[12] Gagal Lagi?

311 86 30
                                    

Kalau ditanya dari siapa Seongwoo mendapatkan nomor hapenya Irene. Jawabannya dari teman kampusnya Irene yang juga lagi magang ditempat yang sama, yaitu SMA Rajawali.

Dia adalah Jisung Wirawan. Rumahnya satu komplek dan satu blok dengan Seongwoo. Jadi sangat mudah untuk Seongwoo merayu Jisung.

Hal itu tidak ada yang mengetahui termasuk kedua temannya Seongwoo.

"Ayo lah Bang kasih gue nomornya Bu Irene."

"Buat apa si Ong?" tanya Jisung.

"Ada deh."

"Oh lo suka sama Irene?"

Seongwoo diam dengan kepala manggut-manggut. Jisung rasanya pengen ketawa kencang kalau inget sekarang hari sudah malam.

"Irene aslinya galak asal lo tau aja, Ong."

Seongwoo menggumam, "Wah mantep dong. Galak lebih menantang, Bang."

"Ck! Serah lo aja dah. Tuh udah gue kirim lewat watsap," kata Jisung setelah mainin hapenya sebentar.

Seongwoo langsung mencek hapenya. Sebuah senyuman terukir dibibirnya. "Yes. Makasih ya, Bang," ucapnya sambil menepuk bahu Jisung berkali-kali.

"Yo sama-sama."




















Saat ini Seongwoo sedang berdiri disamping ruang multimedia sambil tersenyum-senyum melihat isi chatnya dengan Irene kemarin. Ya walaupun dia doang yang menchat Irene dan hanya dibaca oleh Irene, tapi Seongwoo senang bukan main.

"Ong masih disini aja lo?" tanya seseorang mengejutkan Seongwoo.

Seongwoo menoleh ke asal suara dan dia membulatkan kedua matanya. "Wow! Alvino Minhyun Zakki rivalnya Seongwoo Arjuna Raditya sedang bertanya."

"Rival muka lo rival. Dulu waktu SMP aja kemana-mana sama gue."

Seongwoo tertawa pelan dan bersender ke tembok. Mengangkat satu kakinya. Satu tangannya dia masukkan ke saku celana. Mulutnya sibuk mengunyah permen mint karena ingin menghilangkan kebiasaan nyebatnya.

"Lo ngapain dah disini? Biasanya pas denger bel langsung cabut bareng duo antek lo itu," kata Minhyun lagi.

"Haha ada deh. Kepo lo. Lo sendiri ngapain masih disekolah?"

Minhyun ikut bersender di samping Seongwoo. "Biasalah gue. Ngurusin padus yang mau lomba."

"Masih setia aja dah lo ngurus begituan?????"

"Ck! Jujur aja gue capek banget ikut ngurusin, Ong. Tapi si pembina ekskul nyuruh gue mulu. Kalo disuruh milih, gue lebih milih buat ngerjain soal olimpiade daripada ngurus beginian."

"Beh emang beda bangetlah sobat gue yang satu ini," ucap Seongwoo dan dia ngerangkul Minhyun.

Minhyun terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Mereka berdua tertawa bersama. "Denger-denger, lo lagi naksir mahasiswa yang lagi magang ya?" tanya Minhyun setelah keheningan melanda mereka. 

Seongwoo menggumam pelan. Setelahnya langsung mengeluarkan cengiran khasnya. Minhyun yang menyadarinya terkejut. Tidak percaya kalau Seongwoo pada akhirnya bisa naksir ke perempuan yang lebih tua darinya.

Karena biasanya seorang Seongwoo Arjuna itu naksirnya ke adik kelas atau teman sebayanya.

"Anjir gak percaya gue, Ong."

"Emang lo doang yang bisa naksir cewek lebih tua?" tanya Seongwoo.

"Gak gitu loh Ong," sanggah Minhyun. "Tapi gue mah cuma beda setahun doang kali ke cewek yang gue suka. Lah lo? 5 tahunan mungkin?"

"Ah gak masalah. Selagi gue cowok dan dia cewek gak akan ada bisa yang ngelarang," kata Seongwoo dengan percaya dirinya. "Ya walaupun jaraknya lumayan jauh tapi dia gak kalah cantik sama temen cewek kelas gue."

