05

345 67 5
                                        

Lama.

Seharusnya, waktu untuk membeli makanan tidak selama ini. Jangan-jangan Hana malah makan bersama teman-temannya.

Kalau lama begini lebih baik kususul saja. Sudah hampir 10 menit dia tidak kembali.

Kantin sekolah kami memang besar, tapi hanya ada satu warung yang jadi langganan Hana.

Setelah itu, segera kususul Hana.

Hana tidak ada. Dia tidak ada di warung ini.

Tunggu. Di pojok sana ada kerumunan besar.

Bertengkar? Atau apa?

Ah! Benar! Hana mungkin bagian dari kerumunan itu. Rasa ingin tahu Hana itu besar (read:kepo), jadi kemungkinan besar dia ikut melihat apa sedang yang terjadi di sana.

Selanjutnya aku mendekati kerumunan itu. Dari sisi ini Hana tidak terlihat. Mungkin dia ada di sisi satunya, tapi aku penasaran kerumunan apa ini.

Tunggu! Itu Hana?

Yang jadi pusat kerumunan? Yang tangannya dipegang Xukun? Itu benar-benar Hana?

"Langgeng yaa."
"Jangan lupa PJnya."

Teriakan seperti itu terdengar jelas.

Satu yang bisa kusimpulkan.

Hana ditembak Xukun.

Baiklah..

Maksudku, kak Xukun.

Bagaimana ya? Rasanya itu seperti...

Hmm.

Sulit dijelaskan.

Aku benar-benar tidak tahu harus seperti apa.

Aku senang Hana bisa punya pacar impiannya, tapi di sisi lain...

Dadaku terasa sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dadaku terasa sesak.

Tidak mungkin, kan, aku sakit hati?

Maksudku, kami itu sahabat.

Saat sahabatku senang, aku seharusnya senang, ya, 'kan?

🌌

Tbc

Listener +Chen LinongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang