Kira-kira sudah sekitar 2 jam Irene menunggu taksi atapun bis dihalte yang ada didepan SMA Rajawali. Namun sepertinya tidak ada satupun yang sengaja berhenti.Apa mungkin gara-gara hari sudah semakin sore? Suasana di halte ini juga sepi karena hanya ada Irene disana.
Hanya Irene, mahasiswi yang tersisa disekolah. Alasannya karena tadi dia sangat gemas untuk menyelesaikan laporannya yang nanggung. Teman-teman Irene yang lain sudah balik sekitar satu jam yang lalu.
Eh ralat.
Sebenarnya ada satu orang mahasiswa lain yang tersisa. Masalahnya dia beda kampus dengan Irene. Jadi Irene tidak enak asal nyablak bilang nebeng dan minta anterin sampe rumah. Padahal kalau sudah kenal orangnya memang asli suka nyablak dan galaknya bukan main. Istilahnya Irene itu sedang menjaga image. Apalagi sekarang lagi dalam masa magang dan dua bulan kedepan pengambilan nilai akan segera dilakukan.
"Ini gue gimana pulangnya? Mana hp udah lowbat. Mas gojek juga daritadi gak ada yang ngeaccept orderan gue." Irene jadi bingung sendiri.
Irene kemudian kepikiran tentang usulan Seongwoo. Harusnya tadi dia menerima saja tawaran anak muridnya itu. Tapi kudu mengingat lagi tujuan awalnya disini, untuk menyesaikan tugas akhirnya. Irene mendengus dan menunduk. Suara klakson mobil lalu mengejutkan Irene yang sedang memandangi hapenya yang lowbatt.
"Seongwoo?" kaget Irene pas dia melihat Seongwoo yang keluar dari mobil dan jalan mendekat.
"Ibu belum balik juga?" tanya Seongwoo. Irene mengangguk saja. Nyatanya memang benar.
"Lah kamu bukannya udah balik, Woo?" tanya Irene.
"Kata siapa?" tanya Seongwoo balik.
"Kata saya."
"Saya daritadi ada disana ngawasin ibu. Mastiin aja ibu udah balik atau belum. Ternyata malah belum."
"Gak ada bis atau angkot yang lewat dan stop disini. Terus gojek juga pada gak acc orderan saya. Gimana saya mau balik?" tanya Irene dengan intonasi agak tinggi.
"Lah songong amat itu mas gojeknya. Tapi kan ibu bisa hubungin Seongwoo."
"Cih sok imut manggil diri sendiri pake nama. Biasanya juga lo gue," cibir Irene.
Seongwoo tersenyum lebar. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Entah kenapa hatinya merasakan sebuah kesenangan yang dia tak tau apa maksudnya.
"Emang kamu siapa? Supir angkot? Atau malah supir taksi online?" Irene lanjut bertanya.
Seongwoo mendecak. Mau kesal rasanya tapi tak bisa. Sementara Irene yang terduduk mengulum bibirnya berusaha menahan tawa. Ekpresi wajah Seongwoo sekarang benar-benr membuat Irens ingin meledak tertawa.
"Sekarang kamu ngapain disini?"
"Ya ngajakin Kak Irene balik bareng lah."
Irene melebarkan kedua matanya. Kaget. "Kenapa manggil saya pake 'kak'?"
"Biar lebih enak aja, apalagi kan ini udah diluar area dan jam sekolah," jawab Seongwoo dengan santainya tanpa mempedulikan kalau Irene sekarang tengah mendelik.
"Siapa yang nyuruh?" tanya Irene sewot.
"Aku."
Irene menghela napas pasrah. Kalau terus-terusan bicara dengan Seongwoo bisa membuat kepalanya pusing. Awalnya memang sudah pusing. Ditambah Seongwoo yang mengajaknya sedikit berdebat, makin pusinglah kepala Irene.
Gadis itu memijit pelipisnya sebentar dan memejamkan mata. Berharap saat membuka mata nanti Seongwoo sudah tidak ada. Menghilang begitu saja seperti Jin si penghuni lampu ajaibnya Aladin.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Lucky
Fiksi PenggemarSeongwoo yang beruntung bisa mendapatkan hati Irene sang gadis primadona.