Irene membereskan buku-buku yang berserakan diatas mejanya. Kali ini dia siap mau pulang kerumahnya setelah satu hari full masuk di kelas 12 IPA.
Kakinya mulai melangkah ke luar ruangan multimedia, dimana ruangan itu jadi tempat sementara untuk mahasiswa yang sedang PKL.
Namun langkah Irene terhenti dikarenakan tiga siswa yang menghalanginya ketika ingin keluar dari area sekolah.
"Hai ibuu cantiiikkk."
"Heh jangan sok ganteng."
"Brisik law berdua. Bu Irene mau lewat nih."
Mereka adalah tiga sekawannya 12 IPA 2, yaitu Seongwoo, Yuta dan Bobby yang juga ingin pulang.
"Lah kalian kenapa belum pulang?" tanya Irene.
"Ini, Bu, nungguin Ong. Katanya mau nungguin Ibu dan ngajak Ibu Irene pulang bar─"
Mulut Yuta langsung didekap oleh Seongwoo. "Bangsat diem lo jing."
"Ong mau ngajakkin Ibu pulang bareng tapi malu-malu buat nawarinnya. Ah itu aja susah banget bilangnya lo Ong."
Bobby mendapat sebuah injakan kaki yang keras dari Seongwoo. Cowok itu sampai meringis dan berjalan duluan meninggalkan Seongwoo, Yuta serta Irene.
"Lah Bobby kenapa?"
"Gak papa, Bu. Biasalah caper aja dia."
"Dih. Lo juga caper geblek," bisik Yuta ke Seongwoo dan ikut nyusul Bobby ke parkiran.
"Lah kok Yuta pergi juga?"
"Biasa, Bu. Mereka mau ngedate."
Irene tersenyum tipis lalu gelengin kepala dan melanjutkan langkahnya.
"Bu Irene."
"Iya kenapa?" Irene balikkin badannya.
Seongwoo menggaruk tengkuk belakangnya. Mulutnya jadi susah untuk mengeluarkan sebuah kalimat.
"Kenapa? Kok diem?"
"Itu, kejadian tadi pagi. Maaf, Bu. Saya sampeai ngerayu ibu soalnya saya gak tau kalo ibu salah satu mahasiswi karena dandanan ibu kayak bukan anak kuliahan banget. Hehehe."
"Gak papa, Woo. Santai aja. Malahan sebelum kamu udah banyak kok yang bilang saya gitu."
Seongwoo senyum lebar dan rasa malu yang ditahannya perlahan menghilang. Dan rasa malu itu berubah jadi sebuah semangat.
Semangat untuk mengejar Irene yang sepertinya akan jadi guru PKL primadona sekolah ditahun ini.
Karena Seongwoo memang beneran suka dan terpikat sama Irene.
"Udah gak ada lagi kan yang diomongin?" tanya Irene ke Seongwoo. Cowok itu mengangguk ragu.
"Kalo gitu saya pulang dulu ya. Kamu juga pulang Seongwoo. Inget, kamu tuh udah kelas 12 banyakin belajar dirumah."
Seongwoo senyum dan langsung menyusul Irene yang udah jalan duluan lalu menyegatnya, "Bu, tunggu bentar."
"Kenapa? Katanya udah gak ada lagi?"
"Emang udah gak ada."
"Terus?"
Seongwoo meneguk air liurnya. Entah kenapa susah banget ngeluarkan satu kalimat dan buat dia berkeringat dingin.
"Pulang bareng saya ya, Bu. Mau gak? Hehehehe."
Hening.
Dalam hati, Seongwoo mengumpat kesal dan merutuki diri. Ini kenapa mulut gua asal ceplos aja sih buset turun nih harga diri gua.
"Maaf Seongwoo, saya gak bisa. Soalnya udah pesan uber. Kan gak enak kalo dicancel. Lain waktu aja ya?"
Seongwoo diam tapi kepalanya ngangguk. Setelah itu Irene pergi menuju mobil yang sudah terparkir dekat halte cukup lama.
Seongwoo lalu menoleh ke Bobby dan Yuta yang daritadi sudah nungguin dia di parkiran,
"CIA GAGAL MODUS DEH."
"MISI PERTAMA TELAH GAGAL ONG RADITYA. HAHAHAHA."
Keduanya kompak ngetawain Seongwoo. Cowok itu berjalan mendatangi dua anteknya sambil berteriak,
"BABI MONKEY EMANG YA LO BEDUAAA."
ーー
pendek kaya gini enak ga sih? atau mau yang long long?
KAMU SEDANG MEMBACA
How Lucky
FanfictionSeongwoo yang beruntung bisa mendapatkan hati Irene sang gadis primadona.