Part 15

4.4K 155 6
                                    

SELAMAT MEMBACA

Budayakan vote sebelum baca 🌟

Budayakan komen setelah baca 💬

💐💐💐

~ Kepercayaan dalam suatu hubungan itu bagaiakan pondasi bagi sebuah bangunan. Perlu pondasi yang kokoh untuk memperkuat bangunan itu ~

💐💐💐

Dengan wajah yang nampak sedikit pucat, sudut bibir sebelah kiri berwarna biru keungu-unguan, gadis itu masih terlelap tidur diranjang UKS. Sejak kejadian menghebohkan dikantin tadi, ia sempat sadar saat berjalan menuju UKS. Namun saat lukanya akan diobati, ia malah ambruk dan jatuh ke lantai.

Siapa yang kuat jika dipukul oleh seorang cowok ? Jika yang dipukul cowok juga, mungkin masih bisa bertahan. Tapi, ini yang dipukul adalah cewek. Cewek pendiam yang jauh dari sensasi bisa merasakan jatuh akibat sebuah pukulan.

Lily menatap sahabatnya yang tertidur pulas dengan ekspresi kesedihan. Ia masih tak menyangka, jika sahabatnya itu akan melakukan suatu hal yang bodoh menurutnya.

Tangan putih pucat itu bergerak, diikuti dengan kelopak mata yang sedikit demi sedikit terbuka.

"Dokter, dokter !!!" teriak Lily begitu mengetahui sahabatanya telah sadar.

Dokter sekolah datang, kemudian Lily memberikan tempat untuk beliau bisa memeriksa kondisi Bunga. Dokter meletakkan stetoskop pada posisi dimana beliau bisa mendengar detak jantung Bunga.

Dokter perempuan itu tersenyum. "Dia baik-baik saja. Dia cuma butuh istirahat," terang sang dokter. Lily akhirnya bisa bernafas lega mendengarnya.

"Makasih ya dok."

"Iya, kalau gitu saya kembali kedepan ya. Jagain teman kamu," pamit sang dokter, lalu berlalu menuju ruangan yang khusus untuknya di UKS.

Lily mendekat, mengambil duduk dikursi yang sebelumnya ia duduki. "Lo baik-baik aja kan Bunga ? Ada yang sakit nggak ?"

Bunga menggeleng lemah. "Gue udah baikan. Lagipula cuma pusing aja."

"Yakin?"

"Iya Ly." Bunga menyingkap selimut berwarna putih itu, lalu kedua kakinya ia gantungkan agar jatuh ke lantai.

"Lo mau kemana ?" tanya Lily sambil menahan tubuh Bunga supaya tetap duduk di ranjang UKS.

"Gue mau ke kelas Ly."

"Ngapain ke kelas ? Lagipula dikelas juga jamkos Bunga, mending lo disini aja, istirahat. Ntar kita keluar waktu sholat aja ya Bunga, habis itu kita baru ke kelas," rayu Lily memelas.

Bunga menghela nafas saat melihat wajah memelas dari sahabat kecilnya ini. Lily sangat tau kelemahan Bunga yang tidak tega melihat ekspresi melas darinya.

"Yaudah," putus Bunga kemudian.

Lily membantu Bunga untuk memposisikan tubuhnya supaya tidur di ranjang UKS dengan nyaman. Ia kemudian menarik selimut, menutupi tubuh Bunga hingga ke perut.

"Lo tidur dulu deh Bunga, entar gue bangunin pas mau sholat." Lily menepuk pelan tangan kanan Bunga beberapa kali.

"Ly, Bayu nggak kenapa-napa kan ? Nggak terjadi keributan kan ?"

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang