Part 19

3.7K 129 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Budayakan vote sebelum baca 🌟

Budayakan komen setelah baca 💬

💐💐💐

~ Perkalian (×) itu pasangannya pembagian (:). Oleh karena itu, meskipun kamu berkali-kali bersedih obatnya adalah bagi kesedihan itu. Bukan membagikan kebahagiaan yang palsu ~

💐💐💐

Menunggu adalah hal yang paling membosankan untuk dilakukan. Ketika waktu yang terus berputar tetapi kita diharuskan untuk tetap diam ditempat sambil menebak kapan seseorang yang ditunggu akan datang.

Disaat sekolah SMA Angkasa mulai sepi karena siswa-siswinya sudah pulang sejak satu jam yang lalu, seorang gadis duduk diam di halte depan sekolah sambil sesekali melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Tak biasanya ia menunggu selama ini, apalagi hanya dirinya saja yang sedang menunggu jemputan. Seharusnya ia tadi memaksa papanya saja agar dia diizinkan pulang naik angkutan umum, tapi apalah daya semuanya telah terjadi.

Langit biru dengan awan putih yang terlukis indah di angkasa kini terganti oleh gumpalan awan berwarna abu-abu pekat diikuti dengan kilatan cahaya dan suara petir yang bersahutan. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi, memberikan aroma hujan yang begitu menenangkan.

Bunga berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki mendekati jalan raya. Kemudian ia mengadahkan tangan kanannya keatas, membiarkan rintik-rintik hujan membasahi telapak tangan kanannya. Matanya terpejam, menikmati aroma hujan yang selalu bisa membuat dirinya tenang. Menikmati pijatan-pijatan kecil air hujan yang jatuh ke telapak tangan kanannya. Hingga suara deru sepeda motor membuat matanya terbuka kembali.

Kedua kakinya yang berpijak seolah tak mampu memberinya kekuatan untuk tetap berdiri. Bunga menarik tangan kanannya tergesa-gesa, lalu berjalan mundur dengan tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari seseorang yang kini melepas helmnya.

Gadis berambut kuncir kuda itu duduk ditempatnya tadi sambil menundukkan kepalanya. Begitu derap langkah kaki mendekat kearahnya, ia memilih untuk memainkan jari-jari kedua tangannya yang ada dipangkuannya.

"Nggak usah gugup gitu. Aku kesini cuma mau neduh biar nggak kena hujan. Kamu nggak keberatan kan kalau aku neduh disini ?" tanya seseorang yang duduk tak jauh dari tempat duduk Bunga.

"I..ya Za," jawab Bunga lirih.

"Kamu pasti senang banget kan karena sekarang hujan ?"

Rasa penasaran membuat Arza tak tahan untuk bertanya pada Bunga. Sedangkan Bunga hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Boleh aku tau alasan kenapa kamu suka banget sama hujan ?"

Kepala Bunga mendongak, menatap lurus kedepan, dimana ia bisa melihat jutaan air hujan jatuh ke bumi.

Senyum tipis terukir diwajah Bunga. "Hujan itu selalu buat gue tenang. Serumit apapun masalah yang gue hadapin, gue pasti bisa tenang selama ada hujan. Karena hujan memberi gue banyak pelajaran yang berharga. Lo tau nggak berapa kali tetesan air hujan itu jatuh ? " jari telunjuk kanan Bunga terangkat, menunjuk tetesan air hujan yang jatuh.

Arza menoleh, mendapati Bunga yang kini juga sedang menatapnya.

"Aku nggak mampu untuk menghitung berapa banyak tetes air hujan yang jatuh ke bumi saat ini."

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang