Bab.9 (leave the pain)

40 9 0
                                    


Rarka D1 di Dimensi 3
    
Sudah dua hari sejak aku berada di dimensi ini, aku sudah mulai terbisa dengan kejadian-kejadian aneh yang terjadi disini, salah satunya adalah...
   
"Apa yang sedang kau pikirkan....?"

Vino adalah temanku di dimensi ini.
Saat pertama kali disapa olehnya kemarin, kupikir aku akan terkena serangan jantung karena kaget.

(Satu hari yang  lalu)
    
Satu-satunya yang kupikirkan saat ini adalah, aku harus tetap fokus, jangan sampai di curigai oleh siapa pun...!, jangan melakukan kesalahan...!, hanya kata-kata itu yang terus berputar di otakku.
   
"Hei kau kenapa...?,kenapa kau terlihat sangat ketakutan..?"
Aku disapa oleh seseorang untuk pertama kalinya dan dia adalah...
 
"Vi...Vino...?!!!"
Tak sadar aku mengeluarkan suara melengking yang sangat aneh...
   
"Kau kenapa...?,"   dia pun bertanya lagi.
   
"A..aku tidak apa-apa...hanya sedikit melamun..."

Yang benar saja...!!!, kenapa aku juga harus bertemu dia di dimensi ini...?!!!,tamatlah sudah...
   
"Oh...iya, kau kemarin berjanji sepulang sekolah nanti kita akan bermain video game di rumahku, kau harus datang ya...?, jangan mengingkarinya seperti waktu itu...,"    katanya sambil tersenyum simpul.

Kupikir ini tidak seburuk yang aku kira, mungkin di dimensi ini, aku dan ia berteman.

"Ta...tapi aku-.."
   
"Jangan mengelak lagi, kau harus datang..."
Kurasa ini akan menjadi hari yang sangat panjang....
                                     
                             *----*

(Kejadian sekarang)
   
"Tidak aku hanya memikirkan ini dan itu, tidak ada yang penting...,"   jawabku.
Lalu Vino berkata,
   
"Benarkah...?, kupikir kau terlihat sedikit kesal..."
   
"Sebenarnya aku memang sedang kesal dengan seseorang..."

Kemudian dia mengepalkan tangannyadan mulai membuat wajah yang menakutkan,
"Serahkan padaku...!!,"   serunya.
   
"Tiiidak, bukan itu yang aku maksud..."
   
"Lalu...?"

Aku menaruh daguku pada meja dengan lesu...

"Dari pada kesal aku lebih merasa iri padanya..., dia selalu mendapatkan segalanya, bahkan..."

Aku melirik ke arah Vino,
   
"Dia juga dapat melakukan sesuatu yang sangat tidak mungkin bagiku..."

Aku melihat ekspresi kebingungan yang terlihat di wajahnya,
   
"Aku tidak mengenal siapa orang itu..., tapi satu yang pasti dia pasti sangat hebat..."

Mendengar perkataannya malah menambah kekesalanku.
   
"Hah...?, kenapa bisa begitu...?"

Lalu dia menjawab dengan singkat,
"Ya...karena, dirimu pun iri padanya..."

Ah iya...,aku lupa, aku sedang menjadi Si Anak yang punya segalanya tersebut.
   
"Kau mau ke kantin...?"  tanyanya sambil berdiri.
   
"Hmm baiklah...," jawabku singkat.
                            
                            *----*

(Di kantin)
   
Keanehan kedua, yaitu pemandangan yang aku lihat saat ini. Aku melihat meja-meja dengan taplak putih bersih tersusun rapi layaknya restoran mewah, aku bahkan hampir lupa kalau ini adalah kantin sekolah.
   
"Hei...kau ingin makan apa...?"   Vino bertanya sambil melihat-lihat sekeliling.
   
"Aku sedang ingin makan roti..."
   
"Baiklah aku akan segera mengambilnya..."

Dia pun berlari meninggalkan aku, membuatku menjadi semakin sulit percaya kalau dia itu seorang Vino.
     
Aku melihat sekeliling,dan pandanganku tertuju pada Diani yang sedang kesulitan membawa sekantung roti, dan senampan penuh jus jeruk.

Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang