Fight 2 - Mati Bukanlah Tiada

537 122 18
                                    

"Tidak ada yang akan pergi. Semua sedang menunggu giliran untuk bahagia."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunga yang ditaburi diatas makam elite di kawasan Karawang itu menjadi saksi, langit yang menaungi pun ikut berkabung diikuti dengan mendung dan rintik yang tak seberapa. Semua rekan bisnis Nardaradian datang memberi penghormatan terakhir bagi satu-satunya pewaris perusahaan properti terbesar kedua di Indonesia itu.

Irene sudah lelah menangis sepertinya, berpegangan pada Daniel yang juga menangis hingga matanya semakin menyipit.

"Rene.." Pusingnya semakin menjadi-jadi, Daniel bahkan berbalik bertumpu sepenuhnya pada Irene hingga limbung.

"Gue pusing banget."

Revinatya Aryo Wangdani, keponakan pemilik PT.Wangdani Jaya Tbk. yang tak lain adalah masa lalu Irene datang dengan tampannya ke pemakaman Axel Ong.

Dengan wajah sedih yang dibuat-buat, Revin menyampaikan salam duka dan penghormatan untuk Axel Ong.

Irene mencoba menahan sekuat tenaga. Kepalan yang ingin sekali rasanya sampai di wajah tampan mantan kekasihnyanya itu.

Suaminya yang bahkan mereka belum sempat di sahkan secara Agama, pergi karena lelaki ini.

Tidak cukup dengan datang dan memeriksa mayat Axel Ong secara paksa. Datang ke kediaman mereka hanya untuk memastikan nadi di leher lelaki yang dianggapnya merebut Irene darinya.

Wajah pucat yang hampir membiru terpampang nyata di depannya, menyentuh kulit lelaki itu pun terasa ngeri hingga membuat bulu kuduk meremang.

Dingin, seperti tidak ada darah yang mengalir lagi disana.

Axel Ong Nardaradian benar-benar sudah mati.

"PERGI KAMU, REVIN.. PERGI!! Jangan pernah kamu sentuh-hiks, suamiku. PERGI!!"

Semalam adalah malam terindah milik Revinatya.

Kekasih dari mantan kekasihnya telah mati.

Mati tanpa perlu memikirkan rencana lain untuk membunuhnya.

Suntikan yang sengaja dipesan mahal-mahal ternyata ampuh juga, begitu pikir Revin.

Revin mendekat, bergeser dari posisinya berdiri hingga bersebelahan dengan Irene.

"Acha sayang," Irene menepis tangan Revin, menganggap sentuhannya melebihi najis yang amat sangat sulit dihilangkan.

"Jangan pernah panggil aku dengan sebutan itu lagi. Pergi!! Jangan deket-deket!"

Peringatan Irene yang nyaris seperti teriakan mengundang perhatian para pelayat. Revin yang tak berkutik langsung minggir melewati Irene dan Daniel disebelahnya.

The Benefits of Heartbreak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang