ix

61 2 0
                                    

Theroses.

Band indie yang cukup digandrungi di masa-masa SMA dulu. Begitu juga untuk Rio dan juga Tiyas. Walaupun sering musuhan sejak dahulu, tetapi kalau soal band indie satu itu rasanya mereka punya kontak batin yang sangat kuat.

Malam ini mereka akan menonton mini konser yang diadakan di salah satu ballroom hotel yang berada di jalan Juanda. Malam ini yang awalnya Rio akan mengadakan acara kumpul-kumpul bersama teman-temannya semasa Sekolah Polisi Negara, malah berubah haluan menjadi menonton konser band indie dengan Tiyas.

"Dandananku lebay ya? Kamu kok ngelihatnya gitu banget?" ujar Tiyas saat menghampiri Rio yang berdiri di samping mobilnya.

Rio tersenyum, senyuman yang selalu berhasil membuat Tiyas membeku. "Kamu cantik tanpa harus ada alasan apa-apa," ujar Rio.

Mendengar ucapan Rio, Tiyas hanya tersenyum santai menanggapinya. Enggan memperpanjang rayuan Rio nantinya.

"Kamu keren malam ini, aku suka." Ucapan Tiyas justru malah membuat Rio terdiam seketika dengan senyuman kaku. Tiyas hanya balas dendam, ingin merasakan seperti apa rasa setelah berhasil membuat seseorang tersipu. Hanya itu, tidak lebih. Ya walaupun, Tiyas harus mengakui Rio memang keren dengan setelan celana panjang ditambah kemeja lengan panjang berwarna navy yang digulung hingga siku. Oh, damn! He's so cool.

*

"No way you're never gonna shake me

Ooh darling cause you'll always be my baby

Always be my baby..."

Lagu dari Mariah Carey yang berjudul Always be My Baby berhenti setelah alunan gitar yang dibawakan Theroses berhasil menghipnotis seluruh orang yang berada di dalam ruangan itu. Theroses memang selalu jago membawakan lagu-lagu barat bergenre romantis seperti tadi. 

"Aku dari dulu enggak pernah bosen denger lagu ini. Selalu keren," ucap Tiyas sambil terus memberikan tepuk tangan untuk band indie yang ia gandrungi sejak sekolah itu.

"Ternyata mereka tetap sama dengan Theroses yang dulu," kata Rio membalas.

"Kamu ngomong gitu, seolah kamu selama ini juga enggak pernah lagi nonton Theroses." Tiyas menatap wajah lelaki itu di antara kelap kelip pencahayaan panggung malam itu.

"Emang. Terakhir kamu nonton Theroses waktu itu sama aku, itu juga terakhir aku nonton Theroses."

"Lho kenapa?"

"Musik mereka enggak akan indah kalau aku enggak nontonya sama kamu," kata Rio.

Tiyas terkekeh kecil mendengar ucapan Rio. "Terakhir kita nonton Theroses itu enggak nonton bareng. Kamu inget? Aku perginya sama Aurel dan Kak Guntur waktu itu. Kamu perginya bareng temen kamu. Terus Aurel dan Kak Guntur PDKT, dan aku ditinggalin sendiri, terus kamu dateng ngegangguin aku," jelas Tiyas mengingat terakhir kali ia datang ke konser Theroses.

"Abis itu 'kan kita sama-sama nikmatin lagu yang mereka bawa. Aku inget kamu senyum-senyum, kamu enggak galak lagi waktu itu."

"Iya. Karena kamu enggak nyebelin lagi waktu itu," balas Tiyas sambil tersenyum.

"Aku selalu berharap bisa datang ke konser Theroses bareng kamu. Yang bener-bener bareng kamu kayak gini."

"Kenapa?"

"Aku suka," ujar Rio.

Tiyas terdiam. Maksudnya apa? Suka? Suka apa?

"Aku suka kamu. Aku suka saat-saat ada kamu di samping aku. Aku suka wajah jutek kamu. Aku suka... Yas, kamu denger 'kan? Please, jangan anggap aku gombal lagi. Aku suka kamu, Yas."

H A T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang