Part 14

4.7K 174 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Budayakan vote sebelum baca 🌟

Budayakan komen setelah baca 💬

💐💐💐

~ Jalan raya aja keras, apalagi jalan kehidupan ~

💐💐💐

Suara tulang yang patah, jeritan orang kesakitan, ucapan sumpah serapah bersatu, menggema didalam sebuah markas salah satu geng motor, 'The Raider'. Belasan orang pemuda terjatuh tak berdaya dilantai, bersatu dengan keramik lantai yang tiba-tiba menjadi lautan darah hanya dalam waktu sekejap. Menyisahkan seseorang yang masih mencoba untuk berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Puluhan pemuda yang lain menggerubunginya, bersiap menerkam bak seekor kambing yang masuk dalam kandang singa.

Seseorang yang lain juga berada didalam kerumunan itu memberi kode dengan mengangkat tangan kanannya yang terbuka kepada 'pasukannya' yang sedang mengerumuninya bersama seseorang yang menatapnya penuh kebencian.

Fandi mencoba untuk berdiri tegak dengan darah yang sudah mengalir dibeberapa titik di wajahnya. Ia bersikap menantang, meskipun ia tahu kemungkinan ia menang hanyalah 0,000000001% melawan puluhan orang yang sedang mengerumuninya.

Tatapannya masih sama, memandang seseorang yang berada didalam kerumunan bersama dengannya. Arza memandang Fandi tak kalah sengit juga. Senyum meremehkan tercetak diwajah tampannya, ia cukup mengacungi jempol pada sikap Fandi yang menurutnya cukup berani itu. Ia pun memutuskan untuk melawan Fandi sendiri tanpa bantuan dan senjata apapun. Arza ingin menilai seberapa besar keinginan Fandi untuk melawannya.

Melihat Fandi yang akan menyerang, Arza hanya tersenyum meremehkan. Tak ada gerakan persiapan apapun darinya. Karena Arza tak menyangka jika Fandi masih mempunyai nyali untuk melawannya.

Arza masih menunggu Fandi menyerang, tatapannya masih fokus pada lawan yang ada didepannya ini. Ia menangkap gerakan Fandi yang seolah memancing amarahnya.

"Kelamaan lo. Maju sini !!!" teriak Arza menantang.

Seperti gas yang langsung terbakar jika terkena api. Begitu juga dengan emosi Fandi yang memuncak mendengar ucapan Arza. Keinginannya untuk membuat wajah Arza memiliki banyak lukapun meluap-luap.

Dengan gerakan yang pasti dan beruntun, Fandi menyerang wajah Arza dari sisi kanan dan kiri, memukul bagian perutnya, menendang kakinya. Tapi semua serangannya tak berarti apa-apa.  Arza bisa menghindarinya.

Semangat Fandi tak hilang juga, ia menyerang Arza beruntun. Mulai dari menyerang wajah Arza dengan siku dan kepalan tangannya, menendang perut Arza dengan kakinya. Pertahanan Arza tak goyah juga.

Fandi tak kehabisan akal untuk menghabisi Arza sekarang juga. Ia menyerang perut Arza dengan menggunakan kepalanya, tubuhnya ikut membungkuk, seperti gerakan seekor banteng yang siap menyeruduk. Kesempatan itu tak disia-siakan Arza, ia menyerang balik Fandi dengan menggunakan lututnya kearah wajah Fandi. Fandi terpental, wajahnya mendongak dengan tubuhnya yang terpental dan terjembab dilantai berwarna hitam itu.

Kaki kanan Arza menindih tepat dibagian dada Fandi yang terlentang dilantai dengan menahan rasa sakit yang teramat.  Arza semakin menekan kakinya, membuat kedua tangan Fandi memegang kaki Arza dan menghempaskannya.

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang