yang sudah ku tutup rapat-rapat? Mengikis dinding jarak antara aku dengan harapan.
"Lihat bagaimana nantinya kak"
"Kamu bisa menjaga dia dari jauh, cukup menginformasikan kabarnya setiap minggu"
"Terlalu kekanak-kanakan kak, lebih baik kakak fokus dengan proyek amal kakak. Kalau terjadi apa-apa pada dia, aku akan beritahu kakak"
Dandi tersenyum. "Terima kasih banyak vin, kalau terjadi apa-apa kamu berhak menggantikan peranku vin. Tapi ingat batasan. Lakukan apapun tuk membuat dia bahagia"
Kevin mengangguk. Merasa tak nyaman membahas perempuan yang sama-sama mereka cintai. Tapi sepertinya cinta kakaknya begitu besar dibandingkan dirinya. Membuat kevin rela melepas aisyah. Sungguh rela jika semua takdir dari sang ilahi.
***
Besokkannya kevin telah siap dengan kopernya. Berdiri distasiun antar kota dengan harapan yang terasa begitu memilukan. Ia terngiang perkataan ayahnya, 'jangan dulu memikirkan perempuan, lihat kakak mu. Perempuan baik datang disaat ia sudah baik.'
Memilukan
Kevin menatap ponselnya, matanya tertuju pada nomor yang sangat ia kenal. Kevin mengetikkan beberapa pesan untuknya. Pesan perpisahan dan permintaan maaf untuk harapan yang pernah ia janjikan. Ia tidak bisa merebut aisyah dari kakaknya.
Setelah keretanya tiba, kevin melangkah masuk dan menemukan bangku di dekat kaca jendela. Tapi tak lama seorang gadis manis menatapnya heran. "Permisi kak, bukannya itu bangku aku ya?"
"Yang ini?" Kevin menunjuk tempatnya. "Tapi di tiket ini, bangku ku disini" kata kevin sambil mengacungkan tiketnya.
"Tapi di tiket ku nenunjukan angka itu"
Kevin memejamkan matanya. Ia sudah lelah tuk bertengkar. Lalu kevin melihat tiketnya dan ia tertegun. Bagaimana bisa ia salah tempat duduk?
Kevin tertukar dengan angka tujuh dan satu yang sekilas terlihat mirip. "Benar kan kata ku, kakak salah" kata gadis itu.
Kevin hanya menampakkan wajah datarnya, "maaf" ucapnya sebelum pergi mencari tempat duduknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam Ku Menantimu
SpiritualDalam diam menantimu, dulu aku pernah tersakiti karna seseorang Dalam diam menantimu, dulu aku pernah dalam mencintai seseorang Dalam diam menantimu, aku masih menunggu jawaban Allah tentang jodohku Aku pernah bodoh di masalalu, membiarkan perasaank...