DIRINYA melajukan motor dalam diam. Hanya ada deru motor dan angin yang menemani. Tiba-tiba ponselnya bergetar, memecah konsentrasinya. Dia menghentikan laju motor dan mengambil benda pipih itu. Mengangkat sambungan telepon dengan nama Rumah."Apa?"
"Kamu di mana Nak? Udah semalam ini kamu belum pulang, pulang ya? Maㅡ"
"Hm."
Tut ....
Mungkin dia sudah tidak sopan menutup panggilan tersebut begitu saja. Apalagi, dia juga sudah memotong ucapan seorang perempuan di ujung sana. Tapi, dia tidak punya banyak waktu, perempuan itu ingin dia pulang kan? Maka, Reydan harus bergegas untuk pulang. Mendengarkan jawaban dari ujung sana hanya membuat waktunya terbuang sia-sia.
Delapan lewat tiga puluh menit, motor hitam Reydan memasuki gerbang rumahnya. Rumah mewah dengan tiga lantai yang selalu terlihat ramai. Biasa, papanya yang berduit itu hampir setiap hari mengundang kolega-koleganya untuk mampir merayakan kerja sama mereka atau untuk sekadar menjalin kedekatan. Yang mana membuat Reydan tidak nyaman berada di rumah. Itu rumahnya tapi, dia tidak pernah merasa nyaman tinggal di sana.
Reydan tidak pernah nyaman dengan wajah-wajah asing. Percakapan berbau bisnis dan politik. Anak-anak para kolega yang dikenalkan padanyaㅡdengan tujuan, diharapkan bisa menjadi temannya. Reydan tidak nyaman.
"Eh Aden, baru pulang ya?" Suara bibi pengurus rumah mengagetkan Reydan.
Reydan hanya menatap sekilas kemudian mengangguk samar. Dirinya langsung pergi memasuki rumah. Seperti biasa, dia tidak akan mau masuk lewat pintu utama. Dia lebih memilih lewat pintu samping. Agar dia tidak bertemu dengan sosok itu.
"Kenapa baru pulang?" Ah, sial, ternyata dia langsung bertemu dengan monster itu. Papanya.
"Jalan-jalan," jawab Reydan datar dan terus berjalan ke arah tangga. Menuju kamarnya di lantai dua.
"Jalan-jalan ke mana kamu?"
"Saya tidak membuat keributan. Kalaupun saya membuat keributan, nama anda aman. Jika itu yang anda khawatirkan." Jawaban Reydan mungkin tidak nyambung tapi, dia sudah muak. Orang ini hanya bertanya karena takut reputasinya hancur. Sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Bicara gila kamu! Aku bertanya dengan baik-baik, jawabannya tidak masuk akal!"
Nada tinggi mulai terdengar. Mereka berada di lantai dua sekarang, tidak ada dari tamu-tamu itu yang akan mendengar. Papanya pasti akan lebih leluasa.
"Mas, ada apa?" Beruntung. Reydan masih beruntung karena, sosok wanita yang tadi menghubunginya hadir. Mamanya selalu datang di saat yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Teen FictionUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18