"LAH? Kenapa deh?" Vina menatap aneh pada layar ponselnya. Reydan baru mengirim pesan baru yang aneh. Cowok itu sepertinya sedang dalam suasana hati jelek. Padahal Vina sudah bersiap dengan rapi, sudah mendapat izin pergi, sudah hampir sampai malah."Dek Vin? Ngapain di sini?" Suara berat itu mengejutkan Vina. Ada kakaknya menyapa.
"Oh, Kakak. Dari mana?" Vina bertanya basa-basi, memasukkan ponselnya dengan cepat ke dalam saku jaket.
"Nih, beli rokok," jawab Varo mengeluarkan sekotak rokok dari kantung hoodie. "Kamu mau ke mana?" tanyanya kemudian.
"Mau ketemu teman. Tadi dia bilang ada di sekitar sini tapi, di cancle. Aneh kan?" Vina dengan polos menjawab. Seolah melupakan suatu hal yang harusnya ia ingat dengan baik.
"Temen? Siapa?" Varo sendiri mulai curiga dengan sesuatu. Dia mendapat satu kemungkinan paling solid tapi, memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Bisa saja itu kesalahan. Dan kalau sampai dia salah bicara dengan Vina, Varo tahu akan ada hal buruk yang akan terjadi.
Tapi, gue yakin, pasti dia yang Vina cari. Sialan, kenapa gue bisa kecolongan?
"Temen baru aku. Tapi, ke mana ya? Tadi nyuruh cepat datang, sekarang dia gak ada di sini." Vina menengok ke kanan dan ke kiri. Melihat apakah ada kemungkinan orang yang dia cari muncul dari balik tiang listrik misalnya.
"Hm, siapa?" Varo sendiri masih teguh pendirian untuk mengetahui siapa orang yang Vina maksud.
"ReyㅡRayedra. Iya, dia temennya temenkuㅡtemennya Caca. Katanya lagi di daerah sekitar sini. Mau mampir buat ambil bukunya Caca, sekalian mau ngembalikan bukuku." Beruntung Vina tidak jadi keceplosan. Beruntung juga ia cukup bisa diandalkan untuk mengingat sesuatu. Dan kebetulan sekali, Rayedra memang berkata akan mampir sebelum Reydan menghubungi.
Kalau sampai keceplosan, Kakak bakalan ngeh gak ya? Kalau sampai tahu gimana dong? Bisa-bisa auto gak boleh temenan lagi.
Ya, gak apa sih. Emang kenapa kalau gak temenan sama Reydan? Aku gak ngerasa rugi apa-apa tuh.
Vina mengangguk. Menyakinkan diri sendiri, bahwa dia memang tidak terlalu peduli apakah harus berteman dengan Reydan atau tidak. Meski, di dalam dasar perasaan terdalam, Vina merasa sesuatu yang ganjil. Ada yang mengganjal, yang mengatakan bahwa dia tidak rela untuk melepas Reydan begitu saja. Padahal mereka hanya teman. Iya kan, mereka hanya teman kan?
"Oh? Ya udah, kamu masih mau nunggu di sini apa balik pulang?"
Dari semua pemikiran panjang itu, Vina tetap bersyukur karena topiknya mati. Sekarang Varo sudah membicarakan hal lain dan Vina bersyukur dengan sangat. Kembali berpikir sejenak, Vina menggeleng. "Aku mau beli-beli. Kakak mau traktir kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Ficção AdolescenteUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18