Hanna masih di kantor. bukanya menantang ,tapi dia bukanlah tipikal orang yang meninggalkan tanggung jawabnya.
Alis nya terus bertautan, CEO nya sangatlah aneh. Entah kenapa hari ini pria bermarga Byun itu sangat aneh.
Memang kerja seorang office itu di kontrak?Manager bernama Kai tidak pernah mengatakan dirinya bekerja dengan sebuah kontrak. Lagipula tak ada sebuah kertas saat dia pertama masuk kerja untuk ditandatangani atas nama kontrak.
Ini semua semakin aneh.Apa Baekhyun itu orang aneh?
Terserah lah.
Jika Hanna terus memikirkannya, yang ada masalah itu akan terus tetap berputar putar. Seperti sebuah labirin yang tak ada pintu keluar nya.Hanna menaruh nampan itu lalu melihat arloji ditanganya. Seperti biasanya, selain pak Yuan dia yang selalu pulang terakhir. Entah kenapa wanita gendut itu memberikannya tugas yang sangat banyak akhir akhir ini.
"Kau tidak pulang nak? Kenapa kau sangat suka berada di kantor ini? " Ucap Yuan seraya mengambil tas tentengnya. Hanna tersenyum pada pria paruh baya yang berumur sudah setengah abad lebih itu "Cangkir nya masih kotor pak Yuan, aku akan membersihkannya " Jawab Hanna sambil melipat lengan nya.
"Kau terlalu rajin nak" Yuan tersenyum lebar pada gadis cantik satu ini.
"Maaf ya, aku pulang duluan. Istri ku sudah menunggu " Lanjutnya memakai jaket tebalnya. Hanna mengangguk "Tak apa Pak, hati hati"Setelah itu semuanya sunyi , kali ini hanya dia yang berada di ruangan ini. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, namun dia masih berkutat pada aktivitas cuci mencuci nya. Ji Hyun pasti sudah menidurkan Ji Young saat ini.
Sebenarnya, terbesit rasa takut pada gadis ini. Dia juga manusia yang punya rasa takut pada hal hal yang mengangkut makhluk halus.Hanna sangat takut pada gelap. Untung saja waktu dia terjebak kemarin, kaca kaca besar jendela masih memantulkan cahaya yang cukup terang untuk menyinari ruangan itu.
Hingga datanglah pangeran nya yang menyelamatkan nya.Hanna masih mencuci cangkir cangkir ini, kenapa para office disini sangat acuh tak acuh. Cangkir sebanyak ini belum dicuci dari pagi, memang stok cangkir sangat banyak. Tapi setidaknya posisi menjadi office haruslah sadar untuk tetap rajin. Dasar manusia sekarang. Mereka lebih mementingkan gengsi dari pada hidup.
Ctek.
" omo "
Hanna terlonjak kaget ketika lampu diruangan tiba tiba mati. Sudah dibilang, dirinya adalah orang yang takut gelap.
Tangan yang tadinya akan mengambil cangkir kotor menjadi gemetaran, tubuhnya kaku dan tak berani menghadap kebelakang hanya untuk sekedar melihat saklar.Matanya terpejam, dia tak berani melihat sekitar.
Cobaan apa lagi ini Hanna??"Ppppak Yyuuyuuan? "
Suaranya coba memanggil yang ada diluar , jika memang pak Yuan belum terlalu jauh. Tapi nihil, tak ada yang menyaut atau menolongnya."Seseorang, ttolong,,," Perlahan lahan kedua tangannya menutupi wajahnya, tak sadar jika busa bekas cuci cangkir masih tertempel.
"Aku takut gelap" Lanjutnya agak terisak karena dia benar benar takut. "Hiks, aku takut" Rintih nya tambah terisak. Dia benar benar diam dan menutupi wajahnya dan terus menangis, dia sangat takut gelap. Apa akan sampai besok pagi dia disini? Lalu bagaimana makan malam Ji Hyun nanti? Bagaimana Ji Young saat minta ke kamar mandi malam malam?Ctek
"Kau tak apa? "
Grep
Hanna memeluk pria yang berada di depannya, dia tahu lampu sudah dinyalakan, namun trauma terhadap lampu gelap membuatnya masih deg degan.
Bau harum mask pria itu menyeruak melalui hidung Hanna.Tunggu.
Pria ini bukan Pak Yuan, atau Minho, atau Jaemin, atau ...
Byun Baekhyun?
Hanna mundur ke belakang , kepalanya tertunduk dengan nafas agak tersenggel dan hidung memerah karena habis menangis.
"Mmmaaaf pak""Kenapa kau menangis ?"
Hanna menatap wajah pria itu perlahan lahan "Ssaya takut gelap" jawabnya tersenggal senggal.
Baekhyun menahan senyumnya, dia semakin suka dengan gadis satu ini.
Hanna sangat menggemaskan, ingin rasanya tangan Baekhyun mencubit kedua pipi gadis ini. Hidung merah dengan busa sabun yang menempel dipipi kiri dan dahinya membuat penampilanya sangat menggemaskan."Bukanya tadi aku menyuruhmu pulang?! "
Hanna tersentak lagi "Mmaaf pak"
"Kenapa kau tidak pulang? "
"Mmaaf pak"
"Sampai kapan kau akan meminta maaf? "
"Sampai selesai--eh" tangan Hanna spontan menutup mulutnya. Aduh Hanna, kenapa kau menjawabnya seperti itu?!
"Lihat! Jasku basah" Baekhyun dengan tujuan menggoda Hanna masih saja membuat gadis ini takut.
"Kau tahu harga jas ini 2 kali lipat gajimu setahun!! " Lanjutnya lagi membuat suasana semakin mencekam.
"Mmmaaf " Jawab Hanna "Saya akan melakukan apa saja untuk menebusnya "What?!
Tidak terpikirkan sebelumnya jika gadis ini akan mengatakan kata kata itu.
Terbersit pikiran nakal seorang Byun Baekhyun untuk gadis ini.Dia melepas jas nya lalu memberikannya pada Hanna, dia melipat kemeja putih polosnya yang menjadikan penampilan nya semakin manly.
Hanna tak berani memandangnya, atau dia juga tak akan bisa berhenti memandang nya. Tubuh dengan postur seperti pahatan sempurna, tubuh bak seorang dewa."Kau cuci jas itu"
Ujar Baekhyun "Lalu.. " ucapanya terhenti sebentar "Besok malam. Kau ikut aku ke pesta. Aku akan menjemputmu jam 7 , jangan pulang terlambat! ""Tidak ada penolakan!! "
Hanna hanya terbengong , Baekhyun semakin aneh. Di sini banyak karyawan yang cantik, bahkan Mina juga cantik, kenapa tidak yang lain saja?
"Kenapa sa--? "
"Sudah kubilang tak ada penolakan!! " Potong baekhyun cepat dengan memandang tajam wajah gadis itu.
"Tidak usah diselesaikan. Kau pulang bersamaku!! "
"Tapi pak nanti saya di marahi--"
"Tak kan ada yang memarahimu, dia siapa?! "
"Tapi saya bisa naik bisa pak"
"Naik mobilku saja"
"Tapi tidak perlu pak, saya bisa naik bis"
"Apa susah naik mobilku? Apa ada motif pembunuhan dari wajahku? "
"Tapi pak--"
"Aku tak akan memperkosamu! "
"Tapi --"
"Jangan membantah!! "
"Aneh"
...
Duh, si Baekkie maksa banget ya. Xixixi
Tetap baca ya chingu
Jangan lupa vote + comment
Gomawo-Ch-
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Cold [END]
RandomBudayakan follow dulu sebelum baca. Thanks Semuanya bisa berubah. Hanna meyakini itu, setelah seorang Byun Baekhyun yang akhirnya menjadi miliknya. Es juga bisa meleleh jika ada kehangatan. Behind the Cold