Part 12

4.7K 175 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

Budayakan vote sebelum baca 🌟

Budayakan komen setelah baca 💬

💐💐💐

~ Apa yang lebih pahit daripada kopi? Jawabannya adalah, sebuah perasaan yang dipermainkan ~

💐💐💐

Hal yang paling dibenci oleh Arza adalah melihat orang yang ia sayangi menderita. Seperti pagi hari ini, ia sudah terbangun sejak subuh tadi. Tak biasanya ia bangun sepagi itu. Hal yang pertama kali ia lihat ketika bangun adalah banyaknya alat 'pembantu' kehidupan sahabatnya. Meskipun Julian sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, ia harus tetap menggunakan beberapa dari alat-alat kesehatan itu.

Saat ini Arza sedang menyuapi Julian sarapan, karena mamanya Julian pamit sebentar ke rumah untuk menyiapkan keperluan adiknya Julian pergi ke sekolah. Sebenarnya, Julian sudah menolak dan ia juga sudah meyakinkan Arza bahwa ia bisa makan sendiri. Dari situ, sifat Arza yang keras kepala pun muncul. Apalagi Arza mendapatkan dukungan dari sahabatnya yang lain, Bayu yang kini sudah siap dengan baju seragamnya yang jauh dari kata rapi itu.

Julian melirik jam dinding berbentuk seperti bola yang terdapat disalah satu sisi dinding kamar inapnya. Kemudian ia menatap Arza yang sedang menyuapinya dan Bayu yang sedang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya, sahabatnya yang satu itu sedang asyik bermain Mobile Legand. Terdengar dari kata-kata umpatan yang berhasil lolos dari mulut embernya itu.

"Za, lo nggak sekolah ? Kok lo nggak bawa tas sekolah ?  lo juga kok nggak pake seragam sih ?" Julian bertanya setelah menelan suapan terakhir sarapannya. Akhirnya ia bisa menyadari ada yang berbeda dengan kedua makhluk yang ia sebut sebagai sahabat itu.

Arza menyodorkan segelas minuman air putih kepada Julian dan langsung diterima olehnya. Ia kemudian menatap Bayu yang sudah nampak asyik dengan kesibukannya. "Bay," panggil Arza. Tanpa menjawab pertanyaan dari Julian.

Tak ada sahutan, hingga Arza memanggil sebanyak 5 kali dengan nada yang semakin tinggi disetiap panggilannya, masih tidak ada sahutan juga.

"Bayu, lo nggak noleh juga gue gorok lu."

Panggilan Arza kali ini dengan nada mengancam membuat Bayu menoleh dengan tatapan tak percaya. Bayu kemudian menyimpan ponselnya di saku celana seragamnya dengan terburu-buru. Sepertinya ia sudah sadar akan ancaman Arza yang tak main-main. Julian hanya terkekeh geli melihat ekspresi Bayu bak seorang maling yang sedang ketahuan mencuri. Sedangkan Bayu hanya bisa menggerutu dalam hati melihat tanggapan sahabatnya yang duduk di ranjang rumah sakit itu. Bukannya membantu dirinya, Julian malah mentertawakannya.

Sahabat macam apa dia ? Bayu bertanya di dalam hati.

"Lo cepetan berangkat sekolah gih !!!"

Kerutan di dahi Julian terlihat. Mendengar ucapan Arza yang memerintahkan Bayu untuk berangkat ke sekolah. Lalu, memangnya Arza tidak akan ke sekolah?

"Malas sekolah gue Za. Nggak ada lo nggak asyik," kilah Bayu.

Arza memberi tatapan tajam ke Bayu. Seakan memberi ucapan mengancam dibalik tatapannya. Bayu yang menangkap kode dari Arza hanya bisa menurut secara terpaksa. Tas berwarna hitam itu ia sampirkan di bahu kanannya dan berjalan mendekat ke ranjang Julian.

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang