Semakin banyak ponselku berdering karena panggilan, semakin cepat langkah kakiku berjalan, dan berlari. Aku tahu ini pasti panggilan dari ibu, yang sudah pergi duluan bersama ayah ke sebuah resort yang kini sedang kujelajahi tempatnya. Bertanya pada resepsionis mengenai nama tempat yang mana ditulis bahasa Inggris semua, dan aku benci ketika pengucapanku dalam bahasa Inggris sangatlah aneh, dan membuat orang menerka lebih lama maksud kalimat yang kuutarakan. Alhasil, yang kulakukan adalah meraih ponselku, meminjam aplikasi memo, dan mengetiknya, lalu menunjukkannya kepada si resepsionis. Setelah memastikan diri jika ia sudah membacanya ia pun berkutat dengan komputernya, menanyakan namaku, dan mengecek nama ruangan tersebut. Dia pun memaparkan bahwa namaku tertera di sana sebagai tamu di ruangan itu. Dan menjelaskan dimana letak ruangan tersebut.
Setelah menyimak dan memahami penjelasannya, dengan menggenggam kalung salib, aku langsung berlari lagi, bahkan lebih cepat lagi dari tadi, setelah ponselku berdering untuk kesekian kalinya, hanya saja masih lari tertahan karena aku memakai heels.
Namun, aku ambruk saat ingin membelokkan diri ke kanan. Wajahku menabrak sesuatu yang keras dan membuat tubuhku terhempas ke belakang sehingga aku jatuh terduduk. Hidungku seperti cedera sesaat, tulang rawan di hidungku serasa hampir dipatahkan oleh dada seorang lelaki yang menjulang tinggi, berdiri tapi wajahnya tidak menyiratkan kalau dia merasa bersalah sudah hampir mencelakakan seorang gadis.
"Astaga, hari burukku masih belum berakhir juga. Hey, nona kalau kau baik-baik saja, bangunlah. Jangan mengharapkan kehidupanmu seperti drama Korea yang kau tonton. Seperti menabrak pria tampan, lalu pria itu membantumu sambil menanyakan dirimu 'kau baik-baik saja?'" Celotehnya padaku.
"Fine! Aku juga tak ingin ditolong oleh orang sepertimu." Aku pun berdiri dengan tangkas. "Aku menyesal bertemu denganmu, Tuan Sombong!" Kataku yang menekankan dua kata terakhir yang kuucapkan. Lalu pergi meninggalkannya. Itu lebih baik daripada hatiku semakin panas melihat arogansi dari pria yang tak kukenali tadi, memilih tetap ke tempat pertemuan yang sedari tadi membuatku buru-buru seperti ini.
Perjodohan. Sepanjang umurku yang mendekati kepala tiga ini, aku muak karena mendengar kata itu setiap hari. Entah itu dalam lingkungan keluargaku, pertemanan, hingga lingkungan kerja. Bahkan untuk berharap bisa bangun pagi dan sarapan dengan tenang pun tidak bisa terwujud, karena kata perjodohan itu meracuniku lebih dulu. Di saat pagi dengan matahari yang begitu manis ini.
"Pergilah ke ruangan Matthew de Collinque. Ayah sudah mengatur pertemuan untuk menjodohkanmu dengan anak dari teman Ayah."
"Jadi Ayah membatalkan pertemuan kita dengan Direktur Sanhyang Hotel?" Aku pun murka dengan jawaban Ayah setelah itu. "Ayah, ketika dulu Ayah menegurku karena dulu aku tidak profesional. Bukankah sikap Ayah yang seperti ini menunjukkan bahwa Ayah juga tidak profesional?""Bukan begitu, Wonyoung. Aku tidak mau kau melewati masa emasmu dalam mencari pasangan hidup. Ayah tak masalah jika kau ingin melonggarkan sedikit pekerjaanmu untuk bisa membagi waktu dengan pasanganmu. Asalkan kau berkeluarga, dan…"
"Aku punya penerus perusahaan." Sambungku yang sudah hapal celotehan Ayah. "Ayah, sebaiknya biarkan aku bekerja dengan tenang. Atau aku kembali kabur ke US, dan takkan pernah kembali." Jelasku bangkit dari kursi, tanpa mempedulikan Ayah yang meneriaki namaku yang telah memenuhi ruang makan. Ini hanyalah wujud kekesalanku terhadap Ayah yang cenderung memaksa. Aku sudah tak peduli ia mengancamku seperti kekayaannya selama ini takkan dibagikan kepadaku. Aku terlalu bosan mendengar ancaman itu.
"Astaga, hari burukku masih belum berakhir juga." Celotehku sambil mengacak-acak rambutku. Mengeluh mengapa berjalan pun aku harus menabrak seseorang. Seorang wanita. "Hey, nona kalau kau baik-baik saja, bangunlah. Jangan mengharapkan kehidupanmu seperti drama Korea yang kau tonton. Seperti menabrak pria tampan, lalu pria itu membantumu sambil menanyakan dirimu 'kau baik-baik saja?'" Kataku sambil mengacak pinggang, karena dia masih mengadu kesakitan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE LOVE (FF Short Part Compilation)
FanfictionShort Parts FF Compilation With 21++ sense Watty Award 2019 Nominee Beberapa Part di-private. Follow dulu sebelum tambahkan cerita ini ke perpustakaan atau reading list. Enjoy. Thanks, God Highest rank: #1 Mood Hastag(20180823)