"Bentar, biar gue tebak dah. Cewek cantik kan?"

"Banget bos. Mantan gue yang cantik aja lewat. Cewek-cewek bening yang ngegebet gue juga kalah," jawab Seongwoo. Membayangkan wajah Irene ketika menjelaskan materi kemarin.

Minhyun berpikir sebentar. Satu nama akhirnya terlintas dikepalanya. "Yakin nih gue. Bu Irene kan?"

Seongwoo diam dan bergaya sok tenang sambil mengulum senyum. Padahal hatinya lagi panik. Minhyun semudah itu menjawab. Memang sepertinya Irene akan memegang gelar mahasiswa PKL terpopuler tahun ini.

"Gilaaaa. Level lo langsung naik berapa banyak nih??"

"Hehehehehe."

"Gak nyangka gue. Btw, kalo lo bisa dapetin Bu Irene nih, lo beneran orang yang beruntung. Soalnya cowok dikelas gue banyak yang naksir sampe nyepik nyepik gitu ke dia. Tapi mereka diem aja gak gerak kaya lo ini."

Seongwoo mengeluarkan cenguran khasnya, "Beh hebat dong gue? Lo sendiri gak mau gebet Bu Irene juga nih?" tanya Seongwoo menggoda.

Minhyun berdecak dan memutar bola matanya, "Gak! Gue setia nungguin Wendy. Dah ah gue balik dulu, udah telat."

Pemuda itu beranjak pergi meninggalkan Seongwoo yang terpelongo, "Gilaaaa awet bener lo nungguin Kak Wendy, Hyun."

















"Lah, Seongwoo?"

Sebuah suara mengejutkan Seongwoo yang sedang terpelongo.

"Eh, Bu Irene belum balik?" tanya Seongwoo setelah menoleh ke asal suara.

"Saya baru mau pulang. Kamu sendiri ngapain masih disini? Bel pulang udah bunyi sejak tiga puluh menit yang lalu."

Seongwoo menggaruk kepalanya dan memasang cengiran sehingga membuat Irene mengangkat satu alisnya. "Saya mau ngajakin ibu pulang bareng. Hehehe. Ibu mau gak?" Seongwoo menawarkan pada akhirnya.

Irene melebarkan kedua bola matanya karena dia kaget. Berani sekali muridnya yang satu ini mengajak dia pulang bareng, lagi.

"Bu Irene, jangan tolak lagi dong tawaran saya. Saya rela banget mau nganterin ibu kemana pun. Asalkan ibu balik sama saya."

Senyuman manis serta wajah memelas dari Seongwoo terpampang jelas dengan nyata. Irene melihatnya jadi kaku untuk melanjutkan bicara. Tentunya kasihan juga. Sudah dua kali Seongwoo mengajaknya pulang bersama. Irene selalu menolak.

"Tapi Seongwoo, ini di sekolah. Saya udah pernah bilang kan ke kamh? Nah kalo saya ketahuan macam-macam saya bisa dilaporkan ke dosen saya sama guru disini," jelas Irene. Pada akhirnya ia tetap menolak.

Seongwoo nampak berpikir setelah mendengar ucapan Irene tadi. Tersenyum secara misterius. Membuat Irene merinding seketika saat melihatnya.

"Berarti kalau di luar sekolah, Ibu mau dong?" tanya Seongwoo. Kini menaik-turunkan alisnya. Berniat ingin menggoda namun malah dipelototi Irene.

"Apaan sih? Ngaco banget ya kamu tuh! Udahlah saya mau balik aja. Pusing ini kepala saya lama-lama bicara sama kamu."

Irene berbalik meninggalkan Seongwoo yang masih setia berdiri. Tidak tau saja kalau Seongwoo sekarang tengah berpikir. Mencari beribu cara agar ajakannya kali ini tidak ditolak lagi.

"Jangan bikin gue tertantang dan semakin gencar buat naklukin lo dong, Kak."





ーー

haiii

kangen buku ini gak? hehe

maap ya baru bisa update. soalnya kemaren aku terkena wb:(

mana kuota limited dan ditambah tidak menemukan wifi yang kenceng hehehe

semoga chap ini tidak mengecewakan kalian yang menunggu how lucky up huhu

How LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang