VINA sampai di rumah pukul enam petang tepat. Rumahnya masih terlihat lengang. Seluruh penghuni rumah sedang salat berjamaah di sebuah mushola kecil di belakang rumah."Eh, anak Bunda udah pulang. Gimana tadi kencannya?" tanya Anjani, bundanya.
Anjani adalah wanita berumur empat puluh tahun dengan suami bernama Adnan yang berusia empat puluh tiga tahun. Keduanya membina rumah tangga dengan cukup baik dan lama hingga dikaruniai dua orang anak. Laki-laki dan perempuan. Sulungnya adalah laki-laki, bernama Alvaro Seraputra. Sedangkan bungsunya adalah Vina. Jika dilihat dari luar, mungkin keluarga Vina adalah keluarga yang baik-baik saja. Malah terkesan harmonis.
Tapi, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Ayahnya adalah pensiunan tentara. Adnan meminta pensiun dini, karena ia ingin menghabiskan waktunya untuk keluarga. Tepat pada umurnya yang ke empat puluh tahun, dirinya meminta untuk pensiun dini. Alasannya adalah untuk memperhatikan keluarganya.
Masalahnya, Adnan yang disiplin tidak bisa disatukan dengan si sulung Varo yang hidup dengan prinsip kebebasan. Anjani memang tidak terlalu ketat mengingat anak-anaknya sudah paham mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Wanita itu bahkan tidak mempergunakan jam malam pada kedua anaknya. Baginya, kedua anaknya sudah mampu mengenali batasan mereka. Terbukti dari Varo dan Vina yang sudah berada di rumah pada jam sebelas malam. Bahkan sebenarnya, Vina jarang sekali untuk berada di luar rumah selepas Isya.
Tapi tetap, bagi Adnan semua itu terlalu bebas. Semenjak Adnan selalu berada di rumah, maka jam malam akan berlaku. Varo maupun Vina harus berada di rumah sebelum jam sembilan malam. Jika mereka melanggar, akan ada hukuman tersendiri dari Adnan. Bagi Vina sendiri hal ini tidak pernah menjadi masalah. Tapi, lain soal dengan Varo yang menganggap jam sembilan terlalu dini untuk pergi tidur. Dia seorang laki-laki dengan teman-teman unik yang sering mengajak main game sampai pukul satu malam. Atau setidaknya mengajak keluar sampai larut malam. Jam sembilan jelas terlalu mengekang Varo.
Adnan yang keras acap kali menghukum Varo yang sering melanggar peraturannya. Dia menghukum putranya dengan mengunci pintu rumah. Membiarkan Varo tidur di teras rumah hingga fajar terbit. Dan menurut Adnan itu masih hukuman ringan. Sedangkan bagi Vinaㅡyang waktu itu benar-benar kepepet untuk bolosㅡ, Adnan pernah menghukumnya dengan menarik uang sakunya hingga satu bulan. Itu hukuman untuknya yang melanggar aturan Adnan lainnya.
Varo berontak dan Vina hanya bisa diam, bersikap tidak peduli lebih dia pilih. Vina tidak suka bersitegang dengan Ayahnya. Berbeda sekali dengan kakaknya itu.
"Dari mana aja Dek?" tanya Varo dengan duduk di sebelah Vina.
Seluruh keluarganya sedang berada di ruang tamu. Duduk dengan menikmati suguhan teh hangat dari Bibi Ijah.
"Vina udah salat?"
Suara berat Adnan langsung disambut dengan dengkusan dari Varo. Vina hanya mengusap pelan lengan kakaknya. Seperti mengatakan untuk diam dan bersabar. Mereka memang bukan ayah dan anak yang kompak. Tidak ada kata-kata like father like son di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Teen FictionUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18