Queen Traveling|Bagian Tujuh

337 67 3
                                    

Sungguh hari ini adalah hari paling sial yang belum pernah Dikon alami. Bagaimana tidak, ia bangun kesiangan akibat memikirkan bocah ingusan adek kelasnya itu, dan lebih parahnya disaat dirinya sedang terburu-buru ingin berangkat, kakaknya menyuruh dirinya untuk ke pasar terlebih dahulu membeli beberapa sayuran dan lauk pauk untuk sarapan mereka, yang membuat dirinya greget dengan kakak perempuannya itu.

Untung sayang kalo nggak udah gue buang ke laut lu kak biar dimakan sama ikan piranha ucapnya dalam hati.

Ia sekarang sedang menuju sekolahnya dengan sepeda motor vespa pemberian almarhum ibunya. Ibunya, Sudiah sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu akibat penyakit stroke yang dideritanya.

Ia tinggal berdua dengan kakak perempuannya Hanifa yang usianya sudah 23 tahun dan sebagai tulang punggung keluarga, sedangkan ayahnya Muhammad Duwi juga sudah meninggal sejak tujuh tahun yang lalu akibat kecelakaan truk counteiner yang dikendarainya terjungkal masuk ke jurang.

Waktu sudah menunjukan jam delapan kurang lima belas menit yang artinya, bel pelajaran pertama sudah di bunyikan. Entah nanti dirinya akan terkena omelan Bu Sita atau di hukum membersihkan semua toilet dan lapangan sekolah.
Dirinya sebenarnya bukan lah anak didik yang baru saja pindah sekolah, tapi dirinya adalah siswa lama yang memutuskan keluar sekolah akibat ekonomi keluarganya yang sedang tidak setabil. Ingin sekali dirinya tidak sekolah tapi ini amanah dari ibunya yang harus ia tepati.

Disaat sedang mengendarai motor Dikon merasa ban motornya sedikit kempes. Ia langsung menepi di pinggir jalan dan turun dari motor untuk mengecek apakah benar ban motornya kempes atau tidak.
Dan ternyata benar, ban motor dirinya kempes karena baru saja ada sebuah paku yang menancap di ban. Padahal jarak kesekolahnya masih lumayan jauh dari sini apalagi di saat masih pagi begini tukang bengkel pasti belum buka.

Ahhh sial batinnya sambil menendang ban motornya dengan kesal.

Dikon berjongkok memeriksa apakah masih bisa ban yang kempes itu ia pakai berkendara atau tidak. Ternyata tidak ban kempes yang terkena paku membuat ban karet itu sedikit terkoyak. Disaat Dikon masih memeriksa ban motornya yang kempes tiba-tiba ada sebuah mobil fortuner putih yang berhenti tepat di depan motornya. Ia langsung berdiri memperhatikan kenapa mobil itu berhenti didepannya padahal kan dirinya tidak pernah berhubungan dengan mobil yang baru pertama kali ia lihat ini.

Pintu sebelah kiri pun di buka oleh seseorang yang duduk didalam samping kemudi. Seorang cewek berambut panjang dikuncir keluar dari mobil itu. Dikon kira siapa, dan yang barusan turun adalah si adek kelas yang waktu itu minta kenalan sama dia.

Dikon hanya menatapnya datar Geina yang sudah ada di depannya.

"Loh kak, kenapa berhenti di pinggir jalan? Bukannya sekolah masih jauh ya?" tanya Geina sambil melirik motor pespa berwarna biru di belakang Dikon.

Dikon bukannya menjawab malah memutar badannya lalu berjongkok disamping motornya.

"Kena sial apalagi coba ini" gumam Dikon

Geina pun mulai mengikuti Dikon yang berjongkok di samping motor vespa berwarna biru itu. Dilihatnya semua body dan mesin pespa itu.

Lumayan juga bodynya masih mulus ucapnya dalam hati.

"Motornya kenapa sih kak, mogok ya?" tanya Geina dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya.

Dikon hanya diam sambil berdiri lalu sesekali menengok kanan-kiri apakah ada tambal ban yang sudah buka atau belum.

Geina yang dicuekin Dikon hanya mendengus kesal. Ia mendongakan kepalanya untuk melihat Dikon yang sedang menengok ke kanan-kekiri.

Aduh gantengnya

Itulah kata-kata yang membuat Geina terpesona saat melihat pertama kalinya di kantin sekolah.
Dan ini menjadi pertemuannya yang ketiga dengan Dikon.

"Kak ayo buruan berangkat, ini udah telat banget. Kakak mau di omelin sama Bu sita? Kalo nggak mau ya udah mau apalagi mending berangkat sama aku aja sekalian di anterin Papa aku?" tanya Geina yang kesekian kalinya.

Dikon hanya melirik Geina sekilas dan tak menjawab ajakannya.
Dia terlalu malas dengan orang cerewet dan bawel seperti Geina.

Geina lagi lagi hanya mendengus kesal karena kakak kelasnya itu tak menanggapi pertayaan yang telah di ajukannya.
Geina pun semakin jadi menjadi dirinya langsung saja. Berlari menghampiri Papanya yang masih ada di mobil.

"Papa duluan aja aku nggak papa kok ditinggal disini, soalnya ada temen aku tuh dibelakang" ucap Geina sambil menunjuk Dikon yang sedang berdiri menatap dirinya dengan dahi berkerut.

Papa Geina agak ragu meninggalkan putrinya dengan laki-laki remaja bermuka datar itu, tapi setelah melihat wajah memelas putrinya akhirnya ia mengangguk sebagai izin.

Geina yang melihat respon Papanya hanya tersenyum lebar dirinya sungguh senang bisa berduaan dengan Dikon seblum berangkat ke sekolah.

Tak lama mobil Papanya pun melenggang pergi meninggalkan dirinya dengan Dikon yang ada di pinggir jalan. Disaat dirinya menoleh ke tempat tadi Dikon berdiri dirinya tak menemukan Dikon dan ternyata dia sudah pergi sambil  mendorong motor vespanya.

Geina pun langsung mengejar Dikon yang sudah jauh di depannya.



→→→

Enjoyy ya!!!

Segini dulu oke!!!!
Nanti dilanjut lagi ya

Sebenernya tadi mau aku lanjut lagi tapi lagi gak mood

Mungkin nnti malem aku lanjut lagi tapi gak janji ya hehehe sebisanya aku aja

And klo gak masuk feel komenin aja okeeeh

Share ke temen-temen kalian ya dan jangan lupa vomentsnya yang banyak wkwkwkwk

Seee you again:)



Queen Traveling (Ratu Jalan-Jalan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang