Part 31

3.2K 128 0
                                    

Terima Kasih sudah mau membaca dan menunggu notif dari cerita ini.

Maaf ya selama hampir satu bulan aku nggak bisa update cerita ini karena aku nyusun outline yg lebih pas aja biar nyambung. Sama benerin alur biar nggk berantakan. Walaupun part awal² udah berantakan siih.. 😂😌

Sekitar kurang lebih lima part lagi bakalan ending dan aku mau fokus sama ceritaku yg satunya. Kira² kalian mau aku kasih perkenalan visual nggak niih?

Vomment-nya ditunggu ❤

SELAMAT MEMBACA

💐💐💐

~ Jangan diungkit, nanti sakit. ~

💐💐💐

"Kalian saling kenal ?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Bunga semakin membuat suasana mencekam. Hening, tak ada sahutan membuat Bunga menatap Arza dan Fandi bergantian, menuntut sebuah jawaban.

"Gue heran, ternyata dunia ini sempit juga ya." Setelah beberapa menit suasana hening diantara mereka bertiga, akhirnya Fandi angkat suara juga. "Lo tahu siapa dia Bunga ?" Jari telunjuk Fandi terangkat tepat didepan wajah Arza.

Bunga mengikuti arahan dari Fandi. Melihat Arza yang tidak bisa Bunga gambarkan ekspresinya. Lebih dingin dari biasanya.

"Dia itu orang yang bunuh pacar lo. Ricky."

Keterkejutan Bunga menanggapi ucapan Fandi sudah termasuk level paling atas. Siapa yang sangka, di hari bahagianya Bunga malah mendapat sebuah kabar besar. Bukan kabar bahagia yang selalu dia harapkan, tapi kabar yang selalu ingin dia buang.

Mengungkitnya sama saja seperti mengambil apa yang sudah terkubur dalam tanah terdalam. Luka yang mulai sembuh kini robek kembali, meninggalkan perih tapi tak berdarah. Hanya bekas luka dan memori dalam ingatan. Menciptakan sebuah luka baru yang lebih besar.

"M-mak-sudnya ?" tanya Bunga terbata-bata. Berusaha mencari sebuah kebenaran.

"Iya. Cowok yang ada disebelah lo ini adalah cowok yang udah bunuh pacar lo sekaligus sahabat gue." Fandi menjeda ucapannya, diisi dengan tawa mengejek. "Pinter banget lo ya Za. Udah bunuh sahabat gue terus lo berusaha buat ngerebut pacarnya. Hebat banget lo," ucapnya pada Arza sembari kedua tangannya bertepuk tangan tepat di depan wajah Arza.

Sementara Arza masih tetap memasang tampang dinginnya. Padahal sebenarnya dia juga berusaha mencerna apa yang sedang terjadi dan permainan macam apa kali ini.

Musik berhenti, semua orang yang hadir rata-rata adalah teman sekolah Bunga menjadikan tiga orang itu sebagai pusat perhatian. Meski sedari tadi banyak mata para gadis telah memperhatikan Arza sejak masuk ke dalam ruangan. Namun saat ini suasananya berbeda. Lebih mencekam bukan seperti pesta ulang tahun.

Mungkin ini adalah kejutan dari Tuhan untuk Bunga di ulang tahunnya.

"Maksud lo apa ngomong gitu ?" sahut seseorang dari balik punggung Arza.

"Kalau mau ngomong itu dipikir dulu. Jangan asal ngomong aja," timpal seseorang lagi.

"Sahabat gue meninggal dan terbunuh karena sahabat lo ini Bay, Jul. Terus lo nyalahin gue ? Kalau waktu itu sahabat lo ini nggak ngejar sahabat gue mana mungkin dia bisa kecelakaan ? Seharusnya yang mikir pake otak dulu itu sahabat lo ini. Bukan gue."

Fandi berteriak cukup kencang sehingga membuat Lily akhirnya berani melangkahkan kaki mendekat ke sumber suara. Lalu dia merangkul dan mengelus pundak Bunga yang tiba-tiba diam. Mungkin Bunga hanya perlu waktu untuk menerima.

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang