Duabelas

1.4K 73 0
                                    

Lagi-lagi ia menyimpan kotak bekal pink itu. Ini sudah hari ke tiga kotak bekal itu ada ditas ranselnya. Bahkan sering kali teman dikelasnya meledeknya karna kotak bekal itu. Namun lagi-lagi kevin tidak peduli. Ia harus mengembalikan kotak bekal milik aisyah.

Kevin sudah mencari keberadaan aisyah selama dua hari ini. Namun ia tetap tidak bertemu dengan perempuan baik itu. "Baik ya?" gumam kevin.

Setelah kelas terakhir selesai, mungkin kevin akan menjelajahi kampusnya lagi. Untuk sekedar mengembalikan kotak bekal. Tapi tunggu, hanya kotak bekal saja?

Kevin berhenti di lapangan basket lalu mencari tempat duduk diantara tangga yang mengepung lapangan tersebut. Rindu, pantaskah ia merindu? Bukankah tidak baik jika seorang laki-laki memikirkan apalagi menemui seorang perempuan?

Kevin mengusap wajahnya yang tidak gatal. Ada rasa kecewa setiap harinya ketika ia gagal menemukan keberadaan aisyah. Memangnya ia siapa? Statuspun tak ada. Ia menyipitkan kedua matanya kearah matahari yang sudah mencondong ke arah barat. Ia lelah, benar-benar lelah. Bisa saja kevin langsung membuang kotak bekal itu dihari pertama ia menerimanya, bahkan kevin bisa menyimpannya diapartemennya, atau bahkan tak usah dikembalikan. Bukankah seperti itu kevin yang dulu? Lantas mengapa ia harus repot-repot mencari perempuan itu diantara ribuan perempuan dikampus ini?

"Tunggu" ucap kevin tiba-tiba saat ia melihat sahabatnya aisyah melintas di pinggir lapangan.

Alya yang merasa terpanggil hanya memandang aneh. "Ada apa ya"

Kevin mendekat dengan cepat, "Assalamu'alaikum, aisyah kemana ya?"

Alya mengulum senyumnya, " wa'alaikumsalam, aisyah ya? Ada apa?"

'rindu', Kevin menggeleng. "Hmm.. Mau mengembalikan kotak bekalnya" ucap kevin sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celananya.

Alya melebarkan matanya, "wah... Ada apa? Aneh sekali, aisyah tak pernah memberikan sembarang kotak bekal dengan orang lain. Bahkan saya pun tak pernah diberikan kotak bekalnya"

Kevin menghela nafas, 'kenapa banyak sekali pertanyaan?'

"Iya mungkin saya spesial, katakan dimana aisyah?"

"Dia... Pulang kampung" jawab alya singkat dan berhasil mengubah wajah kevin dari khawatir menjadi terlihat lesu.

"Oh. Kemana?"

"Bogor" jawab alya, "oiya, kalau rindu, jemput saja kesana, sekalian bawa orang tua, saya dapat informasi dari aisyah, bahwa ia akan dijodohkan dengan ayahnya tapi belum tau kadidatnya" ucap alya.

Kevin hanya mengangguk diam, "oh.. Ya sudah terima kasih, permisi, assalamu'alaikum"

***

Aisyah hari ini sudah berada di ruang inap ayahnya. Memakan buah yang tersedia dinakas samping ranjang ayahnya. Sebenarnya buah itu ia kupaskan untuk ayahnya. Namun alasan ayahnya selalu sama ketika aisyah mengupas buah itu, 'pahit rasanya, buat kamu aja'

"Syah" panggil ayahnya. "Ayah mau berbicara serius dengan kamu"

Aisyah menghentikan kegiatannya. "Iya yah, ada apa?"

"Ayah akan menta'arufkan kamu" ucap ayahnya yang membuat aisyah tersentak.

"Sama siapa yah?"

"Sama atasan ayah" ucap ayahnya yang mendapatkan tatapan tidak setuju dari aisyah.

"Kenapa tidak cari yang seumuran dengan aisyah aja yah? Atau yang terpaut jarak tidak jauh dari aisyah, jangan yang tua yah"

Ayahnya menggeleng sambil tersenyum, " kamu ini.." aisyah menatap ayahnya dengan sendu, "jangan jadi pemilih syah, niatkan pernikahan untuk menyempurnakan ibadah, bukan untuk memuaskan nafsu duniawi" ujar ayahnya yang membuat dirinya semakin bertambah sedih. Sedih bukan karna ekspetasi umur yang terpaut sangat jauh dengan calonnya, namun sedih karena niatnya mungkin salah jika ia menginginkan jodoh yang sempurna.

Dalam Diam Ku MenantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang