Upset 2 (Joy) - Kini Giliran Kita

626 155 41
                                    

Aku bukan satu-satunya yang mengharapkan bahagia, terutama mereka yang mendahului untuk menderita. Aku merasa mungkin sekarang, sebentar lagi, bahagia kami akan datang. Tidak, biarkan bahagia mereka dulu yang mengawali bahagia kami.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Axel Ong dan Irene Alesha..

Tuhan, aku masih tidak habis pikir mengapa terlalu sulit untuk sekedar memanjat ke ujung tombak pencapaian akhir cinta mereka?

Axel Ong kecelakaan, koma, tubuhnya terluka dan sulit untuk sekedar bernafas jika tanpa ada selang-selang yang membantunya.

Mana ada, mana ada yang lebih kuat jika wanita itu bukan Irene. Siapa?

Aku –tidak lagi dengan gue—aku ingin menjadi wanita dengan tutur kata lembut seperti Irene.

Wanita hebat yang menemani sang kekasih tanpa peluh yang nampak, tanpa airmata yang mengalir deras, tanpa ada kata mengeluh yang terucap.

Aku tidak akan sanggup, bahkan membayangkannya saja tak mampu. Melihat lelaki yang amat sangat kau cintai terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Aku ingin tuli sejenak jika menjadi dirinya, aku ingin buta saja, aku ingin lumpuh dan bahkan lebih baik mati jika itu terjadi.

Tuhan, apakah aku banyak berbuat dosa hingga Kau limpahkan penderitaan mereka padaku juga?

Merasakan keadilan-Mu yang justru membuat aku sadar, aku tidak bisa kehilangan sosoknya.

Sosok lelaki yang sudah menjadi separuh nyawaku, Daniel Andra Nataradian.

"Sayang, ini gak papa kok. Baru gejala, belum vonis. Okay? Jangan nangis."

Jangan menangis.

Jangan menangis.

Jangan menangis.

Bahkan kata-katanya hampir sama dengan yang Axel Ong ucapkan sebelum terbaring koma pada kekasihnya.

Sialan, aku ingin menyumpah rasanya.

"D—daniel , aku.. aku gak tau. Aku mimpi kan? Jawab aku, AKU MIMPI KAN?!"

Daniel diam. Daniel memelukku, aku memberontak.

Baru kemarin aku menetapkan pilihan, belum lama aku amat sangat mencintainya, belum terlalu panjang kisah cinta kami hingga Engkau memutuskan ini semua padanya.

Aku berusaha kebal, tidak mau mencari bukti memang tanda-tanda itu sudah nampak sebelumnya. Rasa kantuk yang sewaktu-waktu menyerang, aku sudah terbiasa. Jam tidurnya yang tak tentu, yang kadang membuat aku lelah untuk sekedar mengikuti malamnya yang menjadi pagi.

Kamu harus baik-baik aja, Daniel. Harus.

"Kamu gak akan ninggalin aku karena ini, kan? Aku gak papa kalo kamu mau pergi, aku gak mak—" ciuman diliputi airmata yang aku mulai tanpa seizinnya, maafkan aku yang terlalu terbawa perasaan.

"Perlu kamu tanya itu sama aku?"

Aku lihat matanya, mata yang menyorotkan keputus-asaan. Mata yang tidak secerah dulu. Mata yang tidak seberani dulu. Mata yang pasrah akan semua yang Tuhan kehendaki.

Narcolepsy.

Danielku baik-baik saja. Akan selalu begitu dan harus begitu.

Tuhan, jangan buat aku merutuki nasibnya.

"Tuhan denger doa aku, janji aku, buat Axel Ong. Dia bangun." Dan kamu sakit, bagus!

Aku sesegukan, tangisan ini mengapa amat menyesakkan dada?

Segitu cintanya aku pada Daniel? Benarkah aku sudah menyerahkan semuanya jadi milik Daniel?

Dua lelaki itu, Axel Ong dan Daniel Andra. Axel Ong –yang dulu pernah ada di hati—sedang sekarat, tapi dia berhasil terbangun.

Seakan benar jika mereka bertukar nyawa, kini giliran tunanganku yang sakit, Daniel Andra –yang saat ini dan mungkin selamanya aku cintai—tidak boleh ada apa-apa.

Dia mati, aku mati.

Buat apa hidup jika hati ini mati?

Dia sakit, aku lebih sakit. Karena raganya aku pun ikut memiliki separuhnya.

"Kamu harus sembuh. Jalanin terapi itu. Harus! Atau aku gak mau nikah sama kamu." Kataku disertai ingus yang belum sempat aku keluarkan.

Daniel membawaku dalam pelukannya, menghapus jarak diantara kami dan menjadikannya kurang dari sejengkal.

Daniel menuntunku untuk menciumnya, tanpa nafsu, diiringi kesedihan dan ketakutan akan kehilangan.

Bibir kami sama-sama bergetar, airmatanya dan airmataku sama-sama turun ke bibir bersamaan dengan ciuman kami.

Aku benci dicium seperti ini seakan ini ciuman yang terakhir. Tidak akan aku biarkan.

"Sayang, aku gak akan mati. Kamu harus yakin aku bisa. Kita bakal baik-baik aja, kita bakal bahagia bareng mereka. Ya?" tangan Daniel mengusap pelan kedua pipiku, menghapus jejak airmataku karenanya.

Kini giliran kita yang berjuang, aku yang harus bertahan. Sanggupkah aku, sayang?














FOLLOW INSTAGRAMNYA  ➡ @danielanataradian @joyanalula @axel_ong @alesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW INSTAGRAMNYA  ➡ @danielanataradian @joyanalula @axel_ong @alesha.rene

THANKS FOR YOUR VOTE ⭐ AND COMMENTS 💬
🙇🙇🙇

The Benefits of Heartbreak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang