Part 16

4.6K 162 6
                                    

SELAMAT MEMBACA

Budayakan vote sebelum baca 🌟

Budayakan komen setelah baca 💬

💐💐💐

~ Baper sama wafer itu sama-sama manis di mulut doang ~

💐💐💐

"Arza,stop !!!!" teriak Bunga kencang. Menghentikan kegiatan Arza yang sedang memukuli Budi tanpa ampun.

Bunga berjongkok di dekat Budi, membantu teman sekelasnya itu untuk berdiri. Ia kemudian mengalungkan tangan kanan Budi pada bahunya. Memberikan tumpuan agar Budi tak terjatuh.

Nafasnya memburu, matanya ia picingkan. Merasa muak pada seseorang yang ada di depannya ini. Bunga kembali merasakan kekecewaan pada Arza. Selama ini Bunga diam karena ia tak mau mencampuri urusan cowok itu dan Bunga juga masih tau diri jika Arza telah beberapa kali menolongnya. Tapi tepat dihari ini, Bunga tak bisa tinggal diam melihat teman satu kelasnya yang tak berdosa dipukuli tanpa jeda. Ia juga kecewa pada Bayu yang hanya melihat tanpa berniat untuk memisahkan Budi dari pukulan Arza.

Jika ini karena dendam, apakah dendam harus dibalas dengan kekerasan ?

"Za, Budi salah apa sama lo sampai lo pukulin dia kayak gini ? Nggak puas lo pukulin dia waktu itu sama semalam? Nggak cukup semua itu ?" tanya Bunga menuntut. Emosi yang tercipta, tak mampu lagi untuk ia pendam. Semua sudah mencapai titik batasnya.

Bagaimana hati nurani kalian tak menjerit bila melihat orang yang kalian kenal dipukul dan dihakimi secara sepihak. Bila dia salah, apakah tidak bisa diselesaikan secara musyawarah ?

Arza tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan Bunga. "Aku ngelakuin ini karena pertama, dia sama teman-temannya itu udah ngeroyok sahabatku, Julian sampai masuk rumah sakit. Kedua, dia tadi berani nonjok perempuan. Apalagi perempuannya itu kamu, Bunga." Jari telunjuk Arza terangkat, mengarah pada Bunga yang sedang menatapnya.

"Lo nggak bisa jadiin itu sebagai alasan Za. Gue juga nggak minta lo buat ngelakuin hal yang salah seperti itu tadi. Itu semua salah Za, karena lo menghakimi orang lain. Lo nggak bisa asal nonjok orang yang lo anggap salah dimata lo. Karena tiap orang itu punya pendapat yang berbeda. Lo nggak bisa main tangan seperti itu, karena lo nggak punya hak atas dia. Bahkan orang tuanya yang punya hak karena ngelahirin dia aja gue yakin nggak pernah mukul sejahat lo tadi. Gue benar-benar kecewa sama lo Za. Lo benar-benar nggak punya hati."

Mendengar kalimat yang diucapkan Bunga tadi membuat hati Arza tertusuk oleh jarum tapi tak berdarah. Menyisahkan luka yang tak ditemukan obatnya.

Bunga berlalu meninggalkan Arza yang merenungi ucapannya sambil memapah Budi menuju area parkiran sekolah. Saat Budi melintas di depan Arza yang sedang menatapnya, ia menunjukkan senyum miring seolah merasa bahwa kali ini dia yang menang.

Mulai saat ini, Budi tau suatu hal tentang Arza. Yang bisa menjadi senjata paling ampuh untuk melawan Arza. Apalagi sekarang, senjata ampuh itu ada dipihaknya.

Bukankah ini terasa sangat menguntungkan bagi Budi ?

💐💐💐

Kepualan asap rokok menari-nari diudara. Berasal dari lubang hidung dan mulut seseorang yang sedang berdiri di balkon. Pandangan matanya mengarah pada langit yang berwarna hitam, ditemani dengan cahaya terang dari sang rembulan dan indahnya gemerlap bintang-bintang. Tak seperti langit yang terasa ramai, hatinya gundah. Pikirannya kacau. Raganya memang ada, tapi jiwanya berkelana entah kemana.

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang