Haykal pulang ke rumah. Dia tidak lama di kantor. Dia hanya menyapa ayahnya, Roni dan Rubi. Dia bahkan tidak tahu siapa mereka berdua. Kalimat ayahnya membuatknya tidak ingin melanjutkan percakapan.
"kok sudah balik?" tanya ibunya ketika melihatnya tersandar di kursi ruang tamu.
"Ayah lagi meeting."
"Meeting?!...Oh, itu. Memangnya tidak bisa diganggu? Cuma ada Roni dan Rubi kan?"
Haykal mengangguk.
"Bu, aku pulang karena aku ingin mengistrirahatkan pikiran. Tapi ayah kok malah woro-woro katanya aku yang bakal pegang usaha ini."
"Kapan beliau bilang begitu?"
"Ya barusan. Di depan orang lain lagi."
"Orang lain?"
"Iya. Roni sama Rubi itu kan aku ga kenal. Ayah ngomongnya di depan mereka."
"Oh, mereka. Ya wajar lah. Wong mereka yang selama ini membantu ayahmu."
"Tapi kan aku belum setuju, bu. Belum tahu bagaimana. Kok ayah sudah ngambil keputusan."
"Kal, Roni dan Rubi saja mau bekerja disini. Kamu kenapa menolak? Apa karena pacarmu di kota itu?"
Duh...kenapa Ibu malah mengingatkanku pada Anggi? Haykal menyusap wajah, kasar.
"Bu, aku mau istirahat dulu ya. Mungkin aku kecapekan di perjalanan."
Ibu mengangguk dan berempati akan keletihannya.
***
Saat makan malam...
"Kal, ayah sudah bilang sama mereka, Roni dan Rubi, untuk membantu kamu mulai Senin," tiba-tiba ayahnya membuka pembicaraan.
Selera makannya langsung berontak.
"Roni itu di bagian lapangan, termasuk marketing. Kalau Rubi itu bagian admistrasi, termasuk jadi sekretaris bahkan asisten kamu."
Haykal tidak menjawab. Bahkan sendok dan garpunya sudah tergeletak di piring.
"Biarkan Haykal istirahat dulu pak. Jangan dipaksa langsung kerja. Dia belum terbiasa."
Ibu mencoba mencairkan suasana. Meski Haykal tahu, ujung-ujungnya tetap pemaksaan kehendak.
"Bu, kalau dia tidak mau mengurusi perusahaan ini terus siapa lagi?"
"Iya, sabar pak. Haykal butuh waktu untuk berpikir."
"Berapa lama? Tiga tahun?"
Ayahnya sudah mulai emosi. Suasana menegang.
"Baik kalau Haykal tidak mau, aku jual saja perusahaan ini," lanjut ayahnya.
Baik Haykal maupun ibunya sama-sama terkejut.
"Dijual ke siapa pak?"
"Roni dan Rubi mau beli saham kita kok. Bahkan bisa jadi jika omzetnya meningkat mereka akan membeli usaha ini 100%. anakku kan ga mau. Mending kerja jadi kuli orang lain."
Haykal terdiam tak berkutik.
"Mereka pasangan yang cocok. Pekerja keras dan tidak gampang menyerah. Anak muda semacam mereka saja mau bekerja disini. Ini tinggal duduk di meja, melanjutkan usaha saja ribet. Aku tidak mau maksa kamu lagi Kal."
Haykal semakin tersudut.
"Gimana Kal?" tanya ibunya pelan.
Dengan berat dan tidak pasti, akhirnya haykal menjawab,"Akan aku pelajari dulu. Boleh?"
Baik ayah maupun ibunya sama-sama tidak menjawab. Tetapi mereka tersenyum, tipis.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Kalau Sama Aku...., Mau?
General FictionApakah kalian percaya pada persahabatan tulus laki-laki dan perempuan? Aku kok kayaknya tidak.... Mari kita buktikan!