“Jadi, bagaimana?”Young Hwa mengerjab saat sebuah suara tiba-tiba terdengar di sisinya. Ia lantas menoleh dan menemukan sang sahabat yang tengah menatapnya dengan tatapan bertanya. Dapat ia lihat juga, jika sahabatnya itu sangat tak sabar menantikan jawabannya.
Hei, tentu saja! Ini menyangkut kelangsungan bisnisnya, pegawainya dan cintanya, jadi bagaimanapun pria itu tentu akan tak sabar.
“Ini semua gara-gara kau!”
Namun, belum juga pria Jung itu membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan sang sahabat, sebuah suara lain terdengar dari dekat mereka—membuat keduanya kompak menatap ke sumber suara. Ada seorang wanita paruh bayah di sana dan tengah menatap tajam pada seorang pria paruh bayah yang mengenakan setelan jas lengkap. Kedunya tak begitu mengenal orang tua itu, tapi percakapan mereka cukup membuat baik Kim Bum maupun Young Hwa tertarik.
“Jika kau tak menuntutnya sejak dulu, ia tak akan jadi seperti ini!” wanita tua itu kembali bersuara lagi, membuat pria di depannya itu sontak saja menatapnya tak terima. “Sepuluh tahun yang lalu, kau menuntutnya menjadi nomor satu dan membuatnya hampir membunuh Kim So Eun. Lalu sekarang apa lagi, hah?! Hanya karena kertas perjanjian kerja sama itu, kau memaksanya mendekati pengusaha muda itu! Dan lihat hasilnya sekarang!”
“Kim So Eun?”
Kim Bum mengalihkan tatapannya dari kedua orang tua itu, lalu menatap Young Hwa yang kini juga sedang menatapnya. Ada sebuah pertanyaan yang tiba-tiba menjadi penting ketika ia mendengar wanita tua itu menyebut nama So Eun dalam ucapannya tadi.
“Mereka siapa? Dan kenapa mereka membawa nama Kim So Eun?”
“Siapa lagi?” tanya balik Young Hwa. “Orang tua Nam Gyu Ri, tentu saja.”
“Lalu, apa itu tadi?”
Young Hwa mengerjab dua kali, lalu melirik ke sekeliling sebelum mendekat pada Kim Bum hendak mengatakan sesuatu yang sepertinya rahasia.
“Polisi melakukan pemeriksaan kesehatan mental pada Nam Gyu Ri. Sepertinya, wanita itu benar-benar gila,” jawabnya dengan nada rendah—takut-takut kedua orang tua Gyu Ri yang ada di dekat mereka mendengar hal itu—dan sukses saja membuat Kim Bum melotot tak percaya. “Jika dikaitkan dengan ucapan ibunya tadi, kupikir ayahnya pasti sangat menuntutnya. Sepuluh tahun yang lalu, ayahnya pasti menuntutnya untuk menjadi nomor satu di sekolah. Tapi, karena posisi itu ditempati oleh So Eun, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan agar sampai ke posisi itu adalah menyingkirkan So Eun dan Ji Won. Kudengar, setelah mencelakai So Eun di Geoje dulu, ia juga berencana mencelakai Ji Won. Kurasa, sekarang ayahnya juga tengah melakukan hal yang sama. Hanya saja, aku tidak tahu itu apa dan bagaimana semua itu bisa berhubungan lagi dengan So Eun dan kasus ini.”
Penjelasan panjang lebar Young Hwa membuat Kim Bum mengerti. Ya, ia mengerti semuanya. Termasuk apa yang ayah Gyu Ri lakukan sekarang hingga wanita itu bisa berbuat nekat di caffenya tadi.
“Aku mengerti sekarang,” jawab Kim Bum.
“Termasuk hubungannya dengan So Eun dan kasus ini?”
Kim Bum mengangguk dua kali, membuat pria Jung di sisinya itu menatapnya dengan tatapan menuntut jawaban.
“Menurutmu, apa yang ibu Gyu Ri maksud dengan kertas perjanjian kerja sama itu?”
“Apa?”
Kim Bum diam sesaat, menatap kedua orang tua yang kini saling diam itu sebelum kembali menatap Young Hwa yang terlihat sangat penasaran.
“Satu bulan yang lalu, Nam Gyu Ri datang ke Aurora dan menawarkan kertas perjanjian kerja sama antara Aurora dan perusahaannya.”
“Apa?” baru satu kalimat yang Kim Bum katakan dan itu sukses membuat Young Hwa kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
FanfictionCerita tentang asal usul Kimbum menamai caffenya "Aurora", membuat Kim Soeun merapat lagi ke kehidupannya. Setelah bertahun-tahun berpisah, di mana Soeun disibukan dengan dunianya yang kaku dan monoton serta hanya berporos pada bisnis dan pekerjaan...