"Ong tunggu!"
Seongwoo yang tengah berjalan santai sendiri menuju kantin karena sudah istirahat, langsung menoleh ke asal suara yang baru saja memanggilnya. Pemuda itu menyipitkan mata dan melihat seorang pemuda sebaya dengannya tengah berlari kecil menghampiri.
"Weh Taeyong kembaran gue. Ada apa nih twin?"
Taeyong berdecak dan memutar kedua bola matanya. Ingin sekali ketawa tapi ditahan. Soalnya Taeyong melihat tiga wanita tengah berjalan dibelakang Seongwoo dan sebentar lagi akan melewati mereka berdua. Disalah satu cewek itu ada yang Taeyong sukai.
"Ngapa gak jadi ketawa?" tanya Seongwoo heran. Pandangannya mengikuti sorot mata Taeyong. "Pantesan. Ada crushnya. Eh J─hmmmpppppp!"
"Bisa diem gak sih? Ntar kalo ketauan dia bisa malu gue," ucap Taeyong sambil mendekap mulut Seongwoo.
"Hmmpp hmmmpp hmpppsss mmmjjjhskska."
"Ngomong apa lo hah?" tanya Taeyong.
"Hmmppppphhhh hshsmmhhhh."
"Woe kenapa sih? Gak jelas banget," kata Taeyong jadi kesal sendiri.
Mata Seongwoo sudah melotot-lotot ke Taeyong. Beberapa saat kemudian barulah Taeyong tersadar kalau tangannya sedang mendekap mulut Seongwoo.
"Oiya lupa," kata Taeyong dan langsung melepaskan tangannya.
"Taeyong bangsat. Cuih. Gimana gue bisa ngomong lo dekep mulut gue? Untung kita kembar walau tak seiras."
Taeyong hanya memasang cengirannya. Lalu nepuk-nepuk bahunya Seongwoo. "Sorry, Ong. Refleks tadi. Lo juga sih."
"Untung aja gue gak terlalu mikirin banget," ucap Seongwoo sambil menyisir rambut mengenakan jari-jari tangannya. "Btw ada perlu apa manggil kembaran lo ini?"
Taeyong berdecih tapi untuk saat ini dia tidak ingin berdebat dulu dengan Seongwoo. Taeyong lalu menghela napas pelan. "Malu banget gue bilang ini ke lo sebenarnya, Ong. Kayak gak pantes aja gitu." Taeyong membuka kalimatnya sampai Seongwoo menautkan alis dan mulutnya menganga.
"Hah? Malu kenapa? Yaelah, Yong santuy aja. Tinggal ngomong. Biasanya juga langsung nyablak ke gue," ucap Seongwoo jujur dari lubuk hati.
"Kali ini mah beda dari biasanya telek," kata Taeyong menoyor kepala Seongwoo. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Seongwoo menaikkan satu alisnya. Berusaha menebak apa sebenarnya yang ingin Taeyong katakan padanya. "Apakah ada kaitannya sama crush lo?"
Taeyong mengangguk setuju dan menjetikkan jarinya tepat didepan wajah Seongwoo. Membuat Seongwoo melebarkan kedua bola matanya. Kaget saja. Tidak biasanya seorang Aldevan Taeyong Julio bertingkah cukup aneh. Apalagi kalau berkaitan dengan wanita yang dicintai.
"Si anjir. Gue kira apaan," kata Seongwoo terkekeh pelan. Seongwoo merapikan seragamnya yang sedikit berantakan. "Bilang aja dah sambil jalan ke kantin. Lo mau ngantin juga kan?"
Taeyong hanya membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Bagus dah," kata Seongwoo dan mulai merangkul pundak Taeyong. "Oiya, antek lo mana nih?"
"Lagi nyalin tugas. Antek lo sendiri kemana?" tanya Taeyong celingak-celinguk mencari sosok Yuta dan Bobby, kembar tiganya Seongwoo yang juga temannya semasa SMP.
"Biasalah. Main PES pake laptop gue," jawab Seongwoo santai.
Kedua pemuda itu tertawa ringan. Mulai melangkahkan kaki mereka menuju kantin. Taeyong pun menjabarkan maksudnya memanggil Seongwoo tadi. Mulanya Seongwoo ketawa, soalnya tidak menyangka saja. Namun pas ke intinya, Seongwoo mulai serius menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Lucky
FanfictionSeongwoo yang beruntung bisa mendapatkan hati Irene sang gadis primadona.