(13) A book of Love

172 18 1
                                    

Andaikan aku punya sayap..
Ku kan terbang jauh, mengelilingi angkasa
Kan ku bawa ayah bundaku terbang bersamaku
Melihat indahnya dunia.

Sebuah tersenyum terkembang di wajah Sarah. Lagu yang selalu ia nyanyikan bersama Bastian sewaktu kecil dulu. Ia tidak menyangka Bastian masih mengingat lagu yang juga merupakan mimpi mereka.

Dan setinggi apapun elang melayang,
ia akan kembali pulang menemui cinta yang lama hilang.
Bastian Anugerah

Sarah terhenyuh membaca lagu masa kecil mereka. Ia juga terpesona dengan kata-kata Bastian di bawahnya. Rasa tertariknya membawa dia untuk menelusuri halaman berikutnya.

Sebentar ia melirik ke bawah melihat Rian dan kedua temannya sedang asyik memanggang daging ayam. Rian melihatnya dan tersenyum. Sebagai isyarat mengajaknya turut serta.

Sarah membalasnya dengan senyuman. Sepertinya ia akan menghabiskan waktu duduk di beranda ini daripada ikut dalam kesenangan mereka.

Sarah kembali membaca buku yang di pegangnya. Ia terhanyut dalam setiap tulisan Bastian. Senyumnya terkembang takkala menyadari bahwa ialah yang menjadi objek tulisan Bastian.

Ia bisa merasakan perasaan Bastian yang sangat menyayangi dirinya. Mulai dari ketika ia berkaca di jendela rumahnya, dan pertemuan mereka selanjutnya.

Sekarang ia tahu, Bastianlah yang melompat ke jendela kamarnya. Membaringkannya di tempat tidur ketika ia tertidur di meja belajar. Menyelimutinya dan mengunci jendelanya dari luar.

Ia akhirnya tahu Bastian sembunyi dirumahnya ketika ia datang berkunjung mengantar semur ayam. Bastian tidak berani menemuinya karena rasa bersalahnya.

Ia juga akhirnya tahu kalau Bastian selalu menunggunya lewat di depan kaca karena ia pasti bercermin di sana.

Sarah menutup buku itu lalu memeluknya. Setelah membaca tulisannya, Ia merindukan Bastian. Ia rindu pada senyumannya yang selalu muncul meskipun ia bersikap cuek padanya.

Rindu pada sikapnya yang selalu mengalah meskipun sebernya ia sebenarnya tidak salah.

Dan tawanya....

Sarah tertegun, ia belum pernah mendengar Bastian tertawa sejak 13 tahun yang lalu. Bagaimana mungkin ia tertawa, bila setiap hari mereka hanya berdebat. Sekelebat wajah Bastian berputar-putar di otaknya.

"Aku harus pulang, " gumannya begitu ia teringat kalau Bastian sedang sakit.

Dengan segera ia turun ke bawah menghampiri Rian, Desti dan Mira.
"Aku harus pulang sekarang,"
Mereka menatap Sarah bingung.

"Aku pulang sekarang," ulang Sarah.

"Mengapa, Rah?"

"Aku harus bertemu Bastian,"

Mira dan Desti saling berpandangan. Teringat dengan sosok pria yang mereka temui di sekolah waktu itu.

"Aku akan mengantarmu," kata Rian akhirnya setelah melihat raut wajah Sarah yang tampak khawatir.

"Nggak perlu, Rian. Aku bisa sendiri." Sarah menatap Rian serius. Usai berkata demikian, Sarah segera pergi mengambil taxi untuk segera pulang ke rumahnya. Ia tidak mau terlalu sering merepotkan Rian. Ia sadar Rian bukan lagi miliknya.

 Ia sadar Rian bukan lagi miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
can we be happy ever after? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang