Semakin kugenggam kalung ini, semakin membuatku marah. Kalung yang akan kuberikan sebagai wujud cintaku ini justru membuat petaka, petaka untuk hubungan ini. Tidak, aku tak bisa menerima hal ini sebagai salahku. Aku tak sepenuhnya salah karena hal ini.
Malam itu adalah saat yang tepat untukku mengutarakan perasaan dan melamarnya. Menyadarkannya bahwa perjodohan itu tidaklah buruk seperti yang ia kira. Cinta bisa tercipta ketika keduanya bisa membukakan diri dan mau menerima satu sama lain.
Dan semua terjadi akibat kalung salib ini.
"Dimana aslinya? Aku lebih menginginkan kalung lamaku. Karena itu pemberian dari Woojin Oppa, aku tak boleh menghilangkannya."
Dan aku terus menanyakan hal ini:
"Berarti aku masih belum bisa memiliki hatimu?"
Aku, lelaki yang terlaku yakin. Aku yakin bahwa aku telah meluluhkan hatinya pada malam itu, dan aku yakin dia mau menerimaku setelahnya. Lalu, hari buruk itu tiba karena kalung salib ini. Kalung yang menjadi tanda pertemuan awal kita, dan aku semakin yakin akan menjadi tanda-tanda kita akan berpisah.
Alhasil, kalung salib yang terbuat dari emas putih ini hanya sebagai gantungan dekat kaca mobilku. Setiap perjalanan yang kutempuh, ia selalu melambai-lambai dari kiri ke kanan. Kalung yang hanya bisa menyimpan harapan untuk dimiliki seseorang, dan kalung yang menjadi wujud kekecewaan seseorang karena tak dimiliki oleh siapapun.
Sudah lima hari aku tak pernah pulang ke rumah. Tak ada yang bisa kuperbuat ketika aku bertemu dengannya setelah aku mengembalikan kalung aslinya. Aku hanya mempersiapkan diri untuk tetap tegar saat aku meninggalkannya. Walau rindu menghampiri, aku hanya berjuang sendiri tanpa bantuan selain menangis, satu-satunya cara agar aku bertahan.
Sampai pada suatu ketika, ia bertekad datang ke kantorku dan menghubungi sekretarisku untuk membuatnya menemuiku. Aku tak bersuara sedikit pun dan hanya menatapnya. Dia sendiri yang memulai tanpa aba-aba dariku.
"Pulanglah ke rumah. Aku merasa seperti perempuan kesepian."
Terdengar seperti permintaan. Tapi begitulah ia berbicara. Setelah memberi senyum ia pun pergi meninggalkan ruanganku yang aku juga tidak pernah mengusir atau mempersilahkannya untuk keluar.
Aku pun memenuhi permintaannya. Begitu juga dia yang tidak menggangguku sama sekali. Aku hanya bisa mengucap terimakasih dalam hati. Aku merindukanmu, Yeonhee. Tapi dalam hati ini, masih menyimpan kebencian karena harapanmu yang palsu. Jika kau sabar menunggu, tunggulah sampai kebencianku sirna. Setelah itu, aku akan kembali padamu.
Aku harap kau tak menunggu Woojin Oppa-mu lagi.
Kata orang-orang, ketika kita biasanya melihat seseorang itu ceria, penuh canda tawa, dia akan menjadi orang lain ketika marah. Ya, Kim Wonyoung termasuk dalam daftar orang-orang yang seperti itu. Baru pertama kali aku melihatnya semarah itu. Entah karena pertama kali melihatnya marah, tapi kemarahan yang terpancar dari wajahnya benar-benar murni. Namun, ditambah sedikit syok. Hal yang tak bisa ia terima, bisa terjadi padanya demikian.
Pada saat ia tak pulang berhari-hari, hari-hari kulewati dengan merenung. Mencari letak kesalahanku yang membuat jarak sepanjang ini di antara kami. Dan kuakui aku salah. Aku tak berharap banyak dan hanya ingin dia pulang ke rumah. Aku tidak akan mengganggunya karena aku tahu ia tidak akan mau dan memilih untuk menghindar. Aku hanya ingin memperhatikan dia lebih dekat secara diam-diam. Aku jamin itu takkan menyakitinya.
Cuaca mendung di akhir pekan ini membuatku enggan untuk bangun pagi. Hujan turun deras pada pukul lima dan mulai mereda pada pukul tujuh. Aku pun bertanya-tanya apakah hujan bisa menyembuhkan hubungan kami? Aku pun berniat ingin mengetahui dimanakah Wonyoung saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/119492419-288-k705451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE LOVE (FF Short Part Compilation)
FanfictionShort Parts FF Compilation With 21++ sense Watty Award 2019 Nominee Beberapa Part di-private. Follow dulu sebelum tambahkan cerita ini ke perpustakaan atau reading list. Enjoy. Thanks, God Highest rank: #1 Mood Hastag(20180823)