Hari ini udara cerah...semoga cerah juga di Indonesia...
Selamat membaca. Terima kasih untuk yang sudah memberi bintang dan komen. I really appreciate it...
"Selamat pagi, Pak," sapa Rubi begitu aku masuk pintu kantor.
"Pagi Ru. Roni kemana?" tanyaku melihatnya sendiri.
"Di toilet, pak," jawabnya.
"Owh..."
Begitu aku duduk, Rubi langsung bertanya,"Bisa saya laporan sekarang pak?"
Keren juga pegawaiku ini. Biasanya orang laporan agak siangan setelah mengerjakan sesuatu. Dia beda. Laporannya pagi-pagi. Apa semalaman dia tidak tidur ya?
"Boleh," jawabku penasaran. Aku ingin tahu bentuk laporannya.
"Minggu ini jadwal Bapak penuh. Semuanya meeting, baik dengan pelanggan, supplier maupun dengan beberapa pihak yang mau melakukan menjajakan kerja sama."
Aku langsung mengangguk. Mengertilah aku bahwa model begini laporannya.
"Besok ada 2 pelanggan dan 1 supplier yang ingin bertemu. Semua nya meminta bertemu bapak di kantor ini."
"Oke. Ga masalah."
"Hari berikutnya, ada utusan dari salah satu supermarket untuk melakukan menjajakan. Tapi beliau bisanya sore dan minta di kafe, Pak."
"Boleh."
"Kemudian hari yang lain ada pak Wisnu mau ketemu."
"Siapa Pak Wisnu?"
"Beliau teman pak Aswin. Beliau langganan pembeli kentang kita. Anaknya punya semacam kedai Fish and Chips di Jogja. Tapi yang biasanya ke sini bapaknya. Orangnya ngejawani sekali Pak. Bahkan sama Pak Aswin pake bahasa Jawa halus."
"Apa?!"
Jujur aku kaget. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menggunakan bahasa Jawa halus. Lebih dari 10 tahun aku sudah tidak menggunakannya.
"Memang sebaiknya Pak Aswin mendampingi Pak. Biar Bapak tidak terlalu kagok. Oh ya, untuk setiap pertemuan tolong dipikirkan outfitnya Pak. Maaf, hanya sekedar mengingatkan."
Kalimat terakhir dari Rubi membuatku terhenyak. Dulu aku tidak pernah kepikiran untuk memperhatikan baju yang harus aku pakai. Apalagi ini kota kecil, ketemu di kantor kan selesai. Aku lupa bahwa semuanya berubah, berkembang. Bertemu tidak hanya sekedar bertemu. Suasana juga menentukan deal atau tidaknya sebuah perjanjian. Etika bisnis sudah berubah.
Akhirnya aku menoleh serius ke arah Rubi.
"Ru, kamu kan sekretaris disini. Merangkap segala hal yang berbau dokumen. Merangkap fashion stylish ku juga ya. Aku ga ngerti yang beginian. Dulu asal pake dasi aja, selesai."
Rubi terlihat menelan ludah. Mungkin dalam pikirnya, gaji ga naik tugas bertambah. Mau nolak sungkan.
"Kamu kan pasti menemani aku pas meeting Ru,"tambahku.
"Saya pak?" tanyannya meyakinkan.
"Iya. Masak aku sendiri? Aku kan bukan datang untuk konsultasi sama dosen pembimbing, mendengarkan dan mencatat. Kamu yang mencatat. Kan kamu juga yang mencarikan tempat pertemuan dengan orang-orang itu."
"Iya Pak."
Jawabannya pelan, kemudian menunduk.
Tenang Ru, kalau usaha ini tambah maju, gajimu naik. Percaya deh. Itu kata hatiku. Aku tidak berani menjajikannya apa-apa. Aku harus menunjukkan keberhasilan dulu baru bisa ngomong.
"Ok, kamu rapikan dulu waktu dan tempat pertemuan, setelahnya beri aku gambaran outfitnya."
Kembali dia mengangguk.
Setelahnya, aku melihat Roni duduk di kursinya.
"Ron, hari ini kamu keliling ga?"
"Tidak pak. Kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu, hasil panen kita apa saja yang ready. Buat bahan pertemuan dengan orang- orang. Sekalian kamu beri gambaran tentang kualitas masing-masing."
"Siap pak. Saya rapikan dulu laporannya. Sebelum istirahat siang selesai kok Pak," jawabnya yakin.
"Sip!"
*********
Melihat bentuk laporan Rubi, aku jagi geleng-geleng. Biasanya aku sangat menikmati membaca laporannya. Kali ini tidak. Aku lebih menyukai laporan Roni. Lengkap dan jelas.
Jujur dengan masukan dari Rubi, aku jadi lebih suka meeting di kafe. Pake bajunya kasual. Ngobrolnya juga pasti ga formal-formal amat. Ini susah amat. Apalagi ketemu Pak Wisnu. Rubi menyarankan aku pakai batik bertemu beliau. Bukan masalah batiknya. Tapi Rubi menyarankan motif tertentu pada batiknya. Katanya itu melambangkan penghargaan terhadap tamu. Adduh...seribet ini ya?
Sambil memegang kertas dari Rubi, aku menatapnya. Terlihat dia ketakutan. Dia menunduk. Aku menghela nafas.
"Ya sudah, sore ini kamu ikut aku belanja baju," kataku.
"Kok saya, Pak?" tanyanya.
"Lah, kan kamu fashion stylish ku."
Dia tak berkutik. Sementara Roni melihat kami terperangah.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Kalau Sama Aku...., Mau?
General FictionApakah kalian percaya pada persahabatan tulus laki-laki dan perempuan? Aku kok kayaknya tidak.... Mari kita buktikan!