Sebenarnya ku tak mau up part ini.. Tapi karna aku sayang kalian makanya aku up.. Hehehe-aurora-
"Nam Gyu Ri?"
Kim Bum mendongak, menatap Joana yang berdiri di depan meja kerjanya dengan tatapan polos. Dapat Kim Bum lihat juga jika gadis blasteran itu mengangguk kecil setelah itu.
"Apa dia tamu istimewa yang kau maksud, bos? Jika ya, maafkan aku. Aku belum menyiapkan meja yang bos minta."
Kim Bum diam. Tak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan Joana. Ada hal lain yang ia pikirkan.
Ya. Pria itu memikirkan tentang pemilik nama yang baru saja Joana katakan ingin bertemu dengannya di luar sana.
Nam Gyu Ri.
Mungkin waktu sudah lama sekali berlalu, namun pria itu masih mengingat dengan jelas siapa pemilik nama itu.
Seseorang yang membuat hidup pujaannya berada diambang kehancuran. Seseorang yang membuat pujaan hatinya berada di alam yang tak seharusnya. Seseorang yang membuat ia berjuang hidup dan mati, menyusuri hutan gelap dengan segala rumor tak jelasnya. Seseorang yang membuat kisah tentang 'Aurora' itu ada.
Nam Gyu Ri. Salah satu pengurus kepresidenan siswa Seoul Senior High School pada masa kepempimpinannya, siswa kelas 1 yang membenci siswa lain di luar kelas 1 dan Kim So Eun setengah mati.
Jika benar Nam Gyu Ri yang Joana maksud adalah orang itu, Kim Bum jadi penasaran. Bagaimana kisah wanita itu setelah sukses Seung Ho jadikan tahanan wajib lapor kepolisian Seoul atas apa yang ia lakukan pada So Eun dulu?
Kim Bum kembali menatap Joana yang terlihat masih menunggu jawabannya. Pria itu lalu mengukir sebuah senyum kecil.
"Bukan," jawab pria itu kemudian. "Kembalilah bekerja, aku akan menemui orang kau maksud!"
-aurora-
Nam Gyu Ri benci warna-warna cerah yang membuat mual. Wanita itu benci merah yang membuat matanya sakit. Ia benci segala macam warna terang benderang yang ada di tempat itu. Entah ada di mana otak pemilik caffe itu sehingga mendesainnya seperti tempat sampah paling busuk di dunia, yang jelas ia muak berada di tempat ini. Jika bukan karena kelangsungan bisnis kelurganya, wanita itu tak akan mau tinggal lebih lama di tempat ini. Ia juga mengutuk pemilik caffe yang sok sibuk dengan berkeliling dan mengunjungi semua caffe warna-warni itu. Membuatnya tak bisa menemui orang itu di tempat dengan warna yang lebih tenang.
Saat ia tengah mengumpat tak jelas dalam batinnya tentang caffe sialan di mana ia berada saat ini, seorang lelaki jangkung yang ia tebak berusia belasan tahun datang menghampirinya dengan sebuah nampan di tangannya.
"Pesanan anda, nona," ucap lelaki bersuari hitam itu sambil meletakan secangkir kopi dan sebuah piring berisi potongan blackforest.
Wanita itu lalu mengangguk, mengucapkan terima kasih dan membiarkan lelaki itu pergi.
Sesaat setelah lelaki itu pergi, wanita itu hendak meraih cangkir kopinya. Namun ia mengurungkan niatnya saat merasa ada yang datang dari arah tangga menuju lantai dua. Wanita itu lantas mengalihkan tatapannya, menatap ke arah tangga dengan tatapan penasaran. Dan tak butuh waktu lama hingga tatapan itu berubah menjadi binar kagum dan terpesona yang kentara.
Seorang pria tampan dengan pakaian semi formalnya berjalan turun dengan tenang. Rambut hitamnya ditata sedemikian rupa hingga meninggalkan kesan yang remaja sekarang sebut dengan keren. Tangan kanannya ia masukan ke dalam saku, terlihat santai bak selebriti muda yang tengah naik daun dan dipuja semua kalangan. Lebih dari apapun, pria itu menunjukan aura pengusaha muda kaya raya yang diincar wanita dari semua kalangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
FanfictionCerita tentang asal usul Kimbum menamai caffenya "Aurora", membuat Kim Soeun merapat lagi ke kehidupannya. Setelah bertahun-tahun berpisah, di mana Soeun disibukan dengan dunianya yang kaku dan monoton serta hanya berporos pada bisnis dan pekerjaan...