Aurora 2

1.4K 174 15
                                    


So Jun terdiam, menatap lembaran kertas di tangannya dengan seksama, sebelum mendongak dan menatap putrinya yang berdiri di depan mejanya dengan wajah datar seperti biasa. Pria berusia kepala lima itu kembali menatap kertas di tangannya sebelum memasukan kembali kertas ke dalam map dan kembali menatap putrinya.

"Kau yakin ingin memindahkan pusat perusahaan ke Seoul?"

So Eun, putri So Jun itu mengangguk sekali. Perempuan itu tak memberikan reaksi berlebihan dan menjawab satu katapun.

"Kenapa?"

"Sudah saatnya membangun dari dalam, ayah. Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya," jawab So Eun pasti.

So Jun mengangguk kepala. Pria setengah bayah itu kembali menatap kertas-kertas yang ada di map itu.

"Baiklah. Kapan kau mau pindah?" tanya So Jun menyetujui permintaan putri tunggalnya itu.

"Hari ini," jawab So Eun tanpa beban. "Jika ayah mengijinkannya."

So Jun terkekeh. Ia tak menyangkah jika putrinya itu bisa segesit itu dalam melakukan apa yang ia inginkan. So Eun memang selalu cepat dan gesit dalam urusan itu, tapi ia sama sekali tak menyangkah jika putrinya itu telah bergerak bahkan sebelum mendapat persetujuannya.

"Kau gesit sekali, sayang," So Eun berusaha mengukir sebuah senyum walau terlihat kaku karena tak biasa melakukannya, ketika ucapan sang ayah sampai ke telinganya.

"Kita akan kalah kalau bergerak lambat, ayah."

"Ya, kau benar. Ayah suka pemikiranmu itu," So Jun kembali terkekeh senang. "Ngomong-ngomong, kapan kau akan berangkat?" pria setengah bayah itu mengajukan pertanyaan lain setelahnya.

"Pesawatku siap kapan saja."

So Jun mengangguk paham. "Baiklah. Jangan lupa pamit pada ibumu. Oh ya, ayah akan menghubungi Seung Ho, ia akan jadi tangan kananmu yang baru."

"Terima kasih, ayah."



-aurora-




Ji Won memasuki caffe bernuansa hijau dengan sentuhan putih dan coklat sebagai pemanis itu dengan riang. Rambut panjangnya ia gerai begitu saja dan siapapun dapat melihat aura cantiknya. Wanita itu lalu berjalan dan menghampiri salah satu meja yang sudah diisi oleh seorang pria yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Apa aku terlalu lama?" wanita itu membuka suaranya, membuat Kyu Hyun, pria yang sudah menunggunya itu mendongak dan menatapnya malas.

"Ya, cukup lama hingga aku lapar," jawab Kyu Hyun asal. "Memangnya kau masih ke mana?"

Ji Won tertawa kecil lalu meletakan tasnya di salah satu kursi sedang ia sendiri duduk di kursi yang lain.

"So Eun menelponku, jadi aku lupa jika kita punya janji."

Kyu Hyun menautkan alisnya, merasa sedikit aneh dengan jawaban kekasihnya itu. Bukan! Bukan jawaban Ji Won salah satu sejenisnya. Hanya saja, ia tiba-tiba teringat sahabatnya saat Ji Won menyebut nama seseorang yang membuat sahabatnya itu tak kunjung berkencan hingga saat ini. Kalian tahu, efek Aurora dan Kim So Eun sangat besar bagi hidup seorang Kim Sang Bum dalam kisah ini? Ia dan Kim Bum baru membicarakan tentang wanita itu beberapa hari yang lalu. Dan mendengar apa yang Ji Won katakan barusan membuat Kyu Hyun ingin tahu satu hal.

"Dia bilang apa?" tanyanya.

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya balik Ji Won.

Kyu Hyun mengendikan bahu acuh. Pria itu lalu menggerakan tangannya lalu meraih cangkir kopinya. "Ya, kupikir Kim Bum ingin tahu bagaimana kabarnya."

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang