Prolog

18.3K 454 0
                                    

~Masa lalu itu ada untuk bisa lo ambil pelajaran bagi masa depan~

@

Seorang gadis yang memiliki lesung pipi di kedua pipinya itu kini menatap sebuah batu nisan milik seseorang yang amat ia rindukan. Senyuman yang ia paksa tunjukkan menghiasi wajah manisnya agar orang yang tak bisa ia lihat sekarang bisa tersenyum saat melihat senyuman miliknya.

“Rick, aku kangen banget sama kamu. Aku tau kamu sekarang udah bahagia kan disana ? Semoga kebahagian kamu bisa kamu tularkan ke aku ya ?” Bunga mengelus lembut batu nisan bermarmer hitam itu. “Aku kangen banget sama kamu. Kamu kapan datang ke mimpiku lagi ? Aku sayang banget sama kamu Rick” Ia menyeka air matanya yang tiba-tiba saja keluar begitu saja.

Setelah memanjatkan beberapa doa, Bunga menatap batu nisan itu lagi “Aku pergi dulu ya Rick. Kalau kamu kangen, mampir ke mimpiku aja. Meskipun cuma sebentar” Ia berdiri dari posisi jongkoknya, menatap ke batu nisan itu untuk kesekian kali. Kemudian memutuskan untuk melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu. Meskipun hatinya ingin tetap disana.

@


Hujan adalah rahmat dari Tuhan untuk semua makhluknya. Tak sedikit juga orang yang menyukai hujan, seakan-akan hujan memberi sensasi tersendiri bagi siapapun yang merasakannya. Tapi berbeda dengan seorang cowok bermata hazel yang kini menatap tetesan air hujan di balik jendela kamarnya dengan penuh siratan kebencian. Suara petir yang menggelegar seolah menjadi pelengkap diantara kebencian yang ada padanya. Hujan yang seharusnya menjadi penyejuk malah membuat dada Arza semakin sesak. Ia mengepulkan asap rokok yang dihisapnya ke udara. Membuat gumpalan seperti awan menari-nari terbang mengikuti angin yang membawanya pergi. Arza membuang putung rokok yang tersisa di asbak yang berada di meja kamarnya. Ia kemudian menyambar jaket yang terdapat di sisi ranjang miliknya.

Arza menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa, membuat asisten rumahnya menggeleng-gelengkan kepalanya karena kelakuan majikannya itu. Siapa yang berani mengganggu kemarahan Arza karena hujan ? Jelas tidak ada. Lalu mengapa ? karena jika ada yang mengganggunya disaat hujan, maka orang itu siap merelakan nyawanya melayang karena Arza. Kalau tidak, Arza akan meninggalkan lebam disekitar wajahnya.

Arza mengendarai motor sport hijau miliknya, membelah padatnya lalu lintas jalanan kota yang didominasi oleh kendaraan beroda empat yang mampu menerobos lebatnya hujan di malam hari ini. Disaat pengendara sepeda motor lainnya yang memutuskan untuk sekedar berteduh dari lebatnya hujan atau menggunakan jas hujan demi melindunginya dari air hujan, Arza malah membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Ia masih tetap fokus menuju suatu tempat yang mungkin akan membuatnya merasa lebih baik.

“wush, si bos basah-basahan nih” sambut seseorang ketika ia melihat Arza sudah sampai di tempat itu. Arza menatap orang itu sekilas, lalu berjalan masuk ke dalam sebuah rumah yang menjadi markas kebanggaannya, membiarkan orang itu mendengus kesal karena Arza yang melewatinya begitu saja.

Arza melepaskan jaket hitam miliknya, kemudian membiarkan tubuhnya berbaring di atas sofa yang ada di ruang tamu itu. Ia memejamkan matanya, namun lagi-lagi sebuah suara mengganggu acara tidurnya.

“Za, Arza” Tak hanya suara, kali ini diiringi dengan goncangan di kaki Arza. Membuat Arza sedikit demi sedikit membuka matanya. Cengiran dari seseorang yang mengganggu tidurnya adalah hal yang pertama kali Arza lihat saat membuka matanya.

Arza mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, “kenapa sih Bay ?”

Orang yang bernama Bayu itupun menunjukkan cengirannya “lo kenapa ? jangan bilang ini karena hujan ?”

Pertanyaan dari Bayu tak mendapatkan jawaban dari Arza, karena ia yakin pertanyaan itu hanya mampu membuat memori yang sudah ia kubur dalam-dalam akan muncul kembali. Menciptakan kenangan yang tak akan pernah mati.

Seolah-olah mengetahui apa yang dirasakan sahabatnya itu, Bayu menepuk pelan bahu Arza “itu udah lama kali bro, nggak usah dipikirin. Dia juga udah bahagia”

“Julian mana ?” Arza mengubah topik pembicaraan yang akan membuatnya hatinya sakit dengan mempertanyakan keberadaan sahabatnya yang lain.

“kenapa lo cariin gue za ? kangen ?” suara sahutan itu muncul dari balik punggung Arza. Membuat Arza bergidik ngeri karena Julian mempertanyakan ‘sesuatu’ yang menurut Arza menjijikkan jika ia mendengarnya dari mulut Julian.

Julian melempar kaleng soda berwarna hijau itu ke Arza dan Bayu. Ia pun mengambil duduk disamping Arza. Jadi, posisi duduk Arza itu diantara Bayu dan Julian. Ketiga cowok itu membuka tutup kaleng soda tersebut. Sehingga, menimbulkan suara Cesss... saat mereka membukanya. Setelah mereka meminum minuman soda itu, Arza menyisir rambutnya yang basah karena hujan ke belakang. Namun,sepintas ide jahil muncul di kepalanya. Rambut yang basah itu sengaja ia kibaskan ke arah kanan dan kiri, membuat Bayu dan Julian yang ada disampingnya merasakan cipratan air di wajah mereka.

“woy Za, lo belajar buat jadi anggota trio macan ya ?” Bayu sudah merasa gatal jika ia tak menghentikan aksi jahil sahabatnya itu.

“kalau lo nggak berhenti juga, gue jambak jambul lo !!!” kali ini Julian yang berbicara sedikit mengancam.

Seketika aksi jahil Arza pun terhenti, kini tergantikan oleh gelak tawanya melihat wajah kesal dari kedua sahabatnya itu. Ia sampai memegangi perutnya karena menahan tawanya sendiri. Mood Arza yang tadinya buruk saat ini menjadi baik karena kedua sahabat kecilnya.

Kalau ini bisa buat lo tertawa. Gue bisa apa ? batin Julian

Arza menghentikan tawanya, ia menyenderkan punggungnya ke sofa, merasa kelelahan karena tertawanya sendiri “udah, udah. Stop. Sumpah muka kalian itu persis kayak kucing yang nggak mau mandi tau nggak ?”

“untung Za,lo sahabat gue. Kalau nggak mah...” gumam Bayu

“Za, lo besok sekolah nggak ?” Julian bertanya kepada Arza yang masih mencoba untuk menormalkan ekspresinya.

“iya”

“kalau gitu lo masuk sono gih, ganti baju ntar lo sakit gue yang repot. Abis ganti baju langsung tidur” Julian berbicara seakan-akan ia adalah ibu yang sedang menasehati anaknya.

Arza yang tadi tawanya sudah berhenti kini muncul kembali.Tak lama, karena ia kemudian bangkit dari duduknya dan akan beranjak pergi. Namun,sebelum itu terjadi, Arza mencubit pipi Julian gemas sambil berkata “iya mama” lalu berlari menuju lantai dua.

Bayu dan Julian yang melihat hal itu hanya serempak untuk menggeleng-gelengkan kepala. Sambil melemparkan kalimat “sahabat lo tuh” satu sama lain.

@

Bersambung.......

Vote dan komen dong guys... 😊

Banyakin komen deh,  buat evaluasi ☺

Ini revisi, mumpung ide lagi ngalir. Jangan lupa baca ceritaku yang lain yang berjudul "(B)ecause (Y)ou"

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang