Aisyah menatap beberapa ruko diluar yang baru saja dibuka. Jalanan yang becek membuat dagangan mereka diletakkan sedikit jauh dari pinggir jalan. Alasannya karna mereka takut dagangan mereka basah terkena cipratan dari air yang menggenang disetiap lubang jalan.
Aisyah menengok kekanan dan kekiri. stasiun yang menghubungkan antar kota terlihat sangat sepi, mungkin saja gerimis yang tidak kunjung berhenti menjadi pemicu mereka menunda kepergiannya.
Setelah beristirahat sejenak, Aisyah berjalan menuju loker pembelian tiket kereta menuju jakarta. dia mendapatkan antrian ke 4, membuatnya hanya menunggu sebentar di barisan tanpa harus berdesak-desakan.
Setelah mendapatkan tiketnya, aisyah kembali duduk menunggu kereta yang akan mengantarnya kejakarta. Masih seperti tadi, stasiun ini sangat sepi. Mungkin saja kereta pertama telah membawa sebagian penumpang disini.
Bunyi klakson kereta menghapus keheningan dipagi buta. Entahlah ini kereta keberapa kalinya, dan aisyah tetap sabar menanti kereta kejakarta sampai.
Perlahan-lahan banyak orang yang berlalu lalang, beberapa bahkan berlari mengejar waktu. Mungkin mereka telat. Seharusnya hujan tidak dijadikan sebagai pembatas aktifitas. Karna hujanlah, Allah menyalurkam rezeki kepada manusia.
seketika stasiun menjadi ramai. seiring matahari yang muncul dan gerimis yang telah berhenti.
Dengan bosan Aisyah membuka buku yang beberapa hari lalu dipinjamnya. 'Tanda-Tanda dia berjodoh dengan mu' begitulah judulnya, tak pernah bosan aisyah meneliti lembar demi lembar untuk mengetahui hal-hal yang belum dia ketahui.
Aisyah mulai melanjutkan bacaannya sampai kereta yang ditungguinya telah sampai dan pengeras suara yang terpasang disetiap sudut memberikan informasi kepada penumpang bahwa kereta menuju jakarta telah sampai.
Aisyah segera menutup bukunya dan bergegas. Dengan menenteng tas gemblok berwarna biru, aisyah berjalan kearah kereta tujuannya.
Saat kakinya hampir sampai diperon kereta. Aisyah harus diam sejenak karena anak kecil berhasil menabrak kakinya. Setelah anak kecil itu mengucapkan permintaan maafnya, lalu dia segera berlari kembali.
Aisyah sedikit heran. Dimana orang tuanya. Bagaimana bisa anak kecil itu dengan leluasa berlarian keluar kereta.
Aisyah menghapus keringat yang tiba-tiba saja muncul. Dengan ransel besar yang sedikit membuat tubuh aisyah remuk karena begadang, aisyah terus mencari bangkunya.
Orang-orang yang telah mendapatkan tempat duduknya menatap aisyah dengan heran. Wajahnya terlihat pucat, persis sekali dengan orang yang sakit
Aisyah menghembuskan nafasnya, sedikit menahan kesal. Memang sedikit pusing mencari nomor di setiap bangku, belum lagi ada beberapa orang yang duduknya asal dan beberapa juga yang tertidur di bangku orang lain.
Dengan sabarnya aisyah terus menengok disetiap bangku di lorong yang dia mulai dari gerbong pertama. Perlahan matanya mulai menelusuri setiap bagian bangku. Dan alhamdulillah akhirnya aisyah menemukan bangkunya.
Setelah meletakkan tas dibagasi atas. aisyah siap untuk tidur sebentar.
pekerjaan malamnya membuat pola tidurnya berantakan, bahkan kantung matanya sudah membesar. Hingga siapapun yang melihat dia, mungkin akan merasa iba kepada dia . Ya, aisyah mengejar deadlinenya semalam. Mungkin tugas kampus yang selalu mengalir akibat dia tidak masuk seminggu membuat aisyah mengabaikan pekerjaannya yang lumayan bisa mencukupi kehidupannya disemarang yaitu menulis cerpen untuk majalah yang telah mengontraknya.
Perlahan rasa kantuk tak dapat ditahannya. Bunyi alunan lagu yang tiba-tiba saja terputar dari speaker kereta membuat aisyah semakin ngantuk, padahal ini bukan lagu melaw atau lagu penghatar tidur. Ini lagu bergenre pop, namun berhasil membuat aisyah terlelap dengan masker di wajahnya yang dari setadi dia pasang. Lalu aisyah menyenderkan kepalanya pada kaca tebal yang kini tertutup gorden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam Ku Menantimu
SpiritualDalam diam menantimu, dulu aku pernah tersakiti karna seseorang Dalam diam menantimu, dulu aku pernah dalam mencintai seseorang Dalam diam menantimu, aku masih menunggu jawaban Allah tentang jodohku Aku pernah bodoh di masalalu, membiarkan perasaank...