"VINA!" teriak Anjani memanggil putrinya.Vina yang sedang menuruni tangga, bergegas menuju dapur. Lekas menghampiri bundanya yang entah kenapa malah teriak-teriak begitu. Beruntung saja, hari ini Vina tidak memiliki pekerjaan rumah apa pun. Jadi, kalau bundanya meminta hal aneh-aneh lagi, Vina tidak perlu khawatir dengan pekerjaannya yang lain.
"Kenapa Bun?" tanya Vina memeluk bundanya dari belakang. Niatnya sih, supaya bundanya bisa lebih tenang.
"Buangin sampah gih ke depan. Mau ya? Bunda minta tolong." Dan berhasil! Bundanya jadi lebih kalem sekarang.
"Oke siap. Sekalian Vina izin keluar ya?"
"Mau ke mana kamu malam-malam begini?" tanya Adnan tiba-tiba memunculkan diri.
"Vina mau keluar? Ke mana Dek? Sama siapa?" Satu lagi pertanyaan bernada sama terlontar. Kali ini dari Varo yang juga tiba-tiba muncul.
Menghela napas, Vina menatap dua laki-laki paling dia sayang di hidupnya dengan pandangan kesal. Selalu seperti ini. Asal kalian tahu, setiap Vina izin keluar pada bundanya, dua pria ini langsung muncul tiba-tiba. Padahal sebelumnya keberadaan mereka tidak terdeteksi sama sekali. Aneh bukan? Menyebalkan juga.
"Mau beli es krim aja sih," jawab Vina masih menatap intens keduanya. Dua orang itu mengangguk paham.
Tanpa perlu dijelaskan lagi, Vina adalah pecinta es krim yang sangat vokal. Dia benar-benar tidak bisa lepas dari es krim semenjak merasakan makanan manis dingin itu, saat kelas dua SD. Itu kali pertama Vina bisa merasakan manisnya es yang meleleh di dalam mulutnya. Semenjak itu dia jadi ketagihan.
Masa bodo dengan badannya, Vina lebih suka tidak makan nasi daripada tidak makan es krim. Yah, meskipun jatahnya semakin dibatasi oleh bundanya, setidaknya Vina pernah benar-benar memuja es krim. Beruntung badannya tidak bermasalah dengan konsumsi es krim yang gila-gilaan.
"Oke, Kakak ambil jaket dulu. Kita bareng ke mㅡ"
"No, no, no. Kakak kan harus belajar. Ingat, yang kelas dua belas ujiannya lagi nunggu lho," potong Vina cepat. Gadis itu juga langsung menolak tawaran Varo mentah-mentah. Bukannya dia tidak mau pergi bersama kakaknya, hanya saja Varo bisa menjadi begitu pemilih untuk Vina. Padahal kan Vina hanya butuh es krim apa saja. Dia pemakan segala kok.
"Sama Ayah aja."
"Big no! Yang ada gak dibolehin beli es krim. Nanti Ayah banyak alasan kalau udah sampai sana. Yang inilah, itulah, panjang kalau sama Ayah."
"Tapi, Vin, Aㅡ"
"Jadi, Vina mau ke sana dengan siapa? Bunda?" Anjani memilih untuk menengahi. Daripada semakin larut, padahal ini hanya tentang es krim saja.
"Sendiri aja Bun. Vina udah gede, masa mau Bunda temenin mulu. Berasa gimana tuh Vina."
"Hah? Apaan nih? Beneran Vina nih? Gak percaya. Kamu siapa? Mana Vina?" tanya Varo beruntun. Tangannya lekas mendarat di atas kedua bahu adiknya, mengguncang pelan dengan wajah kaget. Mendaramatisir sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyVina
Fiksi RemajaUNDER CONSTRUCTION! SELESAI : 11 Sep 2019 Revisi I : 06 Jan 2020 Revisi II : 01 Jan 2021 * * * Sialnya, tidak semua akhir adalah yang terbaik bagi semua orang * * * Key, Jan18