REYDAN berusaha menyembunyikan raut kagetnya pada sebuah topeng dingin dan serius. Sedangkan Jo sudah lompat sana, lompat siniㅡterlalu bahagia mendengar ucapan mama Reydan. Beberapa kali bertanya apakah yang beliau ucapkan adalah benar atau tidak. Saking tidak percaya ia dengan kabar yang mama Reydan bawa. Padahal semua itu jelas sudah benar adanya."Yakin Ma? Mama serius kan ini? Nggak bohong kan? Ama mau sekolah di sini? Amabella yang tukang nangis itu?" Jo kembali bertanya untuk yang kesekian kalinya. Benar-benar excited.
"Sure. Aku akan sekolah di sini, why are you so excited Nath?" Suara lembut yang menjawab.
"Ama!"
Jo sudah berhenti lompat-lompat dan segera menghambur, memeluk gadis yang baru saja datang ke kafetaria. Beberapa teman yang lain menatap tanpa kedip pada gadis itu. Sedangkan Reydan memilih untuk tidak mau tahu dan bangkit berdiri. Semuanya mengira Reydan akan menghampiri gadis itu atau semacamnyaㅡmenilik sepertinya mereka bertiga punya hubungan tidak biasaㅡtapi, yang terjadi malah sebaliknya.
Reydan hanya berjalan melewatinya begitu saja. Tidak peduli. Jangankan melihat sekilas, melirik pun Reydan enggan melakukannya. Jangankan melirik, semua orang bahkan yakin Reydan sama sekali tidak menganggap eksistensi gadis itu. Tidak merasakan kehadirannya.
"Nandan, mau ke mana?" Dan berujung gadis itu yang harus turun tangan lebih dahulu. Menahan Reydan dengan memegang pergelangan tangan cowok itu.
Melirik sekilas, itu sudah respon terbaik yang bisa Reydan berikan. "Sorry, kenal?" katanya, segera menghentak tangannya sendiri. Melepaskan pegangan Ama padanya dengan kasar.
"Nan, jangan becanda gitu deh. It's not funny, y'know." Ama menampilkan senyuman terbaiknya. Menghadang jalan Reydan. Gadis ini cari mati.
Muak dengan sikap Ama, Reydan memperlihatkan kebenciannya. "Listen, lo bukan siapa-siapa lagi kecuali benalu buat gue. Jadi, jangan sok akrab. Dan jauh-jauh dari gue."
Tidak mau mendengar omong kosong lagi. Reydan memilih untuk segera beranjak dari tempat itu. Memilih untuk menabrak Ama yang masih setia terpaku di depannya, menghalangi jalannya.
"Nandan!"
Dan ya, Reydan tidak berbalik meski tahu yang berteriak bukan Ama. Melainkan mamanya dan Jo. Peduli setan, Reydan sudah menanam benci untuk gadis itu.
* * *
Memasuki ruang kelas dengan raut kesal, Reydan bahkan tidak peduli dengan guru yang mengomel padanya. Mengatakan tentang betapa lelah dan depresinya beliau memiliki anak murid bengal semacam Reydan dan gengnya.
"Kalau anda merasa lelah, silahkan keluar dari kelas ini. Minta kepala sekolah untuk mengganti kelas kami dengan kelas yang anda inginkan. Jangan hanya mengeluh dan merengek seperti bayi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Teen FictionUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18