Berkali-kali Irene merutuki dirinya sendiri ketika ingatannya teringat akan perlakuan manis Seongwoo dua hari yang lalu. Dimana saat itu, si pemuda yang suka sekali menganggunya berbicara dengan serius tanpa adanya candaan disana.
Gadis itu sudah beberapa kali tersenyum sendiri di bangku taman komplek ini saat mengingatnya. Sampai Irene merasakan bahunya di tepuk oleh seseorang dari belakang.
"Heee? Kenapa senyum-senyum sendirian disini lo?" tanya orang itu mengejutkan Irene. Gadis itu seperti mengenali suara ini.
Irene menoleh kaget karena tak percaya ketika melihatnya. Namun sesaat kemudian, ia memutar kedua bola matanya dan mendengus pelan. Kenapa disaat seperti ini, orang yang sudah berusaha ia lupakan selama beberapa bulan terakhir ini, malah muncul tiba-tiba? Mana tak tahu tempat dan tidak tahu kondisi hatinya sekarang.
"Ngapain lo kesini?" tanya Irene mencoba sinis berusaha menahan rasa gugupnya.
"Ya elah emang gak boleh? Gue kebetulan lewat doang eh ngeliat lo lagi duduk sendiri disini. Ngapain lo? Tumben ngelamun disini? Mikirin gue ya?" tanya pemuda itu mulai duduk disebelah Irene dengan percaya dirinya dan membuat Irene mengumpat dalam hati.
Anjeng. Ck! Sembarangan aja ni sempak kuda. Lo kira gue selalu mikirin lo tiap melamun gitu??? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHiyabenerkok :(
"Rene??" Pemuda itu mencoba menyadarkan Irene yang tengah melamun dengan melambaikan telapak tangannya didepan wajah Irene.
"Hah? Kenapa kenapa? Apaan?" tanya Irene yang tersadar.
"Gak jadi. Hehe."
Irene terpesona dalam diam. Ia sangat gemas apabila melihat pria dihadapannya ini menyengir seperti tadi. Rasanya pengen nampol. Pakai cinta.
"Lo gimana kabarnya?" tanya pria tampan itu seraya membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman mengobrol dengan Irene.
"Gue baik selalu," jawab Irene santai dan berbanding terbalik dengan hatinya yang tidak santai, "lo sendiri sama istri gimana kabarnya?" Irene balas bertanya.
Pria itu tersenyum manis. Senyuman yang membuat Irene semakin meracau.
"Astagfirullah. Dia laki orang Rene. Inget Rene inget. Dia udah berkeluarga dan jadi laki orang. Lo tuh cuma orang yang pernah ngegebet dia. Oke? OK!" Irene bermonolog sendiri dalam hati berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlihat gugup dihadapan Luhan, laki-laki yang pernah membuatnya merasakan apa itu cinta bertepuk sebelah tangan dulu.
"Alhamdulillah, Rene. Gue sama istri baik-baik aja. Eh pas banget nih, gue ada kabar bahagia buat lo," kata Luhan memberikan jeda sehingga Irene mengangkat satu alisnya karena ingin tahu, "istri gue lagi hamil. Usia kehamilannya udah memasuki minggu kedua belas."
Luhan sangat senang memberikan kabar bahagia ini ke Irene yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Namun lain halnya dengan Irene. Gadis itu diam saja, tidak memberikan respon apapun. Luhan sendiri jadi bingung.
"Kenapa, Rene? Kok muka lo biasa aja? Lo gak bahagia gitu dengernya?" tanya Luhan jadi ingin tahu.
Irene mendengus lalu melirik pelan Luhan yang sedang menatapnya bingung. Irene berusaha membuat sebuah senyuman dibibirnya agar Luhan tidak curiga. Bisa gawat kalau Luhan menyadarinya.
"Ihhh siapa yang gak seneng? Gue seneng banget lah!" seru Irene dengan semangat meskipun itu hanya sebuah keterpaksaan tapi Luhan menghela napas lega, "selamat ya Han! Semoga lo bisa sukses jadi Ayah muda."
"Thanks ya, Rene. Semoga lo nyusul jejak gue dan bisa jadi ibu muda yang sukses," sahut Luhan tersenyum dan memperlihatkan giginya yang berderet rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Lucky
FanficSeongwoo yang beruntung bisa mendapatkan hati Irene sang gadis primadona.