Aurora 16

756 115 17
                                    


Joana yang tengah berdiri di dekat salah satu meja pelanggan membulatkan mulutnya begitu saja. Matanya bahkan melebar dengan ekspresi yang paling bodoh saat ini. Bagaimana tidak seperti itu, jika ia baru saja disuguhi pemandangan seorang wanita bernama Nam Gyu Ri—yang selalu datang dan mengumpati Aurora dan bos mereka—kini beranjak cepat dari duduknya dan setengah berlari mengejar sang bos.

“Apa-apaan itu?” tanyanya tak percaya sebelum ia menoleh dan menatap Chaeyoung—gadis yang tadi bertugas melayani wanita Nam itu.

“Dia sudah gila!” balas Chaeyoung yang juga menatap Joana.

“Oh, aku tidak bisa membiarkan hal ini!”

Joana mengepalkan kedua tangannya, lalu berjalan mengekori Gyu Ri yang terlihat mengejar Kim Bum yang sedang menapaki tangga menuju lantai dua.

Sementara itu, Gyu Ri terlihat berlari kecil dan mendekat pada Kim Bum. Saat pria itu sudah akan menapaki tangga menuju lantai dua, dengan gerakan cepat ia mengulurkan tangannya, meraih lengan pria itu dan mendekapnya dengan tak tahu malu—membuat pria Kim itu tersentak dan menoleh kaget padanya.

“Kim Bum,” panggil wanita itu dengan nada dimanis-maniskan—membuat Kim Bum tak tanggung-tanggung menatapnya dengan kedua alis yang bertautan.

“Apa ini, Nam Gyu Ri?” tanya Kim Bum yang tak dapat menyembunyikan keterkejutan juga keheranannya.

Gyu Ri mendongak, menatap Kim Bum yang kini wajahnya ada tepat di atasnya—sangat dekat hingga ia bisa melihat betapa tampannya pria itu. Hidung mancung dan mata elang yang mengarah padanya itu benar-benar memabukan. Dan apa ini? Kenapa saat mata itu menatapnya ia merasa rasa aneh yang bergeleyar mengganggu di sekitar perutnya? Dadanya juga bergetar heboh. Tapi, rasanya menyenangkan.

Gila! Jangan katakan jika ia benar-benar telah jatuh ke dalam pesona pria itu?! HAHAHA! ITU TIDAK MUNGKIN! MANA MUNGKIN IA JATUH CINTA PADA PRIA MISKIN DAN BODOH YANG SUDAH MERENDAHKANNYA ITU!?

Tapi, Kim Bum sangat tampan!

TIDAK!

“Tidak mau menjawab?” suara Kim Bum terdengar lagi, membuat Gyu Ri sadar akan apa yang baru saja ia lakukan.

“Tidak!” jawab wanita itu kemudian. “Aku ke sini ingin menemuimu,” lanjutnya kemudian.

“Untuk apa?” tanya Kim Bum sambil berusaha menarik tangannya yang didekap dengan tak tahu malunya oleh Gyu Ri. “Kurasa tak ada yang harus kita bicarakan lagi tentang kerja sama itu,” lanjut pria itu acuh.

Saat Kim Bum berhasil lepas, Gyu Ri akan meraih lengan pria itu lagi—namun pria itu dengan segera menghindar.

“Aku ingin melihatmu dan menghabiskan waktu bersamamu,” jawab wanita itu dengan nada manja. Entah bagaimana ia melakukannya.

Kim Bum diam sebentar, menatap Gyu Ri dengan tatapan seksama sebelum ia mendengus kecil. “Ini jelas aneh! Kau tidak sedang jatuh cinta padaku dan ingin mendekatiku, kan?” tanya Kim Bum.

“Ha?”

“Atau kau ingin merayuku untuk mendapatkan tanda tangan pada kertas kerja sama itu?” pria itu mengajukan pertanyaan lagi. “Sebaiknya lupakan saja! Aku sama sekali tidak tertarik dengan keduanya!”

“Aku tidak melakukan keduanya,” sahut Gyu Ri membela diri. “Kita teman sekolah dulu bahkan kita bekerja sama di kepresidenan siswa. Kupikir saat ini kita bisa berbagi cerita,” lanjutnya kemudian.

“Kau hilang ingatan?” tanya Kim Bum tak percaya. “Kau siswa kelas satu dan aku siswa kelas empat. Kurasa itu saja sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.”

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang