Bab.12 (Who is She)

28 8 0
                                    


Rarka Aditya D2 di Dimensi 1

Matanya yang tajam terus menatapku, seolah tatapannya itu dapat menembus sampai ke belakang kepalaku. Siapa sebenarnya dia...?, apa yang dia maksud dengan itu...?. Dia siapa...?, aku berusaha menebak apa yang sedang dia pikirkan, namun sayang, aku tidak berhasil.

"Kau baik-baik saja...?"

"Hah...?"

"Wajahmu pucat, minimarketnya masih di depan...kalau kau mau pulang duluan ya sudah, biar aku saja yang beli..."  katanya sambil membenarkan letak kacamata merahnya.

Ia memasukan kedua tangannya ke kantung jaketnya dan bersiap melangkah pergi, dengan sigap aku menyambar tangannya.

"T...tunggu dulu...!"

Dia pun menoleh...

Aku masih terlalu bingung maka dari itu aku harus meluruskan ini, aku berdiam sebentar mencoba merangkai kata-kata dari banyaknya pertanyaan yang terbang di dalam kepalaku, dan jadilah...!!pertanyaan yang tidak jelas.

"Kau..., siapanya profesor...?"

Krik..krik..krik...saking sunyinya aku sampai mendengar suara jangkrik yang menertawai pertanyaan bodohku itu. Dia masih dengan mode diamnya, mengedipkan matanya dua kali dan...

"Profesor...?, siapa itu...?"
.
.
....eh...loh kok dia tidak tahu...?, seharusnya kalau yang terjadi di film-film begini...

"Kau siapanya profesor...?"

"Aku anaknya...memangnya kenapa...?"

Tidak seperti yang sebelumnya kali ini dia tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya karena gugup dan-......
.
.
.
.
.
Bukankah harusnya begitu....??!!!

Dengan cepat dia menarik tangannya dari genggamanku, lalu membenarkan lengan jaketnya. Benar-benar aku-tidak bisa berkata apa-apa saat ini.

"Tunggu...yang kau maksud tadi itu-..."

"Rarka, Shabrina...!!"

Sebuah suara dari kejauhan mengagetkan kami berdua, serempak kami menoleh ke arah suara itu.

"Kalian kenapa malah disini, hari sudah gelap, minimarketnya akan segera tutup...!"  seru Diani sambil berlari menghampiri kami.

Dia pun mengatur nafasnya dan berkata lagi,

"Lupakan saja soal soda, kita kembali ke rumah sekarang, hari sudah malam..."

Lalu dia menarik tangan kami dan menyeret kami seperti anak kecil. Aku masih ingin mendengar jawaban Shabrina tadi, tapi disini sekarang ada Diani, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini.
           
                           *----*

Diani memandangi kami berdua dengan raut wajah yang berubah-ubah, menghela nafas, kemudian tertunduk, dan melakukan urutan itu berulang kali.

Aku melihat ke arah Shabrina, tapi mimik wajahnya masih sama seperti yang tadi, Hah...dia sudah tidak ada harapan, apa ekspresinya itu sudah error, ya sudahlah aku sudah cukup pusing dengan semua ini.

"Kenapa kalian terlihat seperti musuh bebuyutan begitu, apa yang sedang kalian bicarakan di tengah jalan seperti tadi...?"

"Tidak ada kok, bukan apa-apa..."  jawabku secepat kilat.

"Mencurigakan...!"  seru Diani menoleh ke arah Shabrina.

"Hmm...Diani...bisa kita tidur sekarang...?" ucapku agak perlahan.

Aku melihat Shabrina sudah tidur, di tempat duduknya tadi. Terangguk-angguk kepalanya seperti burung pelatuk. Aku hampir saja tertawa melihatnya.

"Huh...baiklah, kita tidur saja kalau begitu..."

Diani membangunkan Shabrina dan menyuruhnya tidur di kamar.
.
.
.
.
Sementara aku...??!!, tidur di sofa ruang tamu.

                            *----*

Another Dimensions to be Continue..

Maaf kalo agak pendek, sorry for typo...😅😅😅
Jangan lupa vote dan follow...😘😘
Thanks for reading...😄😄


Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang