Sudah seminggu berlalu, setelah Bastian melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Selama itu pula Bastian harus mengonsumsi obat-obatan secara teratur, meskipun hasil lab belum keluar, ia berharap perkiraan dokter itu salah. Ia harus yakin bahwa ia baik-baik saja, walaupun ia dua kali mendapati darah yang keluar dari hidungnya ketika berada di kantor.
Dibalik itu, ia merasa senang karena Sarah semakin memberikan perhatian untuknya. Meski Sarah terkesan menutupinya, ia yakin Sarah telah memaafkannya.
"Bas ?" panggil Sarah tanpa mengalihkan perhatiaanya dari televisi.
"Ya ?" Bastian menatap Sarah yang tengah berbaring di pangkuannya.
"Kamu tahu," Sarah memperbaiki letak kepalanya di pangkuan Bastian.
Kini ia bisa melihat wajah Bastian seluruhnya. "Ketika kamu pindah 13 tahun yang lalu, aku berpikir takkan melihatmu lagi,"
"Tapi kau melihatku sekarang," Bastian tersenyum .
"Waktu kamu datang kembali, aku memutuskan untuk tidak menemuimu. Kamu adalah masa lalu, sementara aku telah memiliki Rian,"
Bastian menatap Sarah lekat-lekat, menunggu lanjutan pembicaraannya.
"Tapi, aku merasa waktu mempermainkan kita. Kau dan aku sepertinya harus bersama lagi setelah cukup lama terpisah,""Lalu ?" tanya Bastian yang tidak sabar mengetahui arah pembicaraan Sarah.
"Ng..ya. Aku harus membuka hatiku yang sempat terkunci untuk waktu yang lama. Meskipun sudah tertutup rapi, aku harus membuka celah untukmu."
"Jadi...... kau mencintaiku ?" Bastian tersenyum lebar, menunggu reaksi Sarah yang kini wajahnya semerah tomat.
"Ng.." Sarah mulai salah tingkah. Ia mengalihkan pandangannya dari wajah Bastian yang masih menatapnya.
"Rah ?"
"A..aku, " Sarah berusaha untuk mengeluarkan kata-kata yang terasa sulit mengalir di tenggorokannya. Bastian menatapnya dan menunggu kalimat yang akan terucap.
Tiba-tiba ia melepaskan tangan Bastian yang sejak tadi menggengamnya, dan memutuskan untuk bangkit dari posisinya sekarang. Namun begitu hendak duduk, tangan Bastian menahannya.
Dengan cepat, Bastian langsung merengkuh wajah Sarah dengan kedua tangannya. Sebelum Sarah sempat berkata-kata, Bastian langsung menciumnya dengan lembut. Sarah terpaksa memejamkan matanya karena wajah Bastian yang nyaris tanpa jarak.
"Aku mencintaimu," bisik Bastian di sela-sela ciumannya. Bibir mereka saling bertautan cukup lama. Lebih lama dari ciuman mereka pertama. Bastian menyampaikan rasa rindu, sayang dan cintanya melalui ciuman yang dia berikan.
"Aku sudah mengatakannya, sekarang kamu !" kata Bastian begitu bibir mereka terpisah. Namun wajah mereka masih begitu dekat.
Bastian memandangi wajah Sarah yang semakin memerah. Ia menunggu Sarah mengucapkan kata yang ingin dia dengar."A..aku.." Sarah berusaha mengucapkan kata yang begitu sulit terucap.
Rasanya tenggorokannya tercekat setelah mereka berciuman tadi. Apalagi wajah mereka begitu dekat. Ia yakin, Bastian bisa mendengar detak jantungnya yang cepat dan keras.
"Hah, Kamu membuatku gila !!" teriak Sarah sambil melepaskan diri dari rengkuhan Bastian. Ia melesat pergi meninggalkan Bastian yang masih tersenyum lebar melihat kepergiannya.
Sebelum ia jauh meninggalkan Bastian, telinganya bisa mendengar tawa Bastian yang sudah lama tak di dengar. Kini ia juga tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
can we be happy ever after? (COMPLETE)
Teen FictionBertemu kembali dengan tetangga sekaligus sahabat yg telah meninggalkannya bertahun-tahun, membuat Sarah enggan untuk bertemu dengan Bastian. Rasa kecewa dan benci membuat mereka menjadi seperti dua orang asing. Sebuah kejadian tidak terduga memak...