Bab6

3.4K 425 1
                                        

Brak

"Aw"

Baekhyun mengerutkan keningnya, dia mencari arah suara itu.
Semua karyawan nya mungkin sudah pulang, siapa yang mengaduh sekarang ini?
Tak mungkin itu makhluk halus dan nantinya Baekhyun akan pingsan lalu menjadi gempar di keesokan harinya, di lihat oleh para karyawan nya kalau CEO nya terkapar lemas di gudang lantai 2 .
Itu sangat tidak lucu.

Baekhyun memincingkan matanya, dia mengambil ponsel dari saku jasnya lalu menyalakan senter dan menyorotkannya lurus di arah suara tersebut.
Seorang gadis bersurai hitam yang sedang tertimpa papan pengumuman yang sudah tak terpakai. Dengam cepat, Baekhyun mendekati gadis itu dan membantunya mengangkat papan tersebut.
Gadis itu juga dengan cepat bangun lalu membenarkan bajunya yang agak terbuka, dan pasti pinggangnya sudah terlihat oleh pria bermarga Byun itu .

Baekhyun menyalakan lampu gudang lalu mematikan senter di ponselnya.
Matanya lagi lagi menyorot Hanna, gadis itu. Dan lagi lagi, Hanna selalu dibuat merinding oleh pria berjas hitam didepanya.
Pria ini memandang mata Hanna dengan mata elangnya. Seolah olah hanya dia saja yang selalu ditatap. Seperti ini.

"Kenapa kau belum pulang? " Suara bariton nan berat membuyarkan khayalan sesaat menatap wajah Baekhyun.
Hanna tergagap "Ss--ssaya di beri tugas untuk membereskan gudang pppak" jari tangan kanannya menelusuri tangan kirinya sebagai cengkraman nya agar tak kelepasan bicara "Aw" Rintih nya ketika jari nya berada di luka tangan kirinya .
Baekhyun meliriknya, darah mengucur melalui tangan putih pucat gadis itu.

Gadis cantik ini terlalu pemberani berada sendirian di gedung tinggi dan besar ini .
Apa dia tak takut pada makhluk makhluk seperti ini yang sering di ceritakan karyawan?
Muncul sebuah kekaguman di hati Baekhyun, selain cantik gadis ini sangat pemberani. Dia berbeda dari OB yang lain.
Gadis ini tak takut gelap. Lihat saja, dia berada sendirian di gudang yang cukup besar, dengan tak terlalu gelap karena jendela jendela besar gudang masih memantulkan sinar kendaraan yang berlalu lalang.

Baekhyun mematikan lampu nya lagi, dia menarik tangan Hanna. Sontak tenaga Hanna yang jelas lebih lemah dari pria di depannya tertarik dan mengikuti kemana pria itu menuju.
Baekhyun mengakan Hanna menuju keluar ruangan mengerikan itu lalu menutup pintunya.
Dia melepas cekalan tanganya dan seperti biasa, dia memandang mata Hanna dengan intens.
Apa ini kebiasaan baru Baekhyun?

Tanganya merogoh saku jas , lalu mengeluarkan sapu tangan nya. Dia memegang tangan kiri Hanna , lalu disekanya darah yang selalu mengalir itu dengan sapu tanganya. Usapanya sangat lembut, membuat Hanna juga memandang usapan tangan besar itu.
Tak sadar jika wajah Hanna diperhatikan oleh pria bermanik hitam kelam ini.

Rasanya berbeda ketika memandang gadis ini. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan jika memandang gadis ini, apalagi dekat dengan nya. Rasanya hatinya selalu bergejolak.
Dia merasa Hanna adalah miliknya, tapi tak mungkin. 1 hari baru berlalu untuk mengenal 2% sosok Hanna.
Tapi, ini benar-benar aneh. Kenapa perasaannya selalu tak menentu ketika berada dekat dengan gadis ini?

"Terimakasih pppak" Hanna membungkukan badannya setelah Baekhyun selesai mengusap lukanya.
Hanna melihat sapu tangan itu yang penuh denga darahnya "Pak, apa sapu tangan anda boleh saya cuci? "
Mata Baekhyun melihat sapu tangan itu sejenak lalu mengerutkan keningnya "Kenapa? "

"Darah saya pak, apa bapak tidak terganggu? "

Baekhyun meremas sapu tangan itu "Aku bisa beli lagi" tanganya hendak membuang sapu tangan mahal itu ke tong sampah.
Namun tangan Hanna menahanya, Baekhyun merasakan dengan jelas halusnya telapak tangan Hanna.
"Um.. Maaf pak, saya bisa mencuci nya. Sangat sayang jika dibuang, masih banyak orang yang membutuhkan sapu tangan" tanganya yang agak bergetar dengan cepat melepas pegangan tangan nya.
"Untukmu? " Nada Baekhyun benar benar masih datar.

Kepala Hanna menggeleng "Tidak, untuk adik saya"
"Adik saya masih bersekolah, kasihan jika keringatnya di lehernya selalu membuat basah kerah seragamnya " Tuturnya sangat halus.

"Seragam nya ada banyak kan? "

"Hanya satu pak"

Baekhyun dibuat tercengang , biasanya satu siswa mempunyai beberapa seragam inti, bahkan dia dahulu punya 3 seragam inti.
Lalu gadis ini?
Apa sebegitu susahnya membeli sebuah seragam?

"Dengan siapa kau tinggal?lalu kemana orang tuamu? " Baekhyun yang terus saja memberi pertanyaan . Pria ini tak tahu apa yang di rasakan gadis sederhana ini. Hidup dengan menghidupi kedua adiknya sendirian. Dia rela membanting tulang untuk adik adiknya agar mereka bisa makan. Bisa merasakan bagaimana rasanya memakan jajan seperti anak anak yang lainya.

Kepala Hanna menunduk "Saya bekerja untuk kedua adik saya"
Tanganya meremas jaket tebalnya erat erat "Orang tua saya pergi"
Baekhyun menghela nafasnya, apa pikiranya telah salah jika gadis ini hanya membelikan satu seragam inti untuk adiknya dan membelanjakan uangnya untuk keperluan yang tidak terlalu penting, lalu kedua orang tuanya yang sebenarnya telah memberi uang, tapi diambil oleh gadis ini untuk membeli Barang barang gemerlapan.
Salah Baekhyun , alibimu sama sekali salah.

Se kaku nya seorang Baekhyun, tapi dia masih punya hati.
Tapi entah kenapa, gadis ini selalu membuatnya terasa aneh. Bahkan sekarang sudah terlintas dikepalanya kalau dia akan menghantarkan Hanna pulang.
Aneh kan?

"Biar aku mengantarmu pulang" Ucap Baekhyun sambil menarik tangan Hanna dengan paksa.
"Tapi pak, saya bisa pulang sendiri. Saya bisa naik bis" Tutur gadis yang kini tak bisa apa apa.
Baekhyun tak bergeming, dia tetap saja menarik tangan gadis itu dengan paksa dan menuju dimana mobil sport mahal itu diparkirkan.

Baekhyun lebih suka menyetir sendiri daripada harus menyuruh sopir pribadinya .
Dia lebih suka mengeksplor jalanan Seoul dengan tanganya sendiri yang dengan lincah meliukan arah mobil.

"Berapa umur adikmu? "

Hanna agak tergagap ketika Baekhyun menanyainya di tengah jalan.
"Ji Hyun berumur 17 tahun, dan Ji Young berumur 3 tahun " Jawabnya dengan masih menundukan kepalanya.
Matanya agak melirik wajah atasanya itu yang sedang fokus menyetir mobil.

Sangat tampan

Mobilnya melaju agak kencang, Hanna menunjukan jalan menuju ke rumah kecilnya.
Rumah yang ditinggali keluarga kecilnya, dan Baekhyun dengan tenang mengendarai mobilnya tepat pada jalan.

Tibalah mobil Baekhyun tepat didepan rumah kecil Hanna.
Didepan sudah nampak Ji Hyun dan Ji Young yang sedang bermain.
Baekhyun melihat sekilas ke luar jendela, keadaan rumah yang sama sekali sangat sederhana. Nampak sepi dan teras yang agak minim penerangan.

"Pppak.. Terimakasih " Hanna menganggukan kepalanya setelah melepas seatbelt nya.
Lalu keluar dan membungkukan badannya lagi di luar ke arah Baekhyun, dia langsung berjalan ke arah rumahnya.

Baekhyun tak menginjak gasnya, dia masih memperhatikan gadis itu yang berjalan ke rumahnya.
Anak kecil itu berlari dan menghambur ke pelukan Hanna, gadis itu mengangkatnya dan mengajak anak itu berbicara dengan riang. Lalu anak remaja itu juga tertawa terbahak-bahak kala Hanna mengajak bercanda anak kecil itu.

Tak sadar senyum mengembang dari bibir Baekhyun , dia melihat keluarga yang sangat bahagia. Keluarga kecil yang bahagia.
Dia ingin seperti ini, andai saja Ayahnya juga seperti ini sebelum meninggal. Ayah yang perhatian, dan mengajaknya bermain di saat waktu senggang.

Baekhyun ingin merasakan mempunyai keluarga seperti itu.
Apa dia bisa?

Apa dia bisa mendapatkan seorang wanita yang bisa membuat keluarganya esok menjadi keluarga yang harmonis?

...

Wa.. Saya capek. Xixixi
Wanitanya siapa ya?
Hayoo.. Yang mau jadi wanitanya siapa?

Tetap baca ya chingu.
Jangan lupa vote+comment nya😊😊

Gomawo

-ch-

Behind the Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang