Bab. 10 (Be your self)

34 7 0
                                    


Rarka AdityaD1 di Dimensi 3

Tidak...!, aku tidak akan bisa berperan menjadi Rarka D3, walau pun kami terlihat mirip tapi, bukankah keluarganya mengenalnya dengan baik...?, bagaimana jika aku terlihat berbeda...?. Lalu bagaimana dengan almarhum ibu Rarka D3...?, aku kan sama sekali tidak mengenalnya...?.

"Pak nanti di depan masuk ke perumahan Mutiara ya pak..."   kataku pada supir taxi yang sedang menyetir.
   
"Apa...kamu adalah anak Presdir NS Grup... ?"

Aku tak begitu yakin, tapi sepertinya itu adalah perusahaan milik Ayah Rarka D3.
  
"Ba...bagaimana bapak tahu...?"
  
"Itu karena saya melihat beritanya kemarin...katanya setelah istrinya meninggal, anak semata wayangnya malah menghilang..., tapi sepertinya kamu sudah mau pulang ya...?"   katanya sambil terus menyetir.

Aku pun mulai terkejut kembali dengan perkataan aneh supir taxi itu.
  
"Ap..apa bapak bilang tadi...?, Ib..ibu meninggal ke...kemarin...?"

Dia pun meminggirkan mobilnya, dan perlahan menengok ke arah belakang. Aku tidak bisa berkata apapun dengan yang aku lihat, ternyata supir taxi itu adalah...
   
"P...profesor...?!!"
   
"Jangan kaget begitu, kita kan sudah pernah bertemu sebelumnya..."   katanya sambil melepas topi yang dipakainya.
   
"Bagaimana...?secara tak sengaja kau sudah menggunakan kalung itu..."
   
"Omong kosong...,bagaimana bisa...??!!!"
Aku melihat layar handphone ku untuk memastikan, dan benar saja tanggal dan waktu di handphone ku telah berubah.
  
"Bukankah bagus..., kau tidak perlu kepusingan lagi, untuk mencari cara agar bisa terlihat seperti Rarka D3..."
   
Benar juga...itu kegunaan kalung ini, melompat ke waktu yang kita inginkan. Bahkan saat aku menggunakannya aku tidak sadar. Entah kenapa aku menjadi merasa was-was pada kalung ini.
   
"Lalu apa yang harus aku lakukan selanjutnya profesor...?"
   
"Tentu ini akan memudahkanmu, bahkan kau masih memakai seragam sekolah..."

Profesor mengaba-abai aku untuk mendekat ke arahnya, lalu dia berbisik pada telingaku.

(Rumah)
   
Profesor menghentikan mobil tepat di depan pagar rumahku, eh...maksudku rumah Rarka D3. Aku melirik ke arahnya, ku lihat dia sedang tersenyum menertawaiku sambil terus menghisap rokoknya, yang sejujurnya asapnya sangat mengganggu sedari tadi.
   
"Hahaha..., kasihan sekali...wajahmu sampai pucat begitu..."
   
"Diam kau...!!!"  sahutku sambil membanting pintu mobil taxi itu.
   
"Semoga beruntung...!!"  
   
Dia pun pergi tanpa menghiraukan ekspresi kesalku. Dasar Pak Tua sadis, bisa-bisanya aku diberi misi yang sulit seperti ini.
    
"Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang..."

Tiba-tiba aku mendengar kata-kata Diani yang muncul begitu saja di kepalaku. Aku tidak tahu kenapa, tapi sekarang aku merasa, harus bisa membantunya, apakah ini rasa bersalah...?atau hutang budi...?. Aku seperti merasa bersalah telah mengeluh tadi, walau bagaimana pun ini semua untuk menyelamatkan Diani.
   
"Tuan Muda...?!!, akhirnya anda kembali...!!"
Seorang kakek tua memeluku dengan sangat erat. Aku tidak begitu yakin, kurasa namanya Rogers, dia adalah pelayan di rumah ini sudah dari tiga puluh tahun yang lalu.
   
"R...Rogers...a...aku..."
   
"Aku mengerti Tuan, anda pasti lelah, silahkan masuk ke dalam Tuan..."
Setelah melihat ekspresiku, dia bertanya
   
"Tuan...anda baik-baik saja...?"
   
"Tidak..., aku tidak baik-baik saja..."    kataku dengan suara bergetar.
   
"Tuan..."
   
"Aku...aku tidak mengerti...apa yang sebenarnya terjadi..., aku sungguh tidak mengerti..."
Seperti saran profesor, aku menangis sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.
   
"Tuan Muda, anda harus tabah, mungkin ini memang yang terbaik bagi Nyonya..., mungkin sekarang saya mengerti mengapa Tuan tidak pulang ke rumah kemarin..."   Rogers berkata sambil mengelus bahuku.
    
Setelah dirasa sudah cukup, aku izin kembali ke kamar kepada Rogers.
                                    
                          *-----*
    
Pada pagi harinya, seperti biasa semua sudah disiapkan oleh pelayan yang ada di rumahku...ehem, maksudku rumah Rarka D3. Dari mulai sarapan, baju seragam, semua telah disiapkan.

Setelah di perhatikan, rumah ini terlihat sepi, rumah ini sangat besar, tapi kurasa terlalu besar hanya untuk ditinggali beberapa orang saja.

Pada pagi hari rumah ini memang ramai, tapi setelah sore rumah ini menjadi sepi karena kebanyakan pelayannya akan pulang.

Namun, aku tak punya banyak waktu untuk memikirkan itu. Tugasku sekarang adalah berangkat ke sekolah dan bertemu dengan Diani secepatnya, aku ingin segera meluruskan masalah ini.

                          *-----*

(Di sekolah)

"Apaanya...?!!,"  kataku sambil menatap Vino yang sedari tadi cemberut. Sampai-sampai sepertinya bisa saja bibirnya itu jatuh ke lantai.

"Makanya aku bilang....!!, kenapa kau kemarin tidak masuk sekolah, dan aku dengar kau menghilang..., bisa-bisanya kau muncul di hadapanku dengan santai begitu...!!"

Benar...aku lupa, aku meninggalkannya begitu saja di kantin kemarin...

"A...aku sebenarnya, pergi ke...itu..anu...apa ya...?"

"Aku dengar terakhir kali terlihat kau bersama Diani, lalu Diani juga menghilang setelah beritanya yang membunuh ibumu, sebenarnya kalian menginap dimana...??!!"
   
"Suuuuudaaah aaakuuu biiilaaang, aku tiiidak beeerrrrsaaaamaaaaa- anyaaaaaa....!!!!!!"   aku berteriak ke arahnya.
    
"Aduh-aduh apa ini...?, sebaiknya kau lihat wajahmu sekarang, kenapa memerah begitu...?, kau pasti mengingat sesuatu yang menyenangkan'kan bersamanya...?!!"
   
"Wajahku merah karena maraaah..., dasar...?!!!"

Setelah lelah berteriak kami berpandangan, terdengar bunyi nafas kami yang tersenggal-senggal.
   
"Maaf tidak memberi kabar padamu..."

Aku melihat ke arahnya, spontan dia tertawa dengan geli.
   
"Apa yang sebenarnya kita lakukan...?!!"

Aku melihat sekeliling, semua orang menatap kami dengan aneh...benar-benar memalukan...!
   
"Diani, bagaimana kabar yang sudah tersebar tentangnya...?"  tanyaku akhirnya.
   
"Aku tidak begitu tau, setelah berita itu, dia jadi incaran polisi, dan tidak datang lagi ke sekolah..."
   
"Sebenarnya, ada yang ingin ku ceritakan kepadamu..."   tegasku.

Aku mengajaknya untuk datang ke rumahku sepulang sekolah nanti, dan Ia pun setuju.

Saat sampai di rumah, aku melihat Ayahku..., maksudku bukaaan Ayahku...!!, Ayah Rarka D3. Kulihat ia sedang berdiri di depan gerbang rumah, dengan setelan jas hitamnya, terlihat seperti malaikat penunggu pintu neraka dengan raut wajahnya yang terlihat sangat marah. Apa dia marah karena aku tidak datang ke pemakaman...?, entahlah...memikirkannya saja membuatku semakin takut.
                            *----*
     
Another Dimensions to be Continue..

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang