Selamat malam, Indonesia. Selamat malam untuk semua pembaca. terima kasih sudah meluangkan waktu membaca karya ini. terima kasih juga untuk vote-nya.
selamat membaca....
"Ron, hari ini aku ikut kamu keliling ya."
"Siap, Pak."
"Ru, siapkan semua dokumen, pulangnya mau aku lihat."
"Siap, Pak."
Dua orang ini sehati amat, jawaban saja sama.
"Ayo Ron," ajakku.
"Loh, naik motor Pak?"
"Maumu naik apa? Mobil? Bisa gitu lewat jalan setapak?"
"Bapak ga takut kepanasan?"
"Maksud kamu apa? Aku takut hitam?"
Ini anak nyengir kuda.
"Kalau aku seperti idris Alba keren kali Ron," tambahku.
"Bapak juga suka Idris Alba?" tanya Rubi.
Kali ini yang terkejut bukan cuma Roni, aku juga. Aku terkejut karena ada juga cewek yang suka aktor Inggris berkulit hitam itu. Kalau Roni terkejutnya beda lagi.
"Siapa itu Ru?" tanyanya.
"Sudah, kamu fokus sama Chase Crawford saja, biar tambah imut," jawab Rubi.
"Kamu suka Chase?" tanyaku.
"Loh, Bapak juga suka dia?" tanya Roni.
Jelas aku bergidik. Laki-laki seusia aku ga mungkin patokannya Chase, bisa-bisa selera ceweknya semuda mereka yang ada di Gossip Girl. Yah, paling tidak role modelku Theo James. Lumayan tuh ceweknya sekelas Shailene Woodley di Devergent saga. Apalagi pas rambutnya pendek. Keren. Terlihat cewek yang mandiri. Sama seperti Rubi. Loh? Kok aku jadi nyamain dengan Rubi? Begini ini kalau kelamaan ngobrol ga jelas. Segera aku mengingatkan Roni kembali.
"Ayo Ron. Berangkat."
"Siap Pak."
-------
"Ron, kamu capek ga?"
"Siap, capek Pak."
Jujur amat anak ini. Padahal aku cuma basa-basi.
"Lapar ga?"
"Nah, itu dia Pak. Kalau kenyang mungkin ga capek."
"Mau makan siang?"
"Siap Pak, mau. Tapi Rubi bagaimana?"
Aku langsung terbahak. Sepertinya anak ini cinta bener sama Rubi. Sampai yang begini dia masih mengingat sahabatnya.
"Ya kamu beli 3 bungkus Ron. Jadi sebentar lagi kita balik, kamu ga usah masuk kantor. Nganter aku saja sampai pagar. Kamu beli makan aku mau periksa semua arsip kita."
"Oh, begitu pak. Siap."
Aku menepuk bahunya, senang.
"Tapi menunya apa pak?"
"Sesukamu lah. Kamu kan sudah tahu selesanya Rubi. Kalau aku, samain dengan kamu saja."
"Siap Pak."
"Memangnya selera Rubi apa Ron?" tanyaku iseng.
"Dia suka pedas dan sayur Pak. Tapi tidak terlalu suka yang berkuah."
Aku mendengarkannya sambil mengangguk-ngangguk. Dan ternyata kami sudah ada di depan pagar kantor. Aku turun dan Roni melanjutkan perburuan makan siang.
--------
Suara motornya sudah terdengar ketika aku duduk di dekat Rubi sambil memeriksa neraca bulan kemarin. Ada beberapa hal yang tidak aku mengerti sehingga aku harus duduk di satu meja dengan Rubi.
"Halo...makan siang datang," teriaknya.
Spontan aku dan Rubi menengadah. Dari wajahnya Roni terkejut. Setelahnya dia berbalik.
"Maaf, saya tidak tahu," katanya. Aku jadi bingung sendiri.
"Tidak tahu apa Ron?" tanyaku bangkit dari kursi dan mengambil plastik dari tangan Roni.
"Tidak tahu kalau Bapak lagi sama Rubi."
"Lah, kan dari tadi aku memang sama dia. Memangnya kenapa?"
Kali ini dia yang salah tingkah.
"Jadi saya tidak mengganggu Pak?"
"Maksud kamu apa?"
Dia tidak menjawab. Dia hanya tersenyum malu. Aku menautkan alis.
"Biasa Pak. Roni kalau lagi lapar memang begitu. Jadi aneh," tukas Rubi.
"Oh, gitu? Ya udah, ayo makan," kataku.
Sekilas aku melihat Rubi melirik ke arah Roni menahan tawa.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Kalau Sama Aku...., Mau?
General FictionApakah kalian percaya pada persahabatan tulus laki-laki dan perempuan? Aku kok kayaknya tidak.... Mari kita buktikan!