Bab23

1.8K 148 3
                                    

"Hana"

Kepala Hanna menoleh. Ia melihat Baekhyun yang sudah rapi memakai kemeja kerja.

Baekhyun menghampiri Hana yang sedang menata meja riasnya. Wajahnya terlihat lebih sehat. Sudut bibirnya terangkat ketika Baekhyun menuju kearahnya.
Bibir Hanna tidak terlihat pucat lagi. Dan seperti nya suara Hanna tidak terdengar parau.

"Aku kerja" Baekhyun memeluk pinggang Hanna. Ia mengusap rambut Hanna yang sudah tersisir rapi. Baekhyun ingin sekali memainkan rambut Hanna lagi. Tapi ia harus bekerja.

Hanna mengangguk. Ia membenahkan kemeja Baekhyun, lalu menyisir rambut Baekhyun kebelakang dengan jarinya "Mau aku bawakan makanan?"

"Tidak usah sayang. Badanmu masih sedikit hangat" tangan Baekhyun meraba kening Hanna.

Baekhyun menghela nafas. setelah pernikahan kemarin, badan Hanna menjadi panas. Suhunya 39 derajat.
Baekhyun benar benar khawatir dan ia langsung membawa Hanna ke rumah sakit.
Baekhyun menjalani malam pertamanya di rumah sakit.

Menunggui Hanna hingga wanita itu pulih.

Jadi, Baekhyun sama sekali belum menyentuh Hanna.

Sama sekali.

"Aku tidak apa apa" Jawab Hanna seraya memandang manik hitam Baekhyun.

Baekhyun menggeleng "Tidak. Kau dirumah saja. Kau tidak boleh kemana mana. Bibi yang akan memasak. Bibi yang akan bersih bersih rumah. Bibi yang akan membereskan kamar. Kau tidur saja dan berisitirahat dengan baik ya"

Baekhyun mengeratkan pelukan nya "Dengar Hanna. Aku tidak mau melihat kau sakit. Itu akan membuatku sakit juga" Wajahnya sendu memandang Hanna.

Hanna terkekeh lalu memencet hidung Baekhyun "Kalau merayu pintar sekali"

Cup

Baekhyun mengecup bibir Hanna singkat. Sebenarnya ingin lebih lama. Tapi, ia takut akan kebablasan.

"Baekh. Lebih baik kau berangkat sekarang. Nanti kau telat rapat. Ka--"

Cup

"Baekhyun kau--"

Cup

"Baekh--"

Cup

Baekhyun memandang wajah istrinya lalu mengecup bibir Hanna beberapa kali lagi.
Ia menciumi seluruh wajah Hanna, bibir, mata, leher, dahi, dan begitu berulang ulang.
Hanna sampai tertawa karena geli saat Baekhyun mengecup lehernya beberapa kali.
Maaf Hanna, Baekhyun sangat gemas.

"Baekhyun sudah hahahaha, Baekh"

Hanna menjauhkan dada Baekhyun dengan tangannya agar pria itu menjauh dari wajahnya.

"Tidak mau"

Cup

Baekhyun mengulangi perbuatannya lagi. Ciumannya tidak lama. Ia hanya mengecup seluruh wajah Hanna. Tapi berkali kali.

Ia menangkup wajah Hanna dengan kedua tangannya. Membelai pipi wanita itu dengan lembut. Perlahan bibirnya mendekat.
Oke, ini yang terakhir. Tapi mari kita buat lebih lama.

"Jangan melakukan aktivitas apapun sayang. Kau harus mendengarkan ku, dan tidak boleh membantah. Mengerti?"

Hanna mengangguk sambil tersenyum.
Baekhyun menepuk nepuk puncak kepala Hanna "Bagus. Aku berangkat dulu ya"















||











Baekhyun melihat arloji nya. Ini sudah jam 11 malam.

Ia mengambil langkah panjang untuk menuju rumahnya. Baekhyun melepas satu kancing atas nya karena rasanya sangat gerah.

"Hyun? Belum tidur?" Baekhyun melihat Ji Hyun yang masih menonton TV.
Bukunya sudah tertata rapi, dan laptop nya sudah tidak ia gunakan. Baekhyun rasa Ji Hyun sudah selesai mengerjakan pr.

"Belum kak. Aku belum bisa tidur" Jawab Ji Hyun seraya berusaha menoleh ke arah Baekhyun.
"Oh. Jangan malam malam, jika besok kesiangan aku akan menyuruhmu jalan kaki" Ucap Baekhyun yang hanya dijawab dengan cengiran Ji Hyun.

Baekhyun menaiki tangga menuju kamarnya. lehernya sangat pegal. Ia hanya makan sekali tadi.
Ia tidak sempat beristirahat karena sempat terjadi kekacauan.

"Astaga. Hanna"

Mata Baekhyun membelalak tak percaya saat Hanna duduk ditepi ranjang dengan hanya memakai bra saja. Ia melihat punggung Hanna yang seputih susu. Kulitnya pucat. Dan Baekhyun suka.
Ia terlihat mengeringkan rambutnya dengan handuk.

H

anna menghentikan gerakannya, ia menoleh sedikit kearah belakang. Mungkin kurang lebih 45 derajat.
Tubuh Hanna terpaku. Ia tidak bisa bergerak saat Baekhyun masuk dalam kamar dan melihat nya belum memakai baju.

Hanna kira Baekhyun akan pulang tengah malam nanti.
Tadi Baekhyun menelpon jika ia akan pulang larut malam.
Jadi ia pikir tidak akan ada yang masuk ke kamarnya.

"B-bbaekh jangan mendekat, please"

Terlambat Hanna

Kau sangat terlambat

Sebelum kau berbicara pun, Baekhyun sudah berada di belakangmu.

"Nakal ya" Bisik Baekhyun tepat dibelakang telinga Hanna.
Nafasnya sangat terasa di leher Hanna.

"T-t-tidak Baekh. Aku hanya--"

Cup

Baekhyun tidak tahan lagi.

Menahan 3 hari tidak melakukan apa apa pada Hanna membuatnya merasa ingin mati.
Ia hanya melihat siluet Hanna ketika mandi saja. Ia belum pernah menyentuhnya.

"Siap atau belum siap. Kau harus siap"

"Baekh tapi--"

"Jangan membantah sayang"

Baekhyun mulai melumat bibir Hanna. Membuatnya sehalus mungkin. Ia tidak ingin bibir Hanna terluka karena ia pria yang tidak sabaran.
Biar Hanna merasakan awal nya dulu.

Dan Hanna mulai menyukainya, ia membalas lumatan bibir Baekhyun.
Baekhyun tersenyum puas. Perlahan Baekhyun meraba tali bra nya. Melepasnya dengan paksa. Ia tidak peduli mau bra itu robek atau bagaimana. Sudah dibilang, Baekhyun pria yang tidak sabaran.

Dan malam itu mereka melakukannya.
Persatuan dua manusia yang jelas berbeda kasta. Berbeda latar belakang .
Berbeda kekayaan, berbeda cara hidup.

Memang terkadang hidup itu tidak terduga. Jalan hidup tidak ada yang tau.
Hanna yang hanya seorang office girl, lulusan SMA, dan hidup sederhana.
Namun, takdir mempertemukan nya dengan seorang CEO seperti Byun Baekhyun.

Tampan, kaya, dan siapa wanita yang tidak suka dengan seorang Byun Baekhyun?

Tapi disekian banyak wanita cantik, kaya dan seksi di dunia ini.
Baekhyun hanya memilih Ahn Hanna.

Yang apa adanya dan sederhana. Yang berani dan penakut di waktu yang sama. Yang penyayang dan penuh cinta.
Yang bisa menerima keseluruhan Baekhyun. Yang bisa sabar menghadapi Baekhyun yang tidak sabaran dan penuh emosi.

Kau tahu, mungkin kau bisa merasakan apa yang Hanna rasakan.
Kau mungkin bisa mengalami apa yang Hanna alami.

Takdir tidak ada yang tahu bukan?









The end~~

Behind the Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang