Bab.7 (Laboratorium III)

43 10 0
                                    

Rarka Aditya Dimensi 1
    
Aku terus memandangi raut wajah Rarka D3 yang terus berubah-ubah, sepertinya dia larut dalam pikirannya sendiri. Setelah lama terdiam dia akhirnya berkata,
   
"Sudahlah..., kenapa kalian semua memandangiku...?"
Kemudian profesor tertawa melihat ekspresiku dan Rarka D2 yang kebingungan,
   
"Lalu haruskah kita mulai sekarang...?"
    
Aku membalas pertanyaan itu dengan senyuman, entah kenapa tiba-tiba aku merasakan tatapan mengerikan dari kedua arah, apa itu...?.
    
Kemudian profesor membawa kami ke sebuah ruangan melewati pintu besi dimana tempat dia keluar sebelumnya. Ternyata didalamnya terdapat tiga buah tabung besar berwarna hijau yang menyala bagaikan lampu tidur raksasa.
   
"Dari sini kalian keluar sebelum dipindahkan ke ruangan yang tadi..."    katanya sambil menekan berbagai tombol yang terletak disamping salah satu tabung.
Rarka D3 pun berkata sambil terus memandangi ketiga tabung itu dengan kagum
   
"Wah...aku pernah melihat yang seperti ini di dalam film..."
    
Tak lama pintu tabung itu terbuka dan mengeluarkan asap yang muncul dari dalamnya,disertai suara desissan yang mengiringinya. Aku memperhatikannya dengan seksama dan melihat tabung itu berubah menjadi berwarna biru muda, warna yang sama yang terdapat pada neon dipintu yang kulihat sebelumnya.
   
"Aku akan mengembalikan kalian ke waktu kecelakaan belum terjadi, sehingga kalian bisa menyelamatkan Diani...dan..."
Profesor berhenti bicara dan mulai memandangi kami satu-persatu, melepaskan kacamata Rarka D2, dan berkata,
   
"Kau akan menjadi Rarka D3, kau tidak bisa berpenampilan seperti ini..."

Rarka D2 tiba-tiba langsung memandang ke arah Rarka D3, melihat ekspresi itu Rarka D3 dengan keras berkata,
   
"Tidak akan pernah, aku tidak akan meminjamkan bajuku pada mu, tidak akan....!!!"
Setelah terdiam, tak lama dia langsung memandangiku, diikuti pandangan dari Profesor dan Rarka D2.
   
"Jadi, kalau si kacamata bodoh itu menjadi aku, berarti aku jadi-..."    dengan pandangan ngeri dia terus menatapku tajam.
   
Aku mengerti maksudnya, mungkin dia enggan untuk memakai bajuku, tentu saja bajuku tak sebagus dan semahal miliknya, aku cuma dapat membeli separuh dari seragam sekolahku.
    
Kemeja yang ku pakai pun sudah lusuh karena bekas tahun kemarin, aku bahkan tidak mampu membeli blazer serta dasi sekolah, jadi aku hanya mempunyai seragam olahraga, celana putih, dan abu-abu.
Tanpa menanyakan apapun aku langsung mengatakan apa yang Rarka D3 maksud,
   
"Aku...tidak mempunyai baju sebagus itu..., aku tidak punya uang..."

Lalu Rarka D3 menjawab dengan tajam,
   
"Lalu apa saja yang dilakukan dilakukan ayahmu...?"
    
Aku tidak bisa mengatakan apapun tentang ayahku, tetapi aku tahu apa yang harus aku lakukan agar mereka mengerti, perlahan aku membuka kemejaku, dan menunjukan semua bekas luka, yang dibuat oleh ayahku.
   
"Ini yang ayahku lakukan..., tentu saja aku tidak berani meminta uang lebih padanya..." jawabku sambil tertunduk.

Karena melihat mereka semua terdiam, sambil tersenyum kecut, aku berkata lagi,
   
"Hmm, ini bukan hanya perbuatan ayahku sih.., beberapa anak di sekolah kurang begitu menyukaiku, jadi sebagiannya perbuatan mereka..."

Rarka D2 yang sedari tadi terdiam, kemudian berkata dan memandang ke arah profesor,
   
"Itu sebabnya kau setuju dengan pertukaran ini..., kalau begitu aku tidak keberatan untuk bertukar dengannya..."

Profesor pun menyetujuinya, lalu menyindir Rarka D3, sambil menatap ke arahku,
   
"Lagi pula, mana mungkin...aku menyuruh Tuan Muda menjadi dirimu...itu juga tidak mungkin..."
   
"Jadi urutannya begini, Rarka D1 ke dimensi 3, Rarka D2 ke dimensi 1, dan Rarka D3 ke dimensi 2.."   sambung profesor menjelaskan.
Kemudian profesor menekan satu tombol yang membuat semua pintu tabung itu terbuka,
   
"Kalian harus menukar kalungnya juga sesuai dimensinya, karena semua kekuatan kalung itu disesuaikan oleh kegunaan pada kecelakaannya..."
Kupikir tidak ada gunanya aku bahagia saat tau kalung pengembali waktu itu milikku, pada akhirnya ini juga akan di tukar.
    
Setelah bertukar kalung kami memasuki tabung itu sesuai yang dikatakan profesor, seketika pintu tabung itu tertutup, dan aku mulai merasa lemas, percayalah rasanya seperti semua tenagamu dihisap seketika.

                           *----*

Another Dimension to be Continue...

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang