KEDUA orang itu sudah sampai di pelataran rumah. Tepat saat azan Magrib berkumandang. Langit sudah terlihat gelap dan bulan sabit mulai muncul di kejauhan."Dek, inget apa kata Kakak. Jangan pernah dekat dengan Nandan!"
Varo kembali mengatakan hal itu. Menekankan betapa bencinya ia dengan seorang bernama Nandan. Sampai-sampai Varo tidak bisa melihat kalau adiknya kebingungan. Vina baru saja masuk sekolah, dan sejauh ini belum ada satu orang pun yang memperkenalkan diri sebagai Nandan. Dia tidak tahu siapa itu Nandan dan kenapa kakaknya terlihat sangat benci pada orang itu. Vina tidak mau tahu, selama kakaknya tahu dia tidak dekat dengan siapa pun bernama Nandan, Vina aman.
"Hm," jawab Vina dengan masuk ke dalam rumah.
"Baru pulang sayang. Gimana hari pertamanya?" Anjani yang berada di depan televisi bertanya. Ada Adnan di sebelahnya.
"Kayak sekolah biasanya. Nothing special." Vina menjawab dengan cuek. Dirinya langsung naik ke arah lantai dua, setelah sebelumnya mencium tangan kanan kedua orang tuanya.
"Anakmu Bun." Adnan merespon dengan gelengan kepala.
"Persis kayak aku kan." Anjani menyetujuinya dengan tawa.
"Gimana Kak?" Anjani berbalik menanyai Varo yang baru saja memasuki rumah.
"Gimana apanya?"
Jelas Varo merespon seperti itu. Dia saja baru selesai menyimpan motor di dalam garasi. Tidak mendengar apa yang tadi ibunya bicarakan dengan adiknya. Apalagi Varo juga dalam kondisi lelah dan tidak fokus setelah seharian beraktivitas di sekolah.
"Sekolahnya Kakak. Gimana? Sudah dapat cewek buat dibawa ke rumah?" goda Anjani.
"Apa dah Ma? Varo gak punya cewek kali," jawab Varo yang langsung duduk di sebelah Anjani.
Di rumah ini hanya Varo yang memanggil Anjani dengan sebutan mama dan ayah untuk Adnan. Berbeda dengan Vina yang lebih suka memanggil ibunya dengan sebutan bunda dan ayah untuk Adnan. Meskipun, terkadang Vina memanggil Adnan Bapak.
"Mama cuma bercanda. Ya sudah sana mandi. Salat jangan lupa. Abis itu suruh adikmu turun. Kita makan dulu," suruh Anjani yang berjalan pergi ke arah dapur.
Varo bergegas ke arah lantai dua. Mengetuk kamar adiknya sekilas dan beralih menuju kamarnya sendiri. Membersihkan diri dan kembali lagi ke kamar adiknya.
"Vin! Bangun Dek!" teriak Varo saat ketukannya tidak mendapat jawaban.
"Vin!" Sekali lagi.
"Dek? Gue masuk ya?" Tak ada jawaban, Varo memilih untuk bergerak masuk. Dengan gelisah Varo membuka pintu kamar adiknya yang ternyata tidak dikunci.
Di dalam, Vina sedang sibuk sendiri dengan laptopnya. Tidak sadar pintu kamarnya sudah terbuka lebar-lebar oleh Varo. Ada earphone terpasang ditelinganya. Itu lah mengapa dia tidak mendengar saat Varo mengetuk pintu kamarnya. Tangan Varo yang menepuk puncak kepalanya, membuat Vina terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Teen FictionUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18