HAH, anjing, hukuman mulu. Padahal keknya gue gak ada ngelakuin hal aneh-aneh dari kemarin. Kenapa tiba-tiba dapat hukuman segini banyak? Udah gila ya?Reydan menggerutu sendiri di dalam hati. Beberapa ada yang terlontar, beberapa tetap dia simpan. Sementara itu, Vina terlihat berbicara dengan Pak Dion, sang pustakawan itu. Orang yang sama, yang akan selalu menentang Reydan.
"Apaan sih tuh orang, dendam banget keknya sama gue. Mana lagi malah asik sama cewek, yang di sini lagi menderita ini woy. Bangsat!" gerutu Reydan sekali lagi.
Cowok itu menjejalkan buku-buku secara asal. Karena sejujurnya, dia tidak mengerti sama sekali bagaimana cara menyusun buku-buku itu dengan benar. Hukuman ini termasuk ke dalam deretan daftar pekerjaan paling menyebalkan menurut Reydan. Lebih baik dia membersihkan toilet sekalian, daripada berkutat di sini. Bosen!
"Bapak mau ke mana? Ini nasib saya gimana? Saya gak mau di sini terus! Bukunya dikurangin ya Pak? Ini banyak banget. Saya gak kuat Pak!" teriaknya saat mengetahui Pak Dion akan pergi dari perpustakaan.
Reydan hanya bisa mendengkus kesal saat mendengar jawaban bapak itu selanjutnya. Apalagi dia hanya ditinggal berdua dengan Vina. Sekali lihat saja, Reydan tahu karakter cewek itu tidak bagus. Maksudnya, tidak akan cocok dengan dirinya.
Ck, nyebelin banget dah. Kenapa coba harus sama Vina? Dia kan kulkas banget.
Cowok ini tidak sadar diri dengan sifatnya yang juga sama dingin. Alhasil, karena Reydan malas untuk berbasa-basi atau sekadar mengganggu gadis ituㅡdan dia juga malas kembali ke kelas, Reydan memilih untuk melanjutkan hukumannya.
Keheningan tercipta di antara mereka. Dan sadar atau tidak tapi, Reydan sering curi-curi pandang ke arah Vina yang sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Ini cewek betah amat baca buku gitu. Mana tebel lagi, semenarik apa sih? Eh, bentar, kenapa gue jadi pengen tahu? Dih.
Keheningan itu pecah tatkala Reydan sudah lelah dengan tugasnya. Dia memilih untuk menurunkan ego dan gengsinya lalu, meminta tolong pada Vina. Dia memang bisa kabur dari tugas tapi, dia sedang malas berurusan dengan orang lain. Jadi, lebih baik mendekam di perpustakaan saja. Orang-orang tidak akan tahu Reydan ada di sini, apalagi perpustakaan sedang tutup. Tidak apa kalau dirinya hanya berurusan dengan Vina, dia bukan gadis agresif.
"Emang kamu gak pernah ngelakuin hal kayak gini? Maksudnya pergi ke perpustakaan gitu? Cari-cari buku untuk referensi? Mengurutkan buku-buku kan sama mudahnya dengan mencari mereka," tanya Vina saat keduanya sedang menyusun buku-buku menyebalkan itu.
Reydan jawab sejujurnya jika dirinya memang tidak pernah mau memasuki perpustakaan lagi. Bahkan saat pelajaran Bahasa Indonesia yang salah satu materinya mewajibkan para siswa untuk belajar dengan mencari di dalam buku perpustakaan, Reydan tidak hadir. Dia membolos pelajaran itu dan pergi merokok di atap. Dan begitu lah, dia tidak pernah menghadiri apa pun yang berhubungan dengan perpustakaan. Dia selalu merasa ada yang ganjil saat memasuki perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Teen FictionUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18