"Cinta tak dapat diuji dengan ciuman, tetapi perasaan halus adalah pengujinya."
-Chandra Putra Dwinata.
"Good morning ayah mama," ucap Chandra kepada Ayah dan Mamahnya"Morning too ganteng," ucap Agung Dan Selvi.
"Tumben kamu rapih bener? Mau kemana" tanya Agung kepada Putra kesayangannya dengan heran.
"Kemarin gak rapih di komen, Sekarang udah rapih di komen juga, kayak Instagram nya Rapih Ahmad," Ucap Chandra terhadap Ayahnya. Kemudian kembali bertanya, "Ayah gak pergi ke sekolahan?"
"Ayah kamu kan berangkatnya agak siang-siangan," Jawab Selvi.
"Ohhh, si Bocan kemana Mah?" tanya Chandra kepada Mamahnya.
"Bocan?" tanya Agung terhadap Putra kesayangannya.
"Lihat jam atuh! Udah jam 7, berarti dia udah di sekolah, Kok Bocan kan adik kamu Annisa." Ujar Selvi.
"Bocah Cantik, Mah," ucap Chandra.
"Bisa aja Bojel," ucap Agung.
"Bojel?" tanya Chandra terhadap Ayahnya.
"Bocah Jelek, hahahaha," jawab Agung sambil tertawa
"Ya sudah, makan! Nanti kamu sakit," ujar Selvi dengan lemah lembut terhadap putra tersayangnya
"Oke, Mah," ucap Chandra kemudian mulai menyendok beberapa nasi goreng ke piringnya kemudian menyantap hidangan tersebut.
Suasana terasa lebih hangat dengan perbincangan ringan yang di selingi beberapa gelak tawa diantara mereka. Dengan perlahan menikmati suasana pagi yang berlalu dengan waktu yang terus terisi dengan moment berharga diantara mereka. Hingga mereka terpaksa memutuskan untuk mengakhiri rutinitas rutin tersebut jika tidak ingin terlambat mengawali hari dengan berbagai kegiatan yang tentunya telah mereka rencnakan.
***
Disebuah kamar yang sederhana dengan luas tidak lebih dari 5x5. Dinding diwarnai dengan cat pink, agar tidak terkesan hampa beberapa bingkai foto di pasang yang melukiskan kenangannya bersama teman dan keluarganya. Tak lupa pula memasang berbagai macam pernak pernik.
Sederhana yang tersusun rapi dan indah di setiap sisi ruangan. Terlihat seorang wanita cantik yang masih setia meringkuk di balik nyaman dan hangatnya selimut.
"Dek, ada yang nyariin kamu tuh di luar," ucap Gio menguncang lembut tubuh Sandra dan mencoba mendapatkan respon dari yang punya kamar.
"Kak, ngapain di sini sih," protes Sandra dengan suara khas orang yang baru bangun.
"Dek, ada yang nyariin kamu, tuh di luar!" ucap Gino kedua kalinya dan kini menyibak selimut sehingga terlihat separuh dari wajah yang bersembunyi di balik selimutnya.
"Siapa sih, Kak? Pagi-pagi gini bertamu," Sandra bersuara dengan nada yang tinggi.
"Cowok kali," Ucap Gino dengan singkat yang tentu saja membuat Sandra langsung membuka matanya dengan lebar.
Seakan lupa akan rasa ngantuk yang mendera, Sandra merubah posisinya menjadi duduk lalu mulai bergerak menuruni tempat tidur. Berlari dengan cepat menuju kamar mandi tentunya untuk membersihkan diri dari jejak mimpi indahnya. Setelah merasa cukup dengan membasuh wajah, Sandra berlari menuruni anak tangga meninggalkan sang kakak yang masih diam menatapnya tanpa ada niat menyapa.
"Giliran denger kata 'cowok' aja mata melek 200 watt. Padahalkan kakak ini juga cowo, salah satu spesies cogan pula," ucap Gino bermonolog setelah menyadari adiknya benar-benar telah meninggalkannya sendirian di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra.
Teen FictionNamanya begitu Indah Bagaikan sepucuk Sari didalam bunga. Menceritakan Kisah Romantisnya Chandra Putra Dwinata dengan Sandra Indah Sari membuat kisah cintanya terganggu dengan banyaknya musuh Chandra di luar sana "Kita buat dia menderita!" "Kita bua...