Sudah dua minggu setelah mama tiada. Dan selama itu pula ia di temani oleh keluarga kakaknya. Beberapa hari yang lalu Mona sudah pulang ke Jakarta. Mona sempat mengajak Sarah untuk tinggal dengannya dan kuliah di Jakarta.
Namun setelah ia memberitahu pernikahannya dengan Bastian, Mona mengerti keadaan adiknya. Ia hanya bisa mendoakan kebahagiaan adiknya dan membantu memenuhi kebutuhannya semampunya.
Mona tak lupa menggoda mereka yang dulunya bocah ingusan kini telah menjadi suami isteri. Erwin, suami Mona juga menghibur Sarah yang akan menjalani hari tanpa Mama di sampingnya. Ia juga menitip pesan untuk Bastian agar menjaga Sarah.
Hari ini, Sarah harus rela Andri , Mery dan keponakannya pulang ke kota mereka.
"Harus pulang hari ini ya, kak ?" tanya Sarah yang sedang mengendong Nikita, bayi mungil anak pertama Andri.
"Mau bagaimana lagi Rah , kakak juga masih mau berlama-lama disini. Tapi Andri masih punya urusan."
Sarah dan Mery melihat ke arah Andri dan Bastian yang sedang asyik menyusun barang."Sepertinya Bastian orangnya baik, Rah. Kamu beruntung," kata Mery sambil tersenyum menggoda Sarah.
Sarah membalas godaan Mery dengan senyuman.Beberapa hari ini Bastian sering mampir di sini. Dan selepas kepergian Andri dan Mery, besok mereka akan pindah ke Bandung, rumah baru mereka yang telah di sediakan Oom Surya. Sarah akan melanjutkan kuliahnya di sana, sementara Bastian akan menangani perusahaan keluarga mereka di sana.
"Semua sudah beres," kata Andri yang telah berada di samping mereka.
"Harus sekarang ya kak ?"
"Kamu jangan manja begitu, Sarah. Disini ada Bastian menemani kamu,"
Sarah akhirnya manyun dan memberikan si kecil Nikita kepada Andri."Besok kakak akan mengirim orang untuk menjaga dan merawat rumah ini."
"He-eh," kata Sarah tanpa melepaskan perhatiannya dari Nikita.
"Oh ya, Bas. Kamu ingat pesan ku tadi kan ? Jangan memaksakan kehendak. Oke ?"
"Oke, Kak. Aku akan menunggu sampai dia siap," kata Bastian sambil menyalam Andri. Sarah mengernyitkan alis mendengar pembicaraan mereka sementara Mery hanya menggeleng.
"Oke, kami berangkat dulu ! Jaga diri baik-baik,"
"Bye !"
"Bye, Nikita !"
Sarah dan Bastian menatap kepergian mereka sampai tak terlihat lagi di ujung jalan.
Sesekali mereka melambaikan tangan sebelum mobil melesat jauh. Mereka lalu masuk ke dalam rumah.
Ruang tamu mereka masih berantakan oleh bungkusan makanan, pakaian yang berserak, dan beberapa kertas. Sesaat mereka terpaku memandangi ruangan yang berantakan.
"Ayo, kita bersihkan !" ajak Bastian pada Sarah yang sedang berkacak pinggang dengan wajah cemberut.
Tak ada pilihan lain, Sarah akhirnya menuruti ajakan Bastian membersihkan sampah-sampah yang berserak ria.
Jujur, sejak pertengkaran waktu itu, mereka belum pernah berbicara kecuali karena terpaksa. Jadilah mereka kini terperangkap dalam keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
can we be happy ever after? (COMPLETE)
Teen FictionBertemu kembali dengan tetangga sekaligus sahabat yg telah meninggalkannya bertahun-tahun, membuat Sarah enggan untuk bertemu dengan Bastian. Rasa kecewa dan benci membuat mereka menjadi seperti dua orang asing. Sebuah kejadian tidak terduga memak...