[11] Aneh

275 104 31
                                    

"Rene, besok gue gak masuk, gue juga udah ijin sama Bu Tika."

"Kenapa emang, Rong?" tanya Irene heran.

Kedua cewek itu sekarang lagi di salah satu restoran Jepang. Menikmati waktu berdua. Sydah lama mereka tidak hangout bareng akibat sibuk dengan urusan masing-masing.

"Gue kudu balik nemuin ortu gue. Mereka lagi ada masalah. Ya you know lah Rene gimana mereka," jelas Chorong yang ngebuat Irene menganggukkan kepalanya tanda ngerti.

"Yah. Gue gak punya temen dong??? Tapi untung jadwal gue dua aja."

"Dikelas mana?"

"Kelas 12 IPA 1 sama IPA 3."

"Gak masuk 12 IPA 2 nih?" tanya Chorong sambil naik turunin alisnya.

"IPA 2 lusa. Ngapain lo nanyain IPA 2? Ada yang lo taksir ya?" tanya Irene balik dengan sok kaget. Padahal dalam hati panik banget.

Chorong terkekeh sebentar lalu meminum jus apelnya, "Lo pikir gue gak tau?"

"Hah??? Ya lo kan emang tau? Kemaren bukannya gue ceritain????"

"Lah iya bener juga."

Giliran Irene yang terkekeh sedangkan Chorong menggaruk kepalanya. Mereka berdua kembali fokus ke makanan masing-masing sampai hp Irene yang tergeletak diatas meja berdering.

Irene melirik untuk melihat siapa yang telah menelponnya.







+62811928811 is calling...





"Lah nomor siapa nih?" tanya Irene heran lalu menatap Chorong dan hanya dibalasnya dengan menaikkan satu alis.

Irene mengambil hpnya dan mengarahkan ke Chorong agar gadis itu bisa melihat nomor seseorang yang terpampang di layar hpnya.

"Angkat coba. Siapa tau penting???"

"Iya juga. Apa dosen ya?"

"Bisa jadi."

Tanpa pikir lagi, Irene langsung menerima panggilan tadi.

"Halo?"

"Halo juga."

Irene mengerutkan keningnya saat yang dia dengar adalah suara cowok tapi bukan dosen ataupun temannya.

Seketika Irene takut. Chorong yang melihat Irene hanya bisa mengerutkan kening sambil menikmati sushinya yang tinggal 2 potong.

"Ini siapa ya? Ada perlu apa nelpon saya?" tanya Irene dengan nada takut dan menjauh sedikit untuk berbicara.

"Hhhh lucu juga."

"Siapa ya?"

"Hm?"

"Kalo gak penting saya matiin aja."

"Eh jangan dong? Hehehe."

"Siapa sih ini? Kamu bisa dengar saya kan?"

"Iya denger, Bu."

"Bu? Saya bukan ibu kamu."

"Ibu itu ibu saya. Guru saya."

Irene mengerutkan dahinya. Berpikir sebentar karena sekarang dia mulai mengenali suaranya.

"Ibu pasti lagi mikir siapa saya ya? Wah jadi enak nih dipikirin."

Akhirnya satu nama sudah terlintas di kepala Irene. Namun dia bingung, kenapa dia bisa tahu nomor Irene yang bersifat rahasia ini?

How LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang