empat belas.

19 10 0
                                    

Sejak hari itu mereka menjadi berteman. Lebih tepatnya Riola dan Alfariel.

Berlomba mendapat hati Clara secara sehat, walaupun sering terlihat bahwa Riola marah jika Clara hanya berdua dengan Alfariel. Sering juga Riola mengatakan "cemburu" di depan mereka. Sungguh tidak punya malu.

Yaa, Clara dan Alfariel semakin dekat, entah angin apa yang membuat Clara mau berteman dengan laki-laki.

Dikelas Clara sepi, mungkin karena memang ini jam istirahat. Ica ke kantin dengan Danu, dan Clara tidak mau mengganggu mereka.

Dan entah kenapa Alfariel tetap tinggal di kelas. Melihat hal itu, Clara menawarkan bekalnya ke Alfariel.

"Mau?" tanya Clara sambil menyodorkan kotak bekalnya.

"Boleh?" tanya Alfariel memastikan yang dijawab anggukan oleh Clara, menggantikan kata 'iya'

"Alfa, kapan aku bisa bertemu ibumu? Mendengar semua ceritamu, aku ingin menemuinya" ucap Clara disela Alfariel makan.

"Kamu, mau bertemu? Nanti mau?" tanya Alfariel dengan suara tidak jelas, karena lagi mengunyah makanan.

"Di telan dulu." saran Clara.

"Iya, sudah, nanti mau?"

"Wahh, serius?" tanya Clara memastikan dengan senyuman mengembang.

Alfariel mengangguk sambil makan lagi.

"Asyiiikkk"

"Apa ini yang asik?" tanya Riola yang baru datang.

"He he" Clara tertawa.

"Malah ketawa" ucap Riola.

"Berdua terus, bikin cemburu. " sambungnya.

"Sekarang kan bertiga" ucap Alfariel.

"Lah itu makan gak bagi bagi." kata Riola mengalihkan pembicaraan sambil melihat apa yang ada didalam kotak bekal itu.

"Udah abis. Ha ha" seru Alfariel

"Serius, udah abis?" tanya Clara sambil melihat kotak bekalnya.

"Iya"

"Ih, Alfa nakal, Clara belum makan itu bekal" wajah Clara terlihat sedih.

"Ayo ke kantin" ajak Riola.

"Gak, ah, udah mau masuk" tolak Clara terang terangan.

"Yasudah, aku ke kelas dulu" Riola nampak kecewa.

"Iya"

"Jangan keseringan bikin cemburu" seru Riola saat sudah di depan papan tulis.

Clara tertawa. Riola sempat menoleh dan tersenyum lalu keluar kelas.

"Ketawa mu bagus" ucap Alfariel dengan ujung bibir tertarik ke atas.

"Bagus gimana?"

"Lucu" Alfariel ikut tertawa.

"Kalo ngeledek to the point aja" Clara nampak kesal.

Alfariel menghela nafas. "Bedain muji sama ngeledek, koala"

"He he"

...

Bel pulang sekolah berbunyi, wajah lesu para siswa-siswi berubah menjadi berseri-seri. Suara yang tadinya tenang berubah menjadi gaduh. Terlihat beberapa siswa-siswi sedang merapikan bukunya masing masing.

Begitu juga yang dilakukan oleh Clara, ia memasukan satu persatu alat tulisnya ke dalam tas.

"Ayo, jadikan?" Tanya Alfariel tiba-tiba saat beberapa siswa-siswi sudah berhamburan keluar kelas.

(Regrets) of DisbeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